Kristologi
Pdt. Budi Asali, M. Div.
KRISTOLOGI
I) Credo yang benar tentang diri Kristus atau kristologi.
Pada tahun 325 Masehi ada
sidang gereja di kota Nicea yang melahirkan Nicene Creed (=
Pengakuan Iman Nicea), yang meneguhkan doktrin tentang Allah
Tritunggal. Pengakuan iman ini direvisi dalam Sidang Gereja di Constantinople
pada tahun 381 Masehi, dan lalu disebut dengan nama Pengakuan
Iman Nicea-Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“Aku percaya kepada satu Allah Bapa
yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang
tidak kelihatan.
Dan kepada satu
Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan
dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah
yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat
dengan Sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta;
Yang untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita telah turun dari sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari
anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di
bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan pada hari
ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan
duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir.
Dan aku percaya kepada Roh Kudus,
Tuhan dan Pemberi kehidupan, yang keluar dari Bapa dan Anak, yang bersama-sama
dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan
perantaraan para nabi.
Dan aku percaya satu gereja yang am
dan rasuli, aku mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku
menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang.
Amin”.
Sekalipun dalam Pengakuan
Iman ini juga ditegaskan akan keilahian Kristus,
dan bahwa Ia telah menjadi manusia, tetapi Pengakuan
Iman ini tidak menyatakan apa-apa tentang hubungan antara keilahian dan
kemanusiaan Kristus, sehingga akhirnya muncul banyak ajaran sesat
dalam Kristologi.
Credo (= pengakuan iman)
yang paling penting dalam Kristologi, khususnya dalam persoalan hubungan antara
keilahian dan kemanusiaan Yesus, adalah Chalcedonian Creed (=
Pengakuan Iman Chalcedon), yang diciptakan dalam sidang gereja di kota
Chalcedon pada tahun 451 Masehi.
Chalcedonian Creed /
Pengakuan Iman Chalcedon:
(= Kami semua, dengan suara bulat, mengajar manusia
untuk mengakui Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, pada
saat yang sama sempurna / lengkap dalam keilahian dan sempurna / lengkap dalam
kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus,
Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, dikenali
dalam 2 hakekat, tanpa
kekacauan / percampuran, tanpa perubahan, tanpa
perpecahan, tanpa perpisahan ... sifat-sifat
setiap hakekat dipertahankan dan bersatu membentuk 1 pribadi ...).
Ada 2 hal yang perlu
disoroti dari Pengakuan Iman Chalcedon ini:
1) Without
confusion / without change (= tanpa
kekacauan / percampuran / tanpa perubahan).
Ini menunjukkan bahwa:
a) Human
nature (= hakekat manusia) dan divine
nature (= hakekat ilahi) tetap berbeda, dan mempunyai / mempertahankan sifat-sifatnya
sendiri-sendiri.
b) Human
nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine
(= ilahi), dan sebaliknya divine nature
(= hakekat ilahi) tidak menjadi human
(= manusia).
c) Human
nature (= hakekat manusia) dan divine
nature (= hakekat ilahi) tidak bercampur dan membentuk nature (= hakekat) yang ke 3.
2) Without
division / without separation (= tanpa
perpecahan / tanpa perpisahan).
Ini menunjukkan bahwa LOGOS
tidak pernah terpisah dari human nature
(= hakekat manusia).
Catatan: LOGOS menunjuk pada
keilahian Yesus.
Catatan: kata ‘nature’ oleh banyak orang
diterjemahkan ‘sifat’, sehingga mereka lalu
merumuskan Kristus sebagai 1 pribadi dengan 2 sifat! Tetapi ini jelas merupakan
terjemahan yang salah, dan mengarah pada perumusan yang salah juga!
Menurut ‘Webster’s New World Dictionary of the American Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan yang nomer 1 adalah: (= Sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu dirinya; hakekat).
Dalam Kristologi, istilah ‘nature’ itu harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
William G. T. Shedd, seorang
ahli Theologia Reformed pada abad 19, mengatakan: “When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral
and spiritual properties is meant” (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat
fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
Charles Hodge mengatakan hal
yang serupa, yang terlihat dari beberapa kutipan di bawah ini:
1. (= Yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata
yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 387.
2. (= ... kita diajar bahwa
elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pembentukan pribadiNya, yaitu
kemanusiaan dan keilahian, adalah dua hakekat, atau zat /
bahan yang berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
3. (= elemen-elemen yang disatukan
atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat /
bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga
dalam pembentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat /
bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang membuat Allah itu tidak
terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
4. (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan;
dan dalam hal ini kata nature berarti zat
/ bahan) - ‘Systematic Theology’,
vol II, hal 391.
II) Ajaran-ajaran sesat tentang diri
Kristus.
1) Adoptionism.
Dalam buku-buku sejarah maupun
Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan dalam perdebatan
Kristologi / ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin karena ajaran
ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’ perdebatan / kesesatan
tentang Kristologi itu muncul (abad 4-7 Masehi).
Tetapi kalau dilihat
ajarannya, maka ini jelas juga termasuk ajaran sesat dalam Kristologi.
Tokohnya yang paling
terkenal bernama Paul of Samosata, yang adalah
seorang bishop (= uskup) dari Antiokhia.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa, yang pada saat baptisan
(Catatan: ada yang mengatakan bukan pada saat baptisan, tetapi setelah
kebangkitan Kristus) menerima kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi. Jadi, ada
perkembangan dalam diri Kristus, dari manusia biasa menjadi semacam Allah (bukan betul-betul
Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).
2) Apollinarianism.
Ajaran ini mendapatkan
namanya dari tokohnya yang bernama Apollinarius /
Apollinaris, yang adalah seorang bishop (= uskup) di kota Laodicea, Syria.
Apollinarius ini mempunyai
kepercayaan yang disebut Psychological
Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu terdiri dari tubuh (Yunani:
SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational
spirit / mind (= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS).
Dan tentang diri Yesus Kristus, ia
berpendapat bahwa Yesus mempunyai tubuh (SOMA) dan
jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational
spirit / roh yang rasionil atau mind
/ pikiran (PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan bersifat
ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya,
karena Ia tidak mempunyai pikiran manusia.
Ajaran ini terlalu menekankan keilahian
Kristus sehingga mengorbankan kemanusiaanNya.
Dasar Kitab Suci yang ia
pakai adalah Yoh 1:14 yang secara hurufiah
berbunyi ‘And
the Word became flesh’ (= Dan Firman itu
telah menjadi daging).
Catatan: anehnya, kalau ia memang
menekankan kata ‘daging’ dalam Yoh 1:14 ini,
mengapa ia tidak berpendapat bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia saja?
Mengapa ada jiwa?
Ajaran ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai semua elemen manusia, karena kalau
tidak, Ia tidak bisa menebus elemen tersebut dalam diri kita. Ia juga
mengatakan bahwa ‘daging’ dalam Yoh 1:14 itu
merupakan suatu synecdoche
(= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk pada
seluruh hakekat manusia (termasuk jiwa / rohnya).
Pada tahun 362 Masehi Sidang
gereja di kota Alexandria sudah menentang ajaran ini
(tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan menyatakan bahwa Kristus
mempunyai reasonable soul (= jiwa
yang bisa berpikir).
Apolinarius tidak melepaskan
diri dari gereja, dan ia membentuk sebuah sekte, sampai tahun 375 Masehi.
Pada tahun 381 Masehi sidang
gereja di Constantinople kembali mengecam ajaran
ini beserta pengajarnya.
3) Nestorianism.
Ajaran ini mendapatkan
namanya dari nama tokohnya yaitu Nestorius,
yang pada tahun 428 Masehi menjadi bishop di kota Constantinople.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi (yaitu pribadi Allah dan
pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai manusia Yesus sepenuhnya sehingga
Yesus menginginkan, menghendaki dan berbicara seperti Allah. Kristus disembah bukan karena Dia adalah Allah, tetapi
karena Allah ada di dalam Dia.
Nestorius menentang istilah
THEOTOKOS (= Bunda Allah), dan mengusulkan istilah CHRISTOTOKOS (= Bunda
Kristus) untuk Maria, karena ia berpendapat bahwa Maria tidak melahirkan Allah,
tetapi hanya melahirkan ‘tempat’ dimana Allah diam / tinggal.
Ajaran ini dikecam oleh
Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 431 Masehi, yang sekaligus
mempertahankan istilah ‘Bunda Allah’ untuk Maria.
Catatan: Perlu
ditekankan bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu dipertahankan oleh sidang gereja di
Efesus itu, bukan untuk meninggikan /
memuliakan Maria, tetapi untuk
menunjukkan persatuan yang tidak terpisahkan antara hakekat ilahi dan hakekat
manusia dalam diri Kristus.
Jadi kalau setelah itu gereja Roma
Katolik menggunakan istilah ‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan / memuliakan
Maria, maka itu adalah sesuatu yang salah, yang sama sekali tidak dimaksudkan
oleh sidang gereja di Efesus itu.
4) Eutychianism.
Ajaran ini mendapat namanya
dari tokohnya yang bernama Eutyches [artinya
adalah the
Fortunate (= si untung / mujur).
Para penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya dinamakan Atyches yang berarti the Unfortunate (= si sial)].
Ajaran ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine
nature / hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb) human nature /
hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yaitu divine
nature / hakekat ilahi.
Eutyches ini mempunyai
teman-teman yang berkuasa sehingga akhirnya dalam Sidang gereja di kota Efesus
pada tahun 449 Masehi ada ancaman dan siksaan terhadap para penentangnya,
sehingga para penentangnya tidak berani berkata apa-apa. Akhirnya Sidang gereja
ini justru membela ajaran sesat ini, dan sidang ini dikenal dengan nama The Council of
Robbers (= Sidang gereja perampok).
Baru pada tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon mengecam ajaran
ini, dan sekaligus menciptakan Chalcedonian Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon).
5) Monophysitism.
Istilah Monophysitism
berasal dari kata bahasa Yunani MONO, yang berarti ‘alone’ (= sendiri) atau ‘one’
(= satu), dan PHUSIS yang berarti ‘nature
/ essence’ (= hakekat).
Mereka beranggapan bahwa ajaran tentang
adanya 2 natures / hakekat (seperti
yang dinyatakan oleh Chalcedonian Creed)
dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2 pribadi dalam
diri Kristus, seperti yang diajarkan Nestorianism. Karena itu maka mereka mengajar
bahwa Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yang bukan divine / ilahi maupun human
/ manusia, tetapi kedua-duanya (both
divine and human).
Ajaran ini dikecam oleh
Sidang gereja di Constantinople pada tahun 553 Masehi.
6) Monothelitism.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures
/ hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1 kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine - human / ilahi - manusia
(campuran).
Ajaran ini dikecam oleh
Sidang gereja di kota Constantinople pada tahun 680 / 681 Masehi.
Bahwa dalam Kristologi ada begitu banyak
ajaran sesat yang muncul, menunjukkan betapa pentingnya pengertian tentang
Kristologi ini. Kalau ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita, setan
tidak akan menyerangnya dengan menggunakan begitu banyak ajaran sesat.
Kalau kita melihat dalam scope / ruang lingkup yang lebih luas,
maka kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama yang mempunyai paling
banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar maupun yang sesat), adalah
agama kristen. Semua agama yang lain hanya mempunyai sedikit / beberapa
aliran saja, tetapi kristen mempunyai puluhan atau mungkin ratusan aliran.
Orang sering meninjau hal ini secara negatif dengan menganggap ini sebagai hal
yang jelek. Tetapi sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara positif, yaitu
dengan menyadari bahwa setan tentu paling senang untuk menyerang ajaran yang
benar / membawa keselamatan. Kalau suatu ajaran / agama adalah salah /
tidak membawa keselamatan, untuk apa setan menyerangnya lagi?
Karena itu, adanya banyak aliran dan penyesatan dalam
kekristenan seharusnya justru membuat kita makin sungguh-sungguh dalam
mengikut Kristus, dan adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi seharusnya
membuat kita makin sungguh-sungguh dalam belajar Kristologi! khususnya kristologi yang ditulis oleh orang-orang reformed.
kristologi (2)
CHRIST: THE GOD-MAN
I) Kristus adalah sungguh-sungguh Allah.
1) Yesus menyebut
diriNya sendiri ‘Anak Allah’.
Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian
berpendapat bahwa karena Yesus adalah Anak Allah, maka Ia bukan Allah.
Mereka juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak pernah mengclaim
diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak Allah.
Jawaban:
a) Yesus memang tidak pernah menyatakan diri
sebagai ‘Allah’; Ia selalu menyatakan diri
sebagai ‘Anak
Allah’.
Tetapi perlu dipertanyakan pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk
pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya berdasarkan kata-kata
Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang
dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga
bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri tidak pernah
menyatakan diri sebagai ‘Allah’, tetapi banyak ayat-ayat Kitab Suci yang
menyatakan demikian, tetapi ini akan saya bahas belakangan.
b) Ingat bahwa suatu istilah dalam Kitab Suci
harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang jaman itu tentang
istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah
tersebut.
Tentang istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan oleh Yesus
terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan istilah ini, dengan
mengatakan bahwa istilah ‘Anak Allah’ menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang
lalu beranak, dsb. Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya.
Tetapi ini adalah penafsiran yang menggunakan pengertian orang jaman sekarang
tentang istilah ‘Anak
Allah’
itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di Palestina,
dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di sana pada
jaman itu.
Kalau begitu apa artinya?
Tentang istilah / gelar ‘Anak Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai
berikut: (= keAllahan yang
mutlak, bukan keAllahan dalam arti sekunder atau yang didapatkan, yang
dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’,
hal 1061.
Tetapi, apa dasarnya
pandangan seperti ini?
1. Kita bisa mendapat jawabannya dengan
membandingkan istilah ‘Anak
Allah’
dengan istilah ‘Anak Manusia’, yang sama-sama merupakan gelar / sebutan
yang sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah ‘Anak Manusia’ diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul
manusia’,
maka istilah ‘Anak
Allah’
harus diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul Allah’.
Maz 8:5 - “apakah manusia,
sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga
Engkau mengindahkannya?”.
Dalam ayat ini jelas ada dua
kalimat paralel, yang artinya sama, tetapi menggunakan kata-kata yang berbeda.
Jadi, ‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!
2. Bandingkan dengan Mat 14:33 - “Dan orang-orang yang ada di perahu
menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau Anak Allah.’”.
Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul
adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah Dia. Kalau mereka
menganggap bahwa ‘Anak
Allah’ itu ‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang
Yahudi (bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah
Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.
3. Bandingkan dengan Yoh 5:17-18 - “(17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja
sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi
lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari
Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan
demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.
NIV/NASB: ‘making himself equal with
God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan Allah).
Di sini terlihat dengan
jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak Allah’, orang-orang Yahudi pada
saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti bahwa Yesus menganggap diri
sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan Allah, atau menganggap diri
setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai penghujatan terhadap Allah, dan
karena itu mereka mau merajam Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa maupun para Unitarian
menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya merupakan anggapan
/ penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang pengakuan Yesus
sebagai Anak Allah.
Jawaban:
Kalau itu memang merupakan
pemikiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang kata-kata Yesus itu,
mengapa Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?
4. Yoh 19:7
- “Jawab
orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu
Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.
Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap
diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia
membuat diriNya sendiri Anak Allah’.
Bdk. Mark 14:61-64 - “(61) Tetapi Ia
tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya sekali
lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ (62)
Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’
(63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Untuk apa kita
perlu saksi lagi? (64) Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah.
Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa
Dia harus dihukum mati.”.
Pengakuan Yesus bahwa diriNya adalah Anak Allah
membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya menghujat Allah, sehingga mereka
menganggap bahwa Ia harus dihukum mati. Dan lagi-lagi, tidak ada bantahan /
pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan tersebut.
2) Ada
banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit
mengatakan bahwa Yesus adalah Allah.
a) Maz 45:7-8
- “(7) Takhtamu kepunyaan (ya) Allah, tetap
untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat
kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu
Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan,
melebihi teman-teman sekutumu.”.
Alkitab Indonesia
salah terjemahan; entah dari mana muncul kata ‘kepunyaan’ itu.
KJV: ‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya
Allah).
Juga ayat ini
dikutip dalam Ibr 1:8-9.
Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu,
ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: anehnya di sini Alkitab Indonesia bisa
menterjemahkan dengan benar.
b) Yes
9:5 - “Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada
di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
Istilah
‘Allah yang perkasa’ ini muncul lagi dalam Yes 10:21.
Yes 10:20-21 - “(20)
Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum
keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi
akan bersandar kepada TUHAN,
Yang Mahakudus, Allah
Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub
akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.”.
Di sini istilah ini diterapkan kepada Yahweh / Allah
Israel (ay 20)!
c) Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada
Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus itu adalah Allah.
d) Yoh 1:18
- “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak
Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Perhatikan istilah ‘Anak Tunggal Allah’ yang saya garis bawahi itu.
NWT: ‘the only begotten god’ (= satu-satunya
allah yang diperanakkan).
TDB: “satu-satunya
allah yang diperanakkan”.
Catatan: NWT (New World Translation) dan TDB
(Terjemahan Dunia Baru) adalah Kitab Suci Saksi Yehuwa.
NASB: ‘the only
begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Dalam istilah / bagian ini terdapat textual problem (= problem text, dimana
ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang lain). Ada 4
golongan manuscript:
1. ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang diperanakkan).
2. ‘the only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).
3. ‘the only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan).
4. ‘(the) only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang mengatakan bahwa ada definite
article / kata sandang tertentu (‘the only begotten God’),
tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak digunakan definite article
/ kata sandang tertentu (‘only begotten God’).
Kebanyakan penafsir menganggap bahwa manuscript yang
keempatlah yang benar, dengan alasan:
1. Ini didukung
oleh manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin dekat manuscript
itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin dipercaya. Makin
baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah aslinya sehingga
makin tidak dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis
langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible
dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph
ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau
manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.
2. Ini
merupakan ‘bacaan
yang lebih sukar’ (‘more difficult
reading’).
Memang kalau ada perbedaan manuscript, biasanya bacaan
yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang diterima, berdasarkan suatu
anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk
akal’ menjadi ‘yang masuk akal’, dari pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang tidak masuk akal’. Dengan kata lain, penyalin manuscript itu mungkin
sekali mempermudah bacaan, tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.
Dalam peristiwa ini, kalau yang benar adalah yang no
1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya menjadi no 2 atau no 3, dan
lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang mengubah menjadi yang no 4, yang
‘begitu tidak masuk akal’.
Demikian juga kalau yang benar adalah no 2 atau no 3.
Sebaliknya, kalau no 4 yang benar, mungkin sekali
penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia menganggapnya sebagai
pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no 2 atau no 3.
Pada waktu Yesus disebut dengan istilah ‘only begotten God’ (= satu-satunya Allah
yang diperanakkan), maka:
a. Secara
implicit ini menunjukkan bahwa ada
semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah yang diperanakkan, dan ada
yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai dasar dari Allah Tritunggal.
b. Ini
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini
juga menjadi dasar dari doktrin ‘the
eternal generation of the Son’, yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan
secara kekal oleh Bapa.
c. Ini
menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi
Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus adalah Allah, dan Ia diperanakkan.
Jadi, Ia adalah satu-satunya Allah yang diperanakkan.
e) Yoh 20:28 - “Tomas menjawab
Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan bahwa Tomas mengatakan
demikian hanya sebagai seruan keheranan / karena kaget. Tetapi ini sama sekali
tidak mungkin, karena:
1. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada Yesus.
NASB (Literal /
hurufiah): “Thomas
answered and said to Him, ‘My Lord and my God!’” (= Tomas menjawab
dan berkata kepadaNya: ‘Tuhanku dan Allahku!’).
Perhatikan bahwa
dalam terjemahan NASB, yang memang menterjemahkan secara hurufiah ini,
dikatakan bahwa ‘Tomas menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau seseorang
mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya
Allah’, karena kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada
siapapun. Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu
berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’. Tidak, ia
betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa Tomas
mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.
2. A. H. Strong mengatakan bahwa kebiasaan
menyebut nama Allah pada saat kaget seperti itu tidak ada dalam kalangan
Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama Allah dengan sembarangan
/ sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).
Satu hal lain yang perlu diperhatikan berkenaan dengan ayat ini adalah
bahwa Yesus bukan saja tidak menegur / memarahi / menyalahkan Tomas atas
kata-katanya itu, tetapi Yesus bahkan lalu mengucapkan kata-kata dalam
Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima, dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh Tomas
terhadap diriNya itu.
kristologi (3)
f) Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan,
karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan
jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri”.
Ayat
ini salah terjemahan karena kata ‘Anak’
(yang saya letakkan dalam tanda kurung), sebetulnya tidak ada. Dengan demikian
kata ‘Nya’
jelas menunjuk kepada kata ‘Allah’
(yang saya garis bawahi), dan sekaligus kata itu pasti menunjuk kepada Yesus
(karena ada kata ‘darah’).
Karena
itu jelas bahwa ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah.
Bandingkan
dengan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Take heed therefore unto yourselves,
and to all the flock, over the which the Holy Ghost hath made you overseers, to
feed the church of God, which he hath purchased with his own blood’ (= Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri,
dan seluruh kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu penilik,
untuk memberi makan gereja Allah, yang telah dibeliNya dengan darahNya sendiri).
Catatan: NIV dan NASB menterjemahkan seperti KJV.
RSV = Kitab Suci Indonesia, tetapi pada catatan kakinya memberikan terjemahan
seperti KJV/NIV/NASB.
g) Ro 9:5 - “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang
menurunkan Mesias dalam keadaanNya
sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia
adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
h) Tit 2:13 - “dengan
menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan
kemuliaan (Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita) Yesus
Kristus,” (tanda kurung dari
saya).
Bagian terakhir dari ayat
ini (yang saya garis bawahi) memungkinkan 2 cara pembacaan:
1. (Allah
yang Mahabesar) dan (Juruselamat kita
Yesus Kristus).
Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini membicarakan 2 pribadi, yang pertama adalah ‘Allah yang Mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’. Dengan demikian ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah.
2. (Allah
yang Mahabesar dan Juruselamat kita), Yesus
Kristus.
Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini hanya membicarakan satu pribadi, yaitu ‘Yesus
Kristus’, yang digambarkan sebagai ‘Allah yang Mahabesar’ maupun sebagai ‘Juruselamat
kita’.
NIV memilih pilihan kedua
karena NIV menterjemahkannya sebagai berikut: (= sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia
dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus).
Saya sendiri memilih
pembacaan kedua, karena:
Alasan pertama: Kata ‘appearing’
(= penampilan / pemunculan), yang dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘penyataan’, diterjemahkan dari kata
bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang selalu menunjuk pada kedatangan Yesus
(bdk. 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 1:10 2Tim 4:1,8), dan tidak pernah menunjuk kepada
Bapa.
2Tes 2:8 - “pada
waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan Yesus
akan membunuhnya dengan nafas mulutNya dan akan memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.”.
RSV: ‘by his appearing and
his coming.’ (= oleh pemunculanNya dan kedatanganNya).
NASB: ‘by the appearance of
His coming;’ (= oleh pemunculan dari kedatanganNya).
Kata ‘appearing’ / ‘appearance’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.
1Tim 6:14 - “Turutilah
perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya,”.
KJV: ‘until the appearing
of our Lord Jesus Christ:’ (= sampai pemunculan dari Tuhan kita Yesus
Kristus).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.
2Tim 1:10 - “dan
yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan
Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan
kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa.”.
KJV: ‘by the appearing of
our Saviour Jesus Christ,’ (= oleh pemunculan dari Juruselamat kita
Yesus Kristus).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.
2Tim 4:1 - “Di
hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang
mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi
penyataanNya dan demi KerajaanNya:”.
KJV: ‘at his
appearing’ (= pada pemunculanNya).
RSV: ‘by his appearing’ (= oleh pemunculanNya).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.
2Tim 4:8 - “Sekarang telah
tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan,
Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga
kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya.”.
KJV: ‘his appearing’ (= pemunculanNya).
Kata ‘appearing’ ini diterjemahkan dari kata Yunani
EPIPHANEIA.
Alasan kedua: Pembacaan kedua ini sesuai
dengan hukum bahasa Yunani yang diberikan oleh Dana & Mantey, dan juga
ahli-ahli bahasa Yunani yang lain.
Dana & Mantey mengatakan
bahwa bila kata Yunani KAI (= dan) menghubungkan
2 kata benda dengan case / kasus yang sama,
dan jika ada kata sandang yang mendahului kata benda
yang pertama, dan kata sandang itu tidak diulangi sebelum kata benda yang kedua,
maka kata benda yang terakhir selalu berhubungan
dengan pribadi yang dinyatakan oleh kata benda yang pertama. Dengan kata lain,
kata benda yang kedua merupakan pengambaran lebih jauh tentang pribadi itu
(‘A Manual Grammar of the Greek New Testament’, hal 147).
Jadi, rumus ini
berlaku kalau 3 syarat ini dipenuhi:
a. Ada 2 kata benda dengan case / kasus yang sama.
b. Kedua kata benda itu dihubungkan dengan kata
penghubung KAI (= dan).
c. Kata benda pertama mempunyai kata sandang
tertentu, sedangkan kata benda kedua tidak.
Catatan: ‘case’ / ‘kasus’ merupakan suatu istilah
dalam gramatika bahasa Yunani.
Gresham Machen: [= Kata benda
dalam bahasa Yunani mempunyai jenis kelamin (laki-laki,
perempuan dan netral), bilangan / jumlah (tunggal dan jamak), dan case
/ kasus. ... Ada lima cases / kasus; nominatif, genitif, datif,
akusatif, dan vokatif. ... Subyek dari suatu kalimat diletakkan dalam kasus
nominatif. ... Obyek dari suatu kata kerja transitif ditempatkan dalam kasus
akusatif. ... Kasus genitif menyatakan kepemilikan. ... Kasus datif adalah
kasus dari obyek tidak langsung. ... Kasus vokatif adalah kasus dari sapaan
langsung] -
‘New Testament Greek For Beginners’, hal 23,24,25.
k.b. 1 k.b. 2 pribadi yg digbrkan
kata
penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive Case), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata penghubung KAI (= dan). Kata benda yang pertama (k. b. 1), yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ mempunyai definite article / kata sandang (TOU MEGALOU THEOU / the great God), tetapi kata benda yang kedua (k. b. 2), yaitu ‘Juruselamat’ tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama, yaitu ‘Allah yang Mahabesar’ merupakan penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan penggambaran lanjutan terhadap pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.
Jadi, Tit 2:13 ini menggambarkan Yesus
Kristus dengan istilah ‘Allah yang Mahabesar’ maupun ‘Juruselamat’.
i) Ibr 1:8 - “Tetapi
tentang (kepada) Anak Ia berkata:
‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk
seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran.”.
Kata-kata ‘tentang
Anak’ bisa
diterjemahkan ‘kepada
Anak’.
KJV: ‘But unto the Son he saith’
(= Tetapi kepada Anak Ia berkata).
RSV/NIV/NASB menterjemahkan seperti Kitab Suci
Indonesia.
Calvin
(hal 44) menterjemahkan seperti KJV dan demikian juga dengan John Owen (‘Hebrews: The Epistle of Warning’, hal
10).
Dan
Bible Works 7 menunjukkan bahwa kedua terjemahan, seperti Kitab Suci
Indonesia/RSV/NIV/NASB, maupun seperti KJV/NKJV, memungkinkan.
Saya
lebih condong dengan terjemahan dari KJV karena kalau dilihat kata-katanya
selanjutnya maka memang ayat ini menunjukkan bahwa Bapa berbicara kepada
Anak, bukan tentang Anak.
Jadi,
ayat ini menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada Anak / Yesus, dan menyebutNya
sebagai ‘Allah’ (Yunani: HO THEOS / the God)!
j) 2Pet 1:1 - “Dari
Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama
dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan (Allah dan Juruselamat kita), Yesus Kristus.”
(tanda kurung dari saya).
Di sini kita kembali bertemu
dengan hukum bahasa Yunani yang telah kita bahas pada pembahasan Tit 2:13 di
depan.
2Pet 1:1b - “Allah
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
k.b.1 k.b.2 pribadi yg digbrkan
kata penghubung KAI
Di sini ada dua kata benda dengan case yang sama (Genitive
Case), yaitu ‘Allah’ dan ‘Juruselamat’. Kedua kata benda itu dihubungkan oleh kata
penghubung KAI (= dan). Kata benda yang
pertama (k.b.1), yaitu ‘Allah’ mempunyai kata
sandang (TOU THEOU / the God), tetapi kata benda yang kedua
(k.b.2), yaitu ‘Juruselamat’, tidak mempunyainya (SOTEROS). Kata benda pertama,
yaitu ‘Allah’ merupakan
penggambaran dari kata ‘Yesus Kristus’. Maka kata
benda kedua, yaitu ‘Juruselamat’ merupakan
penggambaran lanjutan tentang pribadi yang sama, yaitu ‘Yesus Kristus’.
Jadi, 2Pet 1:1b ini
menggambarkan Yesus Kristus dengan istilah ‘Allah’ maupun ‘Juruselamat’.
2Pet 1:1
(NASB): “... by the righteousness of our
God and Savior, Jesus Christ” [= oleh kebenaran Allah dan Juruselamat kita,
Yesus Kristus].
Jadi
di sini Yesus disebut dengan istilah ‘Allah dan
Juruselamat kita’.
k) 1Yoh 5:20 - “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah
mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita
ada di dalam Yang Benar, di dalam AnakNya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup
yang kekal.”.
Calvin mengatakan bahwa para pengikut Arianisme
berusaha untuk menerapkan kalimat terakhir itu kepada Bapa. Tetapi ada 3 alasan
yang tidak memungkinkan hal itu:
1. Calvin
dan A. H. Strong mengatakan bahwa sebutan ‘Allah yang benar’, dalam kalimat yang terakhir itu, tidak mungkin
menunjuk kepada Bapa, karena sebelumnya Bapa sudah 2 x disebut dengan istilah ‘Yang benar’. Masakan sekarang disebut lagi dengan istilah ‘Allah yang benar’?
2. Kalimat
terakhir itu diawali dengan kata-kata ‘Dia adalah’. Terjemahan ini agak kurang tepat, karena kata-kata
Yunani yang digunakan adalah HOUTOS ESTIN, yang artinya adalah ‘This is’ (= Ini adalah). Kata-kata ini jelas menunjuk kepada ‘orang terakhir’
dari kalimat sebelumnya, yaitu ‘Yesus Kristus’.
3. Adanya
sebutan ‘hidup
yang kekal’ pada akhir dari kalimat
terakhir itu. Dalam tulisan-tulisannya, Yohanes memang sangat sering
menghubungkan hidup yang kekal dengan Yesus (bdk. Yoh 3:15,16,36 4:14
6:27,40,47,54,68 10:28 1Yoh 5:11-13).
Jadi, ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa Yesus
adalah Allah, dan kata ‘Allah’ di sini lagi-lagi adalah HO THEOS / the God.
l) Wah 1:7-8 - “(7)
Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga
mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya,
amin. (8) ‘Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan
Allah, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang
Mahakuasa.’”.
Bahkan dari kalangan penafsir-penafsir Kristen, banyak
yang mengatakan bahwa yang berbicara dalam Wah 1:8 adalah Bapa. Tetapi
ay 7 membicarakan tentang Kristus, dan demikian juga ay 9-20 (Yohanes
mendapat penglihatan tentang Yesus). Jadi, saya setuju dengan William Hendriksen
yang mengatakan bahwa yang berbicara dalam ay 8nya juga pasti adalah Kristus.
William Hendriksen: [= Bahwa gelar
yang mulia ini menunjuk kepada Kristus tidak boleh diragukan. Baik kontext yang
persis mendahuluinya maupun kontext yang persis sesudahnya mempunyai hubungan
dengan Kristus (lihat ayat-ayat 7,13)] - ‘More Than Conquerors’, hal 54.
Kalau memang Kristus yang
berbicara dalam ay 8 itu, maka di sini Ia disebut dengan istilah ‘Tuhan Allah’, dan kata ‘Allah’ dalam bahasa Yunaninya
lagi-lagi menggunakan HO THEOS (= the God).
II) Kristus adalah sungguh-sungguh
manusia.
1) Bukti bahwa
Yesus adalah manusia:
a) Ia
disebut ‘orang’ / ‘seorang manusia’ (Yoh 8:40 Kis 2:22
Ro 5:15 1Kor 15:21).
b) Ia
menyebut diriNya sendiri ‘Anak Manusia’ (Mat 24:44).
Sama seperti ‘Anak Allah’ adalah ‘Allah’, maka
‘Anak Manusia’ adalah ‘manusia’!
Ini bisa kita gunakan dalam berargumentasi melawan
Saksi Yehuwa / Unitarian dengan cara sebagai berikut: kalau kamu mengatakan
bahwa ‘Anak Allah’ bukan Allah, maka bagaimana dengan ‘Anak Manusia’? Bukan manusia?
c) Kitab
Suci mengatakan bahwa Ia telah menjadi manusia / daging (Yoh 1:14 1Tim 3:16 Ibr 2:14
1Yoh 4:2).
Dalam Yoh 1:14
1Tim 3:16 dan 1Yoh 4:2 sebetulnya terjemahan hurufiahnya
bukanlah ‘manusia’ tetapi ‘daging’. Ini merupakan suatu synecdoche (= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili
seluruhnya), yang bukan hanya menunjuk pada daging / tubuh manusia, tetapi pada
seluruh manusia. Dengan demikian ayat-ayat tersebut tidak boleh diartikan bahwa
Kristus hanya mempunyai tubuh manusia tetapi tidak mempunyai jiwa / roh
manusia.
d) Kitab
Suci menggambarkan Kristus sebagai seseorang yang:
1. Mempunyai
tubuh (darah, daging, dan tulang) dan jiwa / roh.
a. Bahwa
Kristus betul-betul mempunyai tubuh (darah, daging, tulang) ditunjukkan oleh
ayat-ayat seperti Mat 26:26,28 Luk
24:39 Ibr 2:14.
b. Bahwa
Kristus mempunyai jiwa / roh ditunjukkan oleh:
· ayat-ayat seperti:
* Mat 26:38 - “lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya.
Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Dalam Mat 26:38 ini kata ‘hati’
seharusnya adalah ‘jiwa’ (bahasa Yunani: PSUKHE).
* Mat 27:50 - “Yesus berseru pula dengan suara
nyaring lalu menyerahkan nyawaNya.”.
Luk 23:46 - “Lalu Yesus berseru dengan suara
nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’
Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.
Dalam Mat 27:50 dan Luk 23:46, kata ‘nyawa’
seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
* Yoh 11:33 - “Ketika Yesus melihat Maria menangis dan
juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata:”.
Dalam Yoh 11:33 kata ‘hati’ seharusnya adalah ‘roh’ (bahasa Yunani: PNEUMA).
* Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu
terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?
Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”.
Dalam Yoh 12:27 Kitab Suci Indonesia memberikan
terjemahan yang benar, yaitu ‘jiwaKu’.
* Yoh 13:21 - “Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.’”.
Dalam Yoh 13:21 terjemahan hurufiah dari
kata-kata yang saya garis-bawahi adalah: ‘was
troubled in spirit’ (= terganggu / susah dalam roh).
* 1Yoh 3:16 - “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus,
yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawaNya
untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara
kita.”.
Dalam 1Yoh 3:16 kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘jiwa’.
· adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia.
* pikiran manusia.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat
itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan
Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya
dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
* perasaan manusia.
Mat 8:10 - “Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang
mengikutiNya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah
Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.”. Bdk. Luk 7:9.
Mat 9:36 - “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka,
karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”.
Mat 26:37,38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan
kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,
(38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih,
seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini
dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Mark 3:5 - “Ia berdukacita
karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada
mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia
mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.
Mark 6:6 - “Ia merasa heran
atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa
sambil mengajar.”.
Yoh 11:33,35 - “(33) Ketika Yesus melihat Maria
menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu
dan berkata: ... (35) Maka menangislah Yesus.”.
Yoh 12:27 - “Sekarang jiwaKu terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam
saat ini.”.
* kehendak manusia (Mat 26:39).
Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud
dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini
lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.
Adanya pikiran, perasaan dan kehendak manusia dalam
diri Yesus ini jelas menunjukkan adanya jiwa / roh manusia.
2. Mengalami
pertumbuhan / perkembangan.
Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan
Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
3. Mengalami
segala sesuatu yang dialami oleh manusia-manusia yang lain (kecuali dalam hal
melakukan dosa), seperti: lahir (Luk 2:7), lapar (Mat 4:2), haus
(Yoh 4:7 Yoh 19:28), letih
(Yoh 4:6), tidur (Mat 8:24), penderitaan (Ibr 2:10,18 Ibr 5:8), dan mati (Yoh 19:30).
e) Ayat-ayat
seperti Ro 8:3 Fil 2:7-8 Ibr 2:14-17 jelas menunjukkan bahwa
Yesus sungguh-sungguh adalah manusia.
kristologi (4)
2) Keberatan
terhadap kemanusiaan Yesus dan jawabannya:
a) Ada
orang yang mengatakan bahwa kalau Yesus adalah manusia yang suci, maka
sebetulnya Ia bukan manusia, karena semua manusia berdosa. Untuk menjawab
keberatan ini perlu diketahui bahwa dosa tidak termasuk dalam hakekat manusia.
Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa sudah adalah manusia! Jadi jelaslah
bahwa tidak harus berdosa baru bisa disebut sebagai ‘manusia’!
b) Ada
juga yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah manusia yang sama seperti kita karena
dalam pembuahannya tidak digunakan air mani laki-laki. Untuk menjawab serangan
ini, kita bisa menunjuk pada Adam dan Hawa, yang dalam pembentukannya juga
tidak menggunakan air mani laki-laki. Bahkan boleh dikatakan bahwa dalam
pembentukan mereka tidak ada pembuahan apapun. Tetapi mereka tetap adalah
manusia sungguh-sungguh, sama seperti kita.
Seseorang pernah berkata bahwa Allah bisa dan pernah
mencipta manusia dengan 4 cara:
1. Tanpa
menggunakan laki-laki ataupun perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan Adam.
2. Tanpa
menggunakan perempuan tetapi dengan menggunakan laki-laki, yaitu pada waktu Ia
menciptakan Hawa.
3. Tanpa
menggunakan laki-laki tetapi dengan menggunakan perempuan, yaitu pada waktu Ia
menciptakan manusia Yesus.
4. Dengan
menggunakan laki-laki dan perempuan, yaitu pada waktu Ia menciptakan semua
manusia selain Adam, Hawa, dan manusia Yesus.
Jadi kesimpulannya, bahwa manusia Yesus diciptakan
oleh Allah hanya dengan menggunakan seorang perempuan, tidak menyebabkan Ia
bukanlah manusia yang sejati.
3) Hal yang harus diwaspadai.
Sesuatu yang penting sekali untuk diwaspadai /
diperhatikan adalah: Ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus, dan
ada banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Kita tidak boleh
menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan
bahwa Ia bukanlah manusia, dan kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang
menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah!
Para Saksi Yehuwa / orang
Islam sering melakukan kesalahan ini dimana mereka menggunakan ayat-ayat yang
menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah
Allah.
Misalnya:
a) Mat 24:36 yang menunjukkan pikiran manusia
yang terbatas dalam diri Yesus, dipakai sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah
Allah.
Mat 24:36 - “Tetapi
tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di
sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya
Bapa sendiri.’”.
b) Yoh 14:28 yang jelas juga menekankan Yesus
sebagai manusia (pikiran manusialah yang saat itu timbul) dipakai untuk
membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah, atau bahwa Yesus lebih rendah dari pada
Allah.
c) Ibr 5:8 yang mengatakan bahwa Yesus ‘telah
belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’, yang jelas juga
menunjukkan Yesus sebagai manusia, dipakai untuk menunjukkan bahwa Yesus
bukanlah Allah, karena Allah tak perlu belajar.
Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat
dari apa yang telah dideritaNya,”.
d) Mat 4:1-11 yang menunjukkan bahwa Yesus
dicobai, dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah,
karena Allah tidak bisa dicobai (bdk. Yak 1:13).
e) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus berdoa,
juga mereka pakai untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah, karena Allah tidak
perlu berdoa.
Illustrasi:
Saya adalah seorang pendeta, tetapi pada saat yang sama saya juga adalah
seorang olahragawan. Kadang-kadang
saya memakai toga dan memimpin Perjamuan Kudus, sehingga saya terlihat sebagai
pendeta. Tetapi kadang-kadang saya memakai
celana pendek, kaos, dan sepatu olah raga, sehingga saya terlihat sebagai
olahragawan. Tidak ada orang yang pada waktu
melihat saya memakai toga, menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan
olahragawan, dan sebaliknya, pada waktu melihat saya memakai pakaian olah raga,
menganggap itu sebagai bukti bahwa saya bukan pendeta!
Analoginya, karena Yesus
adalah Allah dan manusia, maka kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang
menunjukkan keilahian Yesus untuk membuktikan bahwa Ia bukan manusia, atau
menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Yesus untuk membuktikan
bahwa Ia bukan Allah!
Herschel H. Hobbs: “It
is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity.” (= Menyangkal kemanusiaanNya
adalah sama sesatnya dengan menyangkal keAllahanNya.) - ‘The Epistles of John’, hal 21.
III) Pentingnya keilahian Kristus.
1) Supaya Ia bisa taat sempurna kepada BapaNya.
Ini penting karena kalau Ia
jatuh ke dalam dosa 1 x saja, maka Ia tidak mungkin menebus dosa kita.
2) Supaya pengorbanan / kematianNya mempunyai nilai penebusan yang tak
terbatas.
Logikanya, kalau Ia hanya
seorang manusia biasa, maka paling-paling kematianNya hanya bisa menebus
seorang manusia. Bahkan sebetulnya tidak ada manusia bisa menebus manusia yang
lain. Hal ini dinyatakan dalam Maz 49:8-9.
Mazmur 49:8-9 - “(8) Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, (9) karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya -”.
Kitab Suci bahasa Indonesia maupun
RSV salah terjemahan. Bandingkan dengan terjemahan NIV.
Ps 49:6-7 (NIV): “No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment is
ever enough” (= Tidak seorang manusiapun bisa menebus nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan
untuk dia;
tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tidak ada pembayaran yang bisa
mencukupi).
Terjemahan KJV / NASB
menggunakan kata ‘brother’ (=
saudara) sebetulnya adalah yang paling hurufiah.
KJV: ‘None of
them can by any means redeem his brother, nor
give to God a ransom for him:’ (= Tak ada dari mereka bisa dengan cara
apapun menebus saudaranya, atau memberi kepada
Allah suatu tebusan baginya:).
NASB: ‘No man
can by any means redeem his brother Or give to
God a ransom for him -’ (= Tak seorangpun bisa dengan cara apapun menebus saudaranya Atau memberi kepada Allah suatu tebusan
baginya -).
Baik KJV/NIV/NASB jelas
memaksudkan orang lain, bukan dirinya sendiri. Jadi manusia tak bisa menebus
orang lain. Tetapi Kristus berbeda karena:
a) Ia adalah Allah dan manusia.
b) Sebagai manusia Ia suci / tak berdosa.
Charles Hodge: (= Kesempurnaan
dari pemuasan / pelunasan Kristus ini, … bukanlah karena Ia telah menderita apa
yang seharusnya ditanggung orang berdosa, baik dalam jenisnya atau dalam
tingkatannya; tetapi terutama karena martabat yang tak
terbatas dari pribadiNya. Ia bukan semata-mata
seorang manusia, tetapi Allah dan manusia dalam satu pribadi.) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 483.
3) Supaya pada waktu Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada
Yesus, Ia tidak bertindak tidak adil.
Kalau Yesus hanya seorang
manusia biasa, dan Allah menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, maka
Allah jelas telah bertindak tidak adil, karena Ia menghukum seseorang karena
dosa orang lain. Tetapi karena Yesus adalah Allah sendiri, maka Allah tetap
adil, karena pada waktu Ia menimpakan hukuman umat manusia kepada Yesus, pada
hakekatnya Ia menimpakan hukuman itu kepada diriNya sendiri.
IV) Pentingnya kemanusiaan Yesus.
1) Yang berbuat dosa adalah manusia, dan karena itu hukumannya harus
ditanggung oleh seorang manusia. Karena itulah Kristus harus menjadi seorang manusia yang sama dengan kita.
Ibr 2:14-17 - “(14) Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15)
dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya
berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab
sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia
kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah
sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya,
supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada
Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Calvin (tentang Ibr 2:14): (= Anak Allah mengenakan daging kita, supaya Ia bisa mengambil bagian dari
hakekat yang sama dengan kita, dan supaya dengan mengalami kematian Ia bisa
menebus kita darinya.).
Ro 8:3 - “Sebab apa yang
tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah
dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging,
yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia
telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Calvin (tentang Ro 8:3): (= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa;
karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan /
menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian
melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada
dirinya sendiri. ... Kristus mengalami
kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada
simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan
suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.).
William Hendriksen (tentang
Ro 8:3): [= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu
datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah
sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya
tetap tanpa dosa apapun.].
Gregory Nazianzus: “For that which is not taken up is not healed” (= Karena apa yang
tidak diambil, tidak disembuhkan).
Cyril of Alexandria: “That which is not assumed is not saved” (= Apa yang tidak
diambil, tidak diselamatkan).
Tetapi Kristus haruslah
menjadi seorang manusia yang suci, karena kalau Ia sendiri berdosa, Ia tidak
bisa menebus dosa kita.
Ibr 7:26-27 - “(26)
Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu
yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa
dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, (27) yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus
mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah
untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukanNya satu kali untuk
selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diriNya sendiri sebagai korban.”.
2) Supaya bisa menjadi pengantara antara Allah dan manusia.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu
esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia
Kristus Yesus,”.
3) Supaya Ia bisa merasakan pencobaan dan penderitaan yang dialami oleh
manusia. Dengan demikian Ia bisa bersimpati terhadap manusia yang menderita dan
dicobai dan bisa menolong mereka.
Ibr 2:17-18 - “(17)
Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan
yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. (18) Sebab
oleh karena Ia sendiri telah menderita karena
pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.
Ibr 4:15 - “Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama
dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
William G. T. Shedd: (= Sebelum
mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami perasaan manusia karena
Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah
mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum
inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak
mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah
peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak /
belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya
mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang
berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti
manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.
Matthew Poole (tentang
Ibr 2:18):
(= Sebelumnya Ia sudah mempunyai belas kasihan Allah,
dan seakan-akan itu belum cukup, sekarang Ia mempunyai
hakekat manusia yang telah dicobai, untuk melunakkan / melembutkan hatiNya
supaya Ia mengasihani saudara-saudaraNya dalam penderitaan dan pencobaan mereka.).
4) Supaya Ia bisa menjadi teladan bagi manusia.
Mat 11:29 - “Pikullah
kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”.
Yoh 13:14-15 - “(14)
Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka
kamupun wajib saling membasuh kakimu; (15) sebab Aku
telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti
yang telah Kuperbuat kepadamu.”.
Fil 2:5-8 - “(5)
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8)
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”.
Ibr 12:2-4 - “(2)
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju
kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman
kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul
salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah
kanan takhta Allah. (3) Ingatlah selalu akan Dia,
yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak
orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi
lemah dan putus asa. (4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu
belum sampai mencucurkan darah.”.
1Pet 2:21 - “Sebab
untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya.”.
Kalau Ia tetap sebagai
Allah, maka bagaimanapun sucinya Ia hidup, Ia tidak bisa menjadi teladan bagi
manusia, karena manusia tidak bisa melihat Dia. Tetapi dengan Ia sudah menjadi
manusia, maka manusia bisa melihat kehidupanNya yang suci dan meneladaninya.
kristologi (5)
V) Kristus: 1 person / pribadi dengan 2 natures / hakekat.
A) Istilah ‘Person’
dan ‘Nature’.
1) Mengapa digunakan istilah-istilah seperti ‘person’ (= pribadi) dan ‘nature’ (= hakekat),
padahal istilah-istilah tersebut tidak ada dalam Kitab Suci?
Calvin (pada waktu ia
berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh
1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:
(= Dan / tetapi penulis-penulis
kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak
ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang
sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti
dua dari orang-orang sesat, maka mereka
terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain dari pada apa yang
diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat
Allah yang satu dan sederhana.).
Herman Bavinck mengatakan
sebagai berikut:
(= Jelaslah bahwa pengakuan iman
Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infallible
/ tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya,
seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat,
dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci,
tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus
diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh
bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun di luar
gereja. Semua istilah dan pernyataan
yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan
misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya
supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau
menyangkalnya.) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 321-322.
Bavinck melanjutkan lagi:
(= Pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih
ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan /
memandang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang
lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami
menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki
pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan
kata-kata dan istilah-istilah untuk
menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa istilah-istilah dari para
penyerang doktrin tentang 2 hakekat ini,
jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering
terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang
dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita.) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 322.
Apa yang dikatakan oleh
Bavinck ini terbukti dalam buku sesat dari Pdt. Yohanes Bambang, yang berjudul
‘Tuhan, Ajarlah Aku’.
Dalam hal 131, ia berkata sebagai
berikut: “Jadi
karena hakikat Alkitab berfungsi sebagai pewartaan iman maka dalam
kesaksiannya tidak pernah berspekulasi juga mengenai masalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh Tertullianus. Alkitab tidak pernah
membuat hipotesa tentang Allah Bapa, Allah Anak dan Roh Kudus dengan
kategori-kategori ‘UNA SUBSTANTIA, TRES PERSONAE’ (satu zat yang memiliki tiga
pribadi). Cara berpikir Tertullianus adalah cara berpikir yang
filsafati ketimbang cara berpikir teologis-alkitabiah. Bila demikian,
identitas Roh Kudus bukan dalam pengertian ZAT ILAHI yang memiliki kepribadian
sendiri. Alkitab tidak pernah mengenal atau
mempergunakan istilah dan pengertian ZAT ILAHI”.
Jadi terlihat bahwa ia menolak ajaran
Tertullian ini dengan alasan bahwa istilah ‘zat ilahi’ itu tidak ada dalam
Kitab Suci. Tetapi anehnya dalam bagian lain dari bukunya ia berkata:
· “Secara
matematis memang berjumlah tiga. Tetapi dari penghayatan iman dan materi Allah: ketigaNya adalah YANG TUNGGAL” (hal 109).
· “Jadi Allah dan
Yesus adalah satu, tapi bukan satu dalam arti matematis, juga bukan dalam arti
satu zat. Allah dan Yesus adalah satu dalam ciri
hakiki ilahi dan karya (pekerjaan)Nya” (hal 110).
· “... sehingga
dalam diri Yesus Kristus nampak seluruh ciri hakiki
Allah sendiri” (hal 135).
Perhatikan bahwa sekarang ia
menggunakan istilah-istilah ‘materi Allah’, ‘ciri hakiki ilahi’, dan ‘ciri
hakiki Allah’. Bukankah istilah-istilah itu juga
tidak ada dalam Kitab Suci? Jadi terlihat kebenaran kata-kata Bavinck di
atas. Orang ini baru saja mencela penggunaan istilah
‘zat ilahi’, tetapi lalu menciptakan istilahnya sendiri, yang juga tidak ada
dalam Kitab Suci, dan jelas lebih jelek nilainya dari istilah ‘zat ilahi’ yang
ia cela.
2) Arti dari person dan nature.
Pada waktu LOGOS / Anak
Allah berinkarnasi, Ia tidak mengambil pribadi manusia,
tetapi hakekat manusia (yang lalu mendapat
kepribadiannya dari LOGOS).
Kalau demikian, bisakah kita
berkata bahwa Yesus tidak mengambil seluruh manusia, karena yang Ia
ambil adalah manusia tanpa kepribadian? Kalau memang LOGOS tidak
mengambil seluruh manusia, bukankah itu berarti bahwa Ia tidak menebus seluruh
manusia? Kalau Ia tidak mengambil kepribadian manusia, bukankah itu berarti
bahwa kepribadian kita tidak ditebus?
Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu mengerti tentang arti
/ definisi dari istilah ‘person /
pribadi’ dan ‘nature / hekekat’.
a) Human
nature adalah substance / essence
(= hakekat) dari manusia. Tidak ada perbedaan antara human nature yang satu dengan human nature yang lain. Semua manusia
mempunyai human nature yang sama.
b) Human
nature sudah merupakan seluruh manusia, tidak ada sedikitpun yang kurang.
c) Human
person (= pribadi manusia) adalah human
nature yang sudah dipribadikan. Karena itu, human person
yang satu berbeda dengan human person
yang lain.
Beberapa kutipan kata-kata
William G. T. Shedd:
1. (= Kepribadian bukanlah merupakan bagian yang perlu untuk melengkapi dan bukan
bagian yang pokok / hakiki dari suatu hakekat, tetapi merupakan terminal /
tujuan yang dituju oleh hakekat itu) - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 287.
2. [= Pada waktu kita berbicara
tentang suatu hakekat manusia, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata
yang memiliki sifat-sifat fisik, ratio, moral dan rohani. Hakekat manusia ini bisa (mempunyai kemampuan) menjadi
pribadi manusia tetapi belum / bukan merupakan pribadi manusia. Hakekat
manusia itu perlu dipribadikan supaya menjadi seorang manusia tersendiri yang
sadar. Seorang pribadi manusia adalah sebagian
kecil dari hakekat atau zat manusia tertentu yang telah dipisahkan dari seluruh
massa, dan dibentuk menjadi pribadi tersendiri yang berbeda dan terpisah, oleh
proses kelahiran. Sebelum pemisahan dan
pembentukan ini, bagian kecil dari seluruh hakekat manusia itu, mempunyai semua
sifat-sifat dari seluruh massa dari mana ia merupakan bagian, tetapi ia belum
dipribadikan. Ia berpotensi untuk menjadi pribadi, tetapi ia tidak / belum
sungguh-sungguh merupakan pribadi. Ia
mempunyai semua sifat-sifat yang sesudah itu muncul dalam pribadi tertentu
yang dibentuk darinya,] - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 289-290.
3. (= Segumpal tanah liat mempunyai semua sifat-sifat
dari bahan / zat yang dimiliki oleh bejana yang terhormat dan tak terhormat.
Tetapi gumpalan tanah liat itu belum mempunyai bentuk
dari bejana itu. Suatu tindakan dari penjunan harus ikut campur, dengan mana
segumpal tanah liat itu dipisahkan dari seluruh gumpalan dan dibentuk menjadi
suatu jambangan tertentu yang mempunyai bentuknya yang khas. Demikian juga, hakekat manusia sebagai suatu keseluruhan
yang ada di dalam Adam mempunyai semua sifat-sifat dasar yang diperlukan untuk
kepribadian, sekalipun hakekat manusia itu belum dipribadikan.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 290-291.
4. (= Jadi, perbedaan sebenarnya
antara hakekat dan pribadi adalah perbedaan antara zat dan bentuk.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 291.
5. (= Perbedaan lain lagi antara ‘hakekat’ dan ‘pribadi’ adalah fakta bahwa suatu hakekat tidak bisa dibedakan dari hakekat yang lain,
sedangkan suatu
pribadi bisa dibedakan dari pribadi yang lain.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 294.
Catatan: ini hanya ilustrasi untuk
menjelaskan. Perlu dicamkan, bahwa dalam realitanya
hakekat manusia yang belum dibentuk itu TIDAK PERNAH
ADA sendirian / terpisah dari hakekat / pribadi ilahi!
Kesimpulan dari semua ini:
Karena person
/ pribadi adalah nature / hakekat
yang sudah dibentuk / dipribadikan, maka sebetulnya person / pribadi tidak memiliki kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat. Ingat bahwa
‘pembentukan’ bukanlah penambahan zat!
Sama seperti segumpal tanah
liat, yang sudah dibentuk menjadi jambangan / gelas, tidak mempunyai kelebihan
zat dibandingkan dengan saat gumpalan tanah liat itu belum dibentuk,
demikian juga person / pribadi tidak mempunyai kelebihan zat dibandingkan dengan nature / hakekat.
Illustrasi:
Dari illustrasi gambar ini
terlihat dengan jelas bahwa perbedaan antara nature dan person, tidak
terletak pada perbedaan zat / hakekat, tetapi pada pembentukan (nature / hakekat - belum dibentuk; person / pribadi - sudah dibentuk).
Dengan demikian, pada waktu Yesus mengambil human nature / hakekat manusia, Ia
sebetulnya sudah mengambil seluruh manusia, tanpa ada yang kurang sedikitpun.
B) Hypostatical / personal
Union (= persatuan pribadi).
1) Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan
sungguh-sungguh manusia. Tetapi Ia hanya merupakan 1 pribadi.
Dasar dari pandangan ini:
Dalam Kitab Suci sering
ditunjukkan akan adanya lebih dari 1 pribadi dalam diri Allah. Misalnya:
a) Penggunaan kata ganti orang bentuk jamak.
Kej 1:26 - “Berfirmanlah
Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia
menurut gambar dan rupa Kita, supaya
mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di
bumi.’”.
b) Pembicaraan antara satu pribadi dengan pribadi
yang lain.
Maz 2:7 - “Aku
mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia
berkata kepadaku: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada
hari ini.”.
c) Adanya saling kasih-mengasihi antara
pribadi-pribadi itu.
Mat 3:17 - “lalu
terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah
AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
d) Pribadi yang satu mengutus pribadi yang lain.
Bapa mengutus Anak, dan Bapa
dan Anak mengutus Roh Kudus.
Yoh 17:3 - “Inilah hidup yang
kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”.
Yoh 14:26 - “tetapi
Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh
Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu
kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”.
Yoh 15:26 - “Jikalau
Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa
datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang
Aku.”.
Tetapi hal-hal tersebut tidak pernah terjadi
pada waktu Kitab Suci menggambarkan Yesus Kristus. Jadi jelaslah bahwa berbeda
dengan Allah Tritunggal yang memiliki lebih dari 1 pribadi 3 pribadi), Yesus
Kristus hanya memiliki 1 pribadi saja!
2) Sebelum inkarnasi, Yesus adalah Allah Anak yang
jelas merupakan ‘seseorang’ yang berpribadi.
Jadi pada saat itu Ia adalah
1 pribadi dengan 1 hakekat, yaitu hakekat ilahi.
Pada saat Ia berinkarnasi,
Ia tidak mengambil ‘pribadi manusia’ karena ini akan menimbulkan adanya 2
pribadi seperti yang diajarkan oleh Nestorianism.
Yang diambil olehNya adalah
hakekat manusia.
Hakekat manusia dan hakekat
ilahi bersatu dalam pribadi Anak Allah sehingga setelah inkarnasi, Yesus adalah
1 pribadi dengan 2 hakekat (ilahi dan manusia).
Ada yang beranggapan bahwa
yang diambil oleh Logos bukanlah ‘hakekat manusia’ tetapi ‘pribadi manusia’,
karena yang diambil itu terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, yang mencakup
pikiran, perasaan, dan kehendak, dan ketiga hal ini merupakan ciri-ciri dari
seorang pribadi.
Tetapi ini tidak benar, karena
sekalipun Logos itu mengambil tubuh manusia dan jiwa / roh manusia, yang
mempunyai pikiran, perasaan dan kehendak, tetapi
semua itu belum dipribadikan, sehingga sifatnya belum / tidak specific (= tertentu).
Jadi, pikirannya
belum tertentu (pandai atau bodoh), perasaannya belum tertentu (halus atau
kasar), kehendaknya belum tertentu (keras atau tidak). Bahkan tubuhnyapun belum
tertentu (tinggi atau pendek, berkulit putih atau kuning atau hitam, bermata
biru atau coklat, berambut pirang atau hitam, dsb).
Dengan demikian ini bukan
pribadi manusia, tetapi hakekat manusia.
Tetapi pada saat pertama
Logos mengambil hakekat manusia itu, maka hakekat manusia itu mendapat
kepribadiannya dari Logos, sehingga menjadi manusia tertentu.
3) Hakekat manusia itu
tidak pernah ada terpisah dari pribadi Allah Anak.
Hakekat manusia itu mendapat
kepribadiannya dari pribadi Allah Anak dan selalu
ada di dalam pribadi Allah Anak itu.
Bahkan antara
kematian dan kebangkitan Yesuspun, hakekat manusia itu tak terpisah dengan
LOGOS / Allah Anak, karena sekalipun
hakekat manusia itu terpecah (roh terpisah dari tubuh), tetapi LOGOS /
Allah Anak yang maha ada itu tetap bersatu baik dengan tubuh (yang ada di
kuburan) maupun dengan roh (yang ada di surga).
4) Dalam Personal
Union (= persatuan pribadi) ini terjadi suatu persatuan, bukan suatu
percampuran (mixture / confusion),
antara hakekat manusia dan hakekat ilahi.
Hakekat manusia dan hakekat
ilahi tidak bercampur dan lalu membentuk satu
hakekat yang baru.
Juga hakekat manusia tidak berubah menjadi hakekat ilahi, dan hakekat ilahi
tidak berubah menjadi hakekat manusia.
Jadi,
baik hakekat manusia maupun hakekat ilahi tetap mempunyai / mempertahankan
sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
Mereka berbeda, tetapi
bersatu dalam diri Yesus Kristus.
kristologi (6)
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus
Kristus ini maka:
a) Kristus mempunyai 2 macam kesadaran, yaitu ilahi
dan manusia.
Kadang-kadang Ia berpikir
dan merasa sebagai Allah, dan kadang-kadang sebagai manusia.
Saya mengutip ulang
kata-kata William G. T. Shedd yang sudah saya kutip di atas.
William G. T. Shedd:(= Sebelum
mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa mengalami perasaan manusia karena
Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah
mengambil hakekat manusia Ia bisa; sebelum
inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai pengertian yang terbatas karena Ia tidak
mempunyai pikiran yang terbatas, tetapi setelah
peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak /
belum berinkarnasi bisa berpikir dan merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya
mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang
berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau seperti Allah, atau seperti
manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 267.
Contoh:
1. Kesadaran ilahi: Mat 8:26 Yoh 8:58
Yoh 11:43.
Mat 8:26 - “Ia berkata kepada
mereka: ‘Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu,
maka danau itu menjadi teduh sekali.”.
Yoh 8:58 - “Kata
Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah)
ada.’”.
Kata ‘telah’ itu sebetulnya
tidak ada, karena dalam Yunani digunakan present tense!
KJV: ‘Before Abraham was, I am.’.
Yoh 11:43 - “Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke luar!’”.
2. Kesadaran manusia: Mat 24:36 Mat 26:37-38 Yoh 11:35 Yoh 19:28.
Tetapi harus diingat bahwa dalam
setiap contoh-contoh itu, adalah pribadi yang sama yang berpikir /
mempunyai kesadaran.
b) Kristus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan
manusia.
Tetapi karena kehendak
manusia yang ada dalam diri Yesus adalah suci, maka tidak ada pertentangan /
konfrontasi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia dalam diri Yesus. Karena
itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu hanya menghasilkan satu tindakan (bdk.
Mat 26:39,42,44).
Illustrasi / analogi:
Illustrasi / analogi yang
paling cocok untuk menjelaskan Personal
Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa pada manusia (Catatan: ini
hanya berlaku untuk orang yang percaya pada Dichotomy, bukan pada Trichotomy!).
1. Pada manusia, tubuh dan jiwa membentuk 1
pribadi.
Pada Yesus
Kristus, hakekat manusia dan Allah Anak membentuk 1 pribadi.
2. Pada manusia,
kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada tubuh.
Pada Yesus
Kristus, kepribadian terletak pada Allah Anak, bukan pada hakekat manusia.
3. Pada manusia, tubuh
berbeda dengan jiwa; mereka tidak bercampur, dan masing-masing mempertahankan
sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
Pada Yesus
Kristus, hakekat manusia berbeda dengan hakekat ilahi; mereka tidak bercampur
dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.
C) Akibat dari Personal Union.
1) Communicatio Idiomatum [communication of properties (= pemberian sifat-sifat / sama-sama
memiliki sifat-sifat)].
Catatan:
Istilah ‘Communicatio
Idiomatum’ ini adalah istilah bahasa Latin, yang begitu populer dalam
Kristologi, sehingga dalam buku-buku Theologia sering digunakan begitu saja
tanpa diberikan terjemahannya.
a) Arti istilah ini:
1. Kata Idiomatum
/ properties berarti ‘sifat-sifat dasar’.
Dalam diri manusia, sifat-sifat
seperti pemarah, sombong, pelit, tidak termasuk
sifat dasar, karena tidak semua orang mempunyai sifat seperti itu.
Contoh sifat
dasar dalam diri manusia adalah: terbatas, dicipta / tidak ada dengan
sendirinya, tidak maha tahu, bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini
dimiliki oleh semua manusia.
Catatan: Perhatikan bahwa
dalam sepanjang pembahasan tentang Communicatio Idiomatum ini, yang dimaksud
dengan ‘sifat’ adalah ‘sifat dasar’.
2. Dalam bahasa Yunani istilah bahasa Latin Communicatio diterjemahkan dengan
istilah KOINONIA.
Kata Yunani KOINONIA bisa
berarti:
1. fellowship
(= persekutuan).
2. a close
mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).
3. participation
(= partisipasi).
4. sharing
in (= sama-sama menikmati / memiliki).
5. partnership
(= persekutuan).
6. contribution
(= sumbangan).
7. gift
(= pemberian).
Jadi, kalau dikatakan bahwa terjadi Communicatio Idiomatum dari A kepada B,
maka itu berarti bahwa sifat-sifat A diberikan kepada
B, atau bahwa B
sama-sama memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh A (dari ke 7 arti di
atas, mungkin yang paling ditekankan adalah arti ke 4 dan ke 7).
Dalam Collins Latin
Dictionary, kata ‘COMMUNICATIO’ ini diterjemahkan ‘imparting’ (= memberikan).
Tetapi jangan diartikan
seperti ini: saya punya kue, lalu saya berikan kepada si A sehingga sekarang
hanya si A yang punya kue, dan saya tidak punya kue lagi.
Dalam Merriam Webster’s
Dictionary (arti dari kata ‘communicate’),
dicontohkan ‘memberikan pengetahuan’.
Tadinya saya punya
pengetahuan, setelah saya berikan pengetahuan
itu kepada si A, maka baik saya maupun si A sama-sama
mempunyai pengetahuan itu.
Catatan: dalam pelajaran selanjutnya, kalau kita
membicarakan ‘pemberian sifat-sifat’, maka itu
bisa diartikan ‘sama-sama memiliki sifat-sifat’.
b) Dalam hal Communicatio
Idiomatum ini, ajaran Reformed bertentangan dengan Lutheran.
1. Ajaran Reformed.
Sifat-sifat dari hakekat
manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi sifat-sifat dari
hakekat ilahi, dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi tidak diberikan
kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat manusia.
Tetapi, baik sifat-sifat dari hakekat manusia maupun sifat-sifat dari hakekat
ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat-sifat dari pribadi
Kristus.
Charles Hodge: (= Karena itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-pernyataan yang
kelihatannya kontradiksi / bertentangan bisa dibuat tentang pribadi yang sama) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 379.
Hakekat manusia mempunyai
sifat terbatas, sedangkan hakekat ilahi mempunyai sifat tidak terbatas. Sifat
terbatas dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak
menjadi sifat dari hakekat ilahi, dan sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi
tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari hakekat
manusia.
Tetapi baik sifat terbatas
dari hakekat manusia, maupun sifat tidak terbatas dari hakekat ilahi, sama-sama
diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari pribadi Kristus. Jadi,
pribadi Kristus mempunyai sifat terbatas dan tidak terbatas sekaligus.
Dengan cara yang sama bisa
kita dapatkan bahwa pribadi Yesus bisa dikatakan terbatas pengetahuannya maupun
maha-tahu, lemah / terbatas kekuatannya maupun mahakuasa.
Karena itu jangan heran
kalau melihat bahwa Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus itu terbatas
pengetahuannya (Mat 24:36), tetapi juga sering menggambarkan Yesus itu
mahatahu (Mat 9:4
Mat 12:25
Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).
Juga jangan heran kalau
Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus lemah / terbatas kekuatannya,
sehingga bisa lelah, membutuhkan istirahat / tidur (Yoh 4:6 Mat 8:24), tetapi juga sering
menggambarkan Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan orang mati,
menghentikan badai, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2
ikan, mengusir setan, dsb.
Jadi ingat, bahwa Alkitab sendiri memang
memberikan gambaran-gambaran yang kelihatannya bertentangan tentang diri Yesus.
2. Ajaran Lutheran.
Mereka mengatakan:
a. Ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat
kepada pribadi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat dari kedua
hakekat. Ini sesuai dengan ajaran Reformed.
b. Juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua
hakekat tersebut.
Dengan kata lain, hakekat
yang satu juga memiliki sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak sesuai dengan ajaran Reformed.
Perkembangan ajaran tentang Communicatio Idiomatum dalam kalangan
Lutheran:
(1)Luther dan
orang-orang Lutheran yang mula-mula mengajarkan adanya pemberian sifat-sifat,
baik dari hakekat manusia kepada hakekat ilahi, maupun dari hakekat ilahi
kepada hakekat manusia.
(2)Orang-orang
Lutheran selanjutnya hanyalah menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat
ilahi kepada hakekat manusia.
Ini mereka lakukan untuk
menghindarkan hakekat ilahi menjadi terbatas karena pemberian sifat dari
hakekat manusia.
(3)Dalam
perkembangan selanjutnya, orang-orang Lutheran membedakan antara operative attributes / sifat-sifat
operative (seperti maha kuasa, maha ada, maha tahu) dengan quiescent attributes / sifat-sifat diam (seperti tak terbatas,
kekal) dari Allah, dan mereka mengatakan bahwa hanya operative atrributes sajalah yang diberikan dari hakekat ilahi
kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat manusia
menjadi tak terbatas dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat ilahi.
Catatan:
Doktrin Lutheran yang salah
tentang diri Kristus ini, dimana mereka menganggap bahwa hakekat manusia Yesus
itu maha ada, menyebabkan mereka bisa percaya bahwa dalam Perjamuan Kudus,
Yesus hadir secara jasmani. Reformed
mempercayai bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus hadir secara rohani.
Keberatan / sanggahan
terhadap ajaran Lutheran ini:
(a)Ajaran ini
menunjukkan adanya pembauran / percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat
manusia dalam diri Kristus.
Hakekat manusia yang
mempunyai sifat-sifat ilahi seperti maha ada, maha tahu dsb, tidak lagi bisa
disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan kutipan dari Charles Hodge di
bawah).
Jadi jelas bahwa ajaran ini
berbau ajaran Eutychianism dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan dengan Chalcedonian Creed yang mengatakan ‘without confusion, without change’ (=
‘tanpa percampuran, tanpa perubahan’).
Charles Hodge:
(= ... sifat-sifat dari suatu zat / bahan membentuk hakekatnya, sehingga kalau
mereka disingkirkan atau kalau sifat-sifat yang lain ditambahkan kepada mereka,
maka zat / bahan itu sendiri berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan
kepada manusia, ia berhenti menjadi manusia; dan kalau sifat-sifat manusia
diberikan kepada Allah, ia berhenti menjadi Allah) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 390.
(b)Ajaran ini
tidak konsekwen, karena kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada hakekat
manusia, maka sifat-sifat manusia juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.
Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain
dari pada Dia yang telah
turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.
Yoh 3:13 menggunakan
sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi
(‘turun dari sorga’). Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah) oleh orang
Lutheran untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada
hakekat manusia.
1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya,
sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.
Tetapi anehnya, kalau mereka
melihat ayat seperti 1Kor 2:8 ini, yang menggunakan sebutan / gelar ilahi
(‘Tuhan yang mulia / The Lord of
glory’ ), tetapi memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’), mereka
tidak mau memakainya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari
hakekat manusia diberikan kepada hakekat ilahi.
Ketidak-konsekwenan yang
lain ialah bahwa mereka hanya memberikan sebagian
sifat-sifat ilahi kepada hakekat manusia. Kalau beberapa
sifat hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka
konsekwensinya adalah bahwa semua sifat-sifat ilahi harus diberikan kepada
hakekat manusia.
(c)Ajaran ini
tidak sesuai dengan gambaran tentang diri Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci Kristus tidak pernah digambarkan sebagai
manusia yang maha tahu / maha ada / maha kuasa.
Sebaliknya, Kitab Suci
menggambarkan Yesus sebagai manusia yang terbatas pengetahuannya
(Mat 24:36), terbatas keberadaannya (tidak bisa ada di lebih dari satu tempat
pada saat yang sama), dan lemah (bisa lelah, butuh istirahat, tidur, dsb. Bdk.
Yoh 4:6 Mat 8:24).
(d)Ajaran ini
tidak bisa menjelaskan Luk 2:40,52 yang mengatakan bahwa Kristus bertumbuh
dalam hikmat dan kekuatan.
Ingat bahwa orang Lutheran
beranggapan bahwa Communicatio
Idiomatum ini terjadi pada saat yang sama
dengan inkarnasi.
Dengan demikian, seharusnya
manusia Yesus itu sudah maha tahu dan maha kuasa sejak lahir, dan kalau
demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam hikmat maupun kekuatan.
kristologi (7)
2) Communicatio
Operationum / Apotelesmatum [communication
of acts (= pemberian tindakan-tindakan)].
Semua tindakan / perbuatan
Kristus, baik yang bersifat:
a) Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) Manusia, seperti makan, minum.
c) Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan
dari pribadi Kristus.
Jadi, pada waktu melihat
Kristus makan, kita tidak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau
mengatakan bahwa Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata
‘hakekat
ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta
dan mengatur alam semesta’.
Catatan: sebutan ‘Yesus’ atau ‘Kristus’ atau penggunaan kata ganti
orang (seperti ‘Aku’) untuk Yesus, biasanya
menunjuk kepada pribadi.
Contoh:
Mat 27:26 - “Lalu
ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya
lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.
Kata ‘disesah’ cocoknya untuk hakekat manusia Kristus, tetapi
ditujukan kepada pribadiNya (‘Yesus’).
Mat 28:19-20 - “(19)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Kata-kata ‘menyertai kamu senantiasa sampai kepada
akhir zaman’
cocoknya untuk hakekat ilahi Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Aku’).
Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh +
jiwa.
Ada tindakan hanya dari
jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan hanya dari
tubuh, seperti mencerna makanan, denyut jantung.
Ada tindakan dari gabungan
tubuh dan jiwa, seperti membaca, menulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh
pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita
melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi ‘Dia / si A berpikir’.
Catatan: lagi-lagi ini hanya cocok
untuk orang yang mempercayai Dichotomy, bukan Trichotomy.
3) Communicatio
Charismatum / Gratiarum [communication
of gifts (= pemberian karunia-karunia)].
Hakekat manusia dari Kristus,
sejak saat pertama keberadaanNya, telah diberi bermacam-macam karunia yang
mulia.
Misalnya:
a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan
LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan.
G. C. Berkouwer menggunakan Yoh 3:34
sebagai salah satu dasar: “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang
menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak
terbatas.”. - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.
Louis Berkhof berjalan lebih
jauh dengan mengatakan bahwa ini menyebabkan hakekat manusia Yesus itu ‘menjadi object pemujaan (adoration)’ - ‘Systematic
Theology’, hal 324.
Tetapi G. C. Berkouwer menentang pandangan ini dengan
mengatakan: (= Theologia Reformed menentang setiap bentuk
pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus) - ‘Studies
in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.
Memang pada waktu seseorang
bertemu dengan Kristus pada waktu Ia hidup dalam dunia ini, tentu saja orang
itu boleh menyembahNya. Tetapi yang disembah adalah
pribadi Kristus, atau hakekat ilahiNya, bukan hakekat manusiaNya.
Hal-hal ini memang tidak bisa dipisahkan
tetapi bisa dibedakan.
Ini pandangan yang agak
berbeda lagi.
John Owen:(= Jadi, hakekat manusia dari Kristus, dalam Pribadi
Ilahinya dan bersama-sama denganNya, adalah obyek dari semua pemujaan dan
penyembahan ilahi) - ‘The Works of John Owen’,
vol I, hal 241.
Jadi dalam hal ini,
pandangan dari orang-orang Reformed tidak seragam!
Saya pribadi, condong pada
pandangan G. C. Berkouwer.
Ini dasar saya:
Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
‘Manusia Yesus’ bukan Allah,
dan karena itu, berdasarkan ayat ini, tidak boleh disembah.
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal
intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan
melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis
Berkhof, termasuk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare). Tetapi untuk yang terakhir ini ada pro kontra
lagi, dan saya tak setuju dengan Louis Berkhof.
Saya tidak melihat
contoh-contoh yang diberikan oleh para ahli Theologia Reformed, sehingga ada
hal-hal yang membingungkan saya.
Kalau dalam hal intelek,
maka contohnya adalah kepandaian yang jelas menonjol
sekali dalam diri manusia Yesus, sejak masa kecilNya.
Luk 2:40,46-47,52 - “(40) Anak
itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat,
dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (46) Sesudah
tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di
tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (47) Dan semua
orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan segala
jawab yang diberikanNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Tetapi G. C. Berkouwer (hal 295) dengan
sangat hati-hati menambahkan bahwa ini berbeda dengan ajaran Lutheran yang
mengatakan bahwa ada pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat
manusia Yesus. Ini dianggap salah, karena karunia-karunia adalah pemberian dari
Roh Kudus kepada manusia Yesus untuk bisa melakukan pelayananNya.
Jadi ayat di
atas hanya menunjukkan bahwa Roh Kudus memberikan Yesus kecerdasan yang
luar biasa dalam pengertian Kitab Suci, tetapi sama sekali tidak berarti bahwa
manusia Yesus menjadi maha tahu karena pemberian sifat itu dari hakekat ilahiNya. Kalau
manusia Yesus itu maha tahu, kita tak akan bisa menjelaskan Mat 24:36, yang
menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak mengetahui hari Tuhan.
Tetapi dalam hal kehendak,
itu membingungkan saya. Apa contohnya? Apakah hanya sekedar bahwa kehendakNya
suci?
Kalau dalam hal kuasa,
jelas bukan berarti Yesus sebagai manusia itu sebagai superman yang mempunyai
kekuatan jasmani yang luar biasa. Tetapi mungkin ‘kuasa’ yang dimaksudkan
adalah dalam hal wibawa dan kuasa dalam pengajaran.
Yoh 2:14-16
- “(14) Dalam Bait Suci
didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan
penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu
mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil
semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat
berjualan.’”.
Catatan: coba
bayangkan kalau orang biasa melakukan hal ini apakah ia tidak dirajam? Jelas di
sini terlihat wibawa Yesus yang luar biasa, sehingga sekalipun ada yang
menentangNya tetapi tak ada yang melakukan perlawanan fisik.
Luk 4:28-30 - “(28) Mendengar itu sangat marahlah semua
orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke
luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk
melemparkan Dia dari tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.”.
Calvin menganggap ini terjadi karena Allah melakukan
mujijat, tetapi William Hendriksen membuka peluang (sekalipun tidak memastikan)
bahwa sikap Yesus yang tenang dan agung membuat mereka tidak bisa / berani
berbuat apa-apa.
Yoh 7:44-46 - “(44)
Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuhNya.
(45) Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi, yang berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak membawaNya?’
(46) Jawab penjaga-penjaga itu: ‘Belum pernah
seorang manusia berkata seperti orang itu!’”.
William Hendriksen mengatakan bahwa penjaga-penjaga
itu tak berani menangkap Yesus karena sangat terkesan oleh kata-kata Yesus.
Lenski mengatakan bahwa otoritas, keagungan dan kuasa Yesus membuat mereka tak
berani menangkapNya.
Yoh 18:3-6 - “(3)
Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga
Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan
lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa
diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’
(5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’
Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah
mereka dan jatuh ke tanah.”.
Lenski menganggap bahwa seluruh pasukan rebah karena
kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’ dan ini pasti karena kuasa Ilahi. William Hendriksen
berkata bahwa sikap, suara, pandangan mata, keagungan Yesus menyebabkan hal
ini, tetapi ini juga merupakan suatu tanda dari Yesus bahwa Ia adalah Mesias /
Kristus. Leon Morris mengatakan ini disebabkan keagungan Yesus.
Kuasa pengajaranNya terlihat dari ayat ini:
Mat 7:28-29 - “(28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang
banyak itu mendengar pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”.
Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini
tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!
D) Ayat-ayat Kitab Suci yang
berhubungan dengan Personal Union.
Ada 4 golongan
ayat-ayat Kitab Suci:
1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus
dengan sebutan yang berlaku untuk pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku
baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.
Contoh:
· Yoh 1:29 - Anak Domba Allah.
· Yoh 5:21-23 - Hakim.
· Yoh 9:5 - Terang dunia.
· Yoh 10:9,11 - Pintu,
Gembala.
· Yoh 15:1 - Pokok anggur yang
benar.
· Ro 8:34 - Pembela.
· Ef 4:15 - Kepala Gereja.
Sebutan-sebutan ini tidak
ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus
sebagai manusia, tetapi kepada pribadi Kristus (The God-man).
Calvin:(= Biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar:
hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan hanya
tentang hakekat ilahi atau manusia) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk
hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.
Contoh:
a) Yoh 8:58 - “Kata
Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi,
Aku (telah) ada.’”.
Sebetulnya kata-kata ‘ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat
ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak
berkata ‘sebelum Abraham jadi, hakekat ilahiKu ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum Abraham jadi, Aku
(menunjuk pada pribadiNya) ada’.
b) Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa,
permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu
sebelum dunia ada.”.
Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di
hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk
hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa
kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadiNya.
3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk
hakekat manusiaNya, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.
Contoh:
a) Mat 24:36
- “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak
seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Sebetulnya ‘tidak tahu akan hari Tuhan’ hanya berlaku untuk hakekat
manusia, bukan untuk hakekat ilahi. Tetapi ayat ini menujukan kata-kata itu untuk Anak, yang menunjuk pada pribadi Yesus.
b) Mat
26:37-38 - “(37) Dan Ia
membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya
kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau
mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Sebetulnya yang bisa merasa
sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan
hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk pribadi Yesus.
c) Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam:
Luk 2:40,52 - “(40)
Anak itu bertambah besar dan menjadi
kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan
besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Luk 24:39-43 - “(39)
Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini;
rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh)
tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil
berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan
ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia
kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan
kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya
dan memakannya di depan mata mereka.”.
Yoh 11:35 - “Maka
menangislah Yesus.”.
4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu,
tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat
yang lain.
Ini terbagi dalam 2
golongan:
a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.
Contoh:
1. Kis 20:28
- “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah
seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk
menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan
darah (Anak)Nya sendiri.”.
NIV: “... the church of God, which he bought with his own blood” (= ...
jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri).
Catatan: dalam ayat ini TB1 - LAI
salah terjemahan karena menterjemahkan ‘darah AnakNya’. Ini dibetulkan dalam
TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’ (menghapus kata ‘Anak’ yang memang
sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya).
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya
cocok untuk hakekat manusia Yesus.
2. 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya,
sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi
menggunakan predikat ‘menyalibkan’ yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
3. 1Yoh 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata
kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami
tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS),
tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan
mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan
kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
4. Wah 11:8 - “Dan
mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani
disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka
disalibkan.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi
menggunakan predikat ‘disalibkan’ yang sebetulnya
hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
5. Ibr 7:14 - “Sebab
telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai
suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi
menggunakan predikat ‘berasal dari suku Yehuda’, yang
tentu saja hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan
/ gelar manusia, tetapi menggunakan predikat
yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
Contoh:
1. Mat 9:6 - “Tetapi
supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia
berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh
itu -: ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’),
tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengampuni dosa’
yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
2. Mat
12:8 - “Karena Anak
Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’),
tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’
yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
3. Hal yang sama bisa saudara lihat dalam
ayat-ayat seperti:
Mat 13:41 - “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan
mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang
melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.”.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia
datang untuk mencari
dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain
dari pada Dia yang
telah turun dari sorga, yaitu Anak
Manusia.”.
Yoh 6:62 - “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?”.
1Kor 15:47b - “manusia kedua berasal dari sorga.”.
Calvin menjelaskan mengapa
hal itu dilakukan dalam Kitab Suci dengan berkata sebagai berikut:
[= Dan mereka
(Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat
yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik
mereka] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
book II, chapter XIV, 1.
(= Karena ‘orang’ yang sama adalah
Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang
satu apa yang termasuk pada yang lain) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.
kristologi (8)
I) Kesucian hidup Kristus.
Hal-hal yang menunjukkan
kesucian hidup Kristus:
1) Ayat-ayat seperti:
2Kor 5:21 - “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.
Ibr 4:15 - “Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.
Ibr 7:26 - “Sebab
Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari
orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat
sorga,”.
1Pet 2:22 - “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam
mulutNya.”.
1Pet 3:18 - “Sebab
juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar,
supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya
sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,”.
1Yoh 3:5 - “Dan
kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya, supaya Ia menghapus segala dosa,
dan di dalam Dia tidak ada dosa.”.
2) Sebutan ‘Yang
Kudus dari Allah’ dalam Luk 4:34 dan Yoh 6:69, sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kis 3:14,
sebutan ‘HambaMu
yang Kudus’
dalam Kis 4:27,30.
3) Yoh 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.
4) Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada waktu
dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:6), Yesus tidak mengakui dosa pada
saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:13-17).
Bahkan dalam sepanjang
hidupNya kita tidak pernah melihat Yesus mengaku dosa atau memberi persembahan
/ korban penghapus dosa.
Kalau dalam Mat 6:12
(Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan ampunilah kami akan kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya
mengakui dosa, tetapi Ia sedang mengajarkan doa Bapa Kami itu untuk murid-muridNya. Ini terlihat dari
Mat 6:9 yang berbunyi ‘Karena itu berdoalah demikian’ yang jelas
menunjukkan bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada murid-muridNya.
5) Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:
a) Allah Bapa (Mat 3:17).
Mat 3:17 - “lalu terdengarlah
suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.
Bahwa Allah Bapa berkenan
kepada Yesus, jelas menunjukkan kesucian Yesus.
b) Yesus sendiri (Yoh 8:29,46).
c) Pontius Pilatus (Luk 23:4,14-15,22 Yoh 18:38b Yoh 19:4).
d) Istri Pontius Pilatus (Mat 27:19).
e) Herodes (Luk 23:15).
f) Yudas Iskariot (Mat 27:4).
g) Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus
(Luk 23:47).
Luk 23:47 - “Ketika
kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: ‘Sungguh,
orang ini adalah orang benar!’”.
6) Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Mat 4:1-11 Luk 4:1-13).
Perlu juga dijelaskan bahwa
sekalipun dalam Ibr 4:15 dikatakan bahwa ‘sama dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya
berhubungan dengan pencobaan dari luar.
Kesucian Kristus menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami pencobaan dari dalam seperti yang sering dialami manusia
yang lain (seperti berpikir untuk berzinah, dsb), karena dalam hal ini
pencobaan itu sendiri sudah merupakan dosa.
Karena itu Yesus sendiri
bisa berkata bahwa ‘penguasa
dunia ini’
(yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yoh 14:30).
7) Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan domba Paskah,
yang merupakan TYPE / gambaran dari Kristus (bdk. Yoh 1:29 1Kor 5:7) selalu digambarkan sebagai tidak bercela / tidak bercacat (Im
4:3b,23b,28b,32b Kel 12:5). Bdk.
1Pet 1:18-19.
8) Penderitaan dan kematian Yesus bisa menggantikan kita untuk menerima
hukuman Allah.
Kalau Yesus tidak
suci, maka pada saat Ia mati di kayu salib Ia mati untuk dosaNya sendiri,
sehingga Ia tidak mungkin bisa menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa
kita. Bahwa Ia bisa menjadi pengganti, menunjukkan bahwa Ia suci. Dengan
demikian terlihat bahwa kesucian Kristus merupakan hal yang sangat vital dalam
kekristenan, karena tanpa hal itu, seluruh penebusan hancur.
II) Serangan terhadap kesucian Kristus.
1) Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti:
Mark 3:5 - “Ia berdukacita
karena kedegilan mereka dan dengan marah
Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah
tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.
Yoh 2:14,15 - “(14)
Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati,
dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu
mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu
mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka
dibalikkanNya.”.
Mat 21:12-13 - “(12)
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di
halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku
pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis: RumahKu akan
disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’”.
Penjelasan:
a) Marah tidak harus dianggap sebagai dosa, dan
hal ini terlihat dari Ef 4:26 dan Maz 4:5.
b) Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam
diri orang yang dikuasai Roh Kudus (Kel 32:19 1Sam 11:6).
Dalam Wah 2:2
ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang jahat, justru merupakan sesuatu yang
dipuji dari gereja / jemaat Efesus.
Wah 2:2 - “Aku tahu segala
pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku
tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat,
bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang
sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.
Sebaliknya, dalam 2Kor 11:4 kesabaran orang
Korintus terhadap nabi-nabi palsu, justru dikecam oleh Paulus.
Demikian juga dalam
Wah 2:20, jemaat Tiatira yang membiarkan nabi palsu, juga dikecam.
Wah 2:20 - “Tetapi
Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan
wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan
hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”.
c) Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci,
yang ditujukan kepada dosa, sehingga jelas bukan merupakan dosa.
Penerapan: orang Kristen harus berani
marah pada saat yang tepat, misalnya pada waktu melihat ada ajaran sesat dari nabi
palsu, atau ada korupsi dalam gereja, atau ada suatu penindasan /
ketidak-adilan dsb.
BACA JUGA: YESUS KRISTUS ADALAH TUHAN DAN ALLAH
Bdk. 1Kor 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”.
2) Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat.
Mat 12:9-14 - “(9)
Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. (10) Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada
hari Sabat?’ Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11)
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai
seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah
ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih
berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat
baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: ‘Ulurkanlah
tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi
sehat seperti tangannya yang lain. (14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu
dan bersekongkol untuk membunuh Dia.”.
Luk 14:1-6 - “(1)
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke
rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua
yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. (2) Tiba-tiba datanglah seorang
yang sakit busung air berdiri di hadapanNya. (3)
Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi itu, kataNya: ‘Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari
Sabat atau tidak?’ (4) Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang
tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. (5) Kemudian Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu
yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke
dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’ (6) Mereka tidak
sanggup membantahNya.”.
Yoh 5:8-18 - “(8)
Kata Yesus kepadanya: ‘Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (9) Dan
pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan
berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. (10)
Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ‘Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul
tilammu.’ (11) Akan tetapi ia menjawab mereka: ‘Orang yang telah
menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan
berjalanlah.’ (12) Mereka bertanya kepadanya: ‘Siapakah orang itu yang berkata
kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?’ (13) Tetapi orang yang baru
sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke
tengah-tengah orang banyak di tempat itu. (14) Kemudian Yesus bertemu dengan
dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ‘Engkau telah sembuh; jangan
berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.’ (15) Orang
itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang
telah menyembuhkan dia. (16) Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha
menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu
pada hari Sabat. (17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu
bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang
Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga
karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian
menyamakan diriNya dengan Allah.”.
Yoh 9:14-16 - “(14)
Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (15) Karena itu orang-orang
Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: ‘Ia
mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang
aku dapat melihat.’ (16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak
memelihara hari Sabat.’ Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang
berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di
antara mereka.”.
Untuk ini
perlu diketahui bahwa:
a) Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Mat 12:8).
Mat 12:8 - “Karena
Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.
b) Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mark 2:27).
Mark 2:27 - “Lalu
kata Yesus kepada mereka: ‘Hari Sabat diadakan untuk
manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,”.
c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik
pada hari Sabat (Mat 12:11-12 bdk. Yoh
7:22-23).
Catatan: penyunatan HARUS dilakukan
pada hari ke 8 (Im 12:3), sehingga tidak bisa tidak, pasti ada penyunatan yang
jatuh pada hari Sabat.
Yesus bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi
menyembuhkan / menolong orang / berbuat baik pada orang lain pada hari Sabat.
Ini jelas bukan dosa.
d) Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan /
hukum Tuhan tentang hari Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi tentang peraturan Sabat.
Kalau saudara ingin tahu
bagaimana ahli-ahli Taurat pada jaman itu ‘menafsirkan’ hukum hari Sabat, maka
bacalah komentar-komentar William Barclay tentang Mat 5:17-20 di bawah ini:
Barclay: [= Hukum Taurat menetapkan bahwa hari Sabat harus dikuduskan, dan bahwa pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan.
Itu merupakan prinsip yang besar. Tetapi para legalist Yahudi senang
mendefinisikan. Karena itu mereka bertanya: Apakah
pekerjaan itu? Semua jenis hal-hal digolongkan sebagai pekerjaan.
Misalnya, membawa beban pada hari Sabat adalah
bekerja. Tetapi selanjutnya ‘beban’ itu harus
didefinisikan. Maka hukum dari ahli-ahli Taurat menetapkan bahwa ‘beban’ adalah ‘makanan yang
sama beratnya dengan sebuah buah ara kering, anggur yang cukup untuk membuat
satu gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup untuk
diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk mengurapi anggota yang kecil, air
cukup untuk membasahkan salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan
suatu rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet, bambu
cukup untuk membuat sebuah pena’, dst tanpa ada akhirnya. Demikianlah mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdebat
apakah seseorang boleh atau tidak boleh mengangkat sebuah lampu dari satu
tempat ke tempat lain pada hari Sabat, apakah seorang penjahit melakukan dosa
jika ia pergi keluar dengan sebuah jarum dalam jubahnya, apakah seorang
perempuan boleh memakai bros atau rambut palsu, bahkan apakah seseorang boleh
pergi keluar pada hari Sabat dengan gigi palsu atau kaki palsu, apakah
seseorang boleh mengangkat anaknya pada hari Sabat. Hal-hal ini bagi
mereka merupakan inti dari agama. Agama mereka adalah suatu legalisme yang
terdiri dari peraturan-peraturan yang picik / remeh.] - hal 128.
Barclay: [= Menulis pada hari Sabat berarti bekerja. Tetapi ‘menulis’ perlu didefinisikan. Dan demikianlah bunyi
definisinya: ‘Ia yang menulis 2 huruf dari alfabet
dengan tangan kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu jenis atau 2 jenis,
jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau dalam bahasa yang
berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2 huruf karena lupa, ia bersalah,
apakah ia telah menulis huruf-huruf itu dengan tinta atau dengan cat, kapur
merah, benda tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia yang
menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau pada 2 lembaran dari
buku catatan / rekeningnya sehingga huruf-huruf itu bisa dibaca bersama-sama,
ia bersalah ... Tetapi jika seseorang menulis dengan cairan gelap, dengan air
buah, atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun yang tidak
membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia menulis satu huruf di
tanah, dan satu di dinding rumah, atau pada 2 halaman dari suatu buku, sehingga
huruf-huruf itu tidak bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah’.
Itulah text yang khas dari hukum dari ahli-ahli Taurat; dan itulah yang
dianggap oleh seorang Yahudi orthodox sebagai agama dan sebagai pelayanan yang
benar kepada Allah.] - hal 129.
Barclay: [= Menyembuhkan pada hari Sabat berarti bekerja. Jelas bahwa hal ini harus didefinisikan. Penyembuhan diijinkan pada saat ada bahaya terhadap
kehidupan, dan khususnya pada waktu ada gangguan telinga, hidung dan
tenggorokan / kerongkongan; tetapi bahkan dalam keadaan itu, hanya boleh
dilakukan langkah-langkah untuk menjaga supaya pasien itu tidak menjadi lebih
parah; tidak boleh dilakukan langkah-langkah yang membuatnya lebih baik. Jadi,
suatu perban biasa boleh diberikan pada suatu luka, tetapi tidak boleh diberi
obat / salep; kapas biasa boleh diberikan pada telinga yang sakit, tetapi kapas
dengan obat tidak boleh.] -
hal 129.
Barclay:”(= Ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang
menyusun peraturan-peraturan ini. Orang-orang Farisi,
yang namanya berarti ‘orang-orang yang terpisah’, adalah orang-orang yang
memisahkan diri mereka sendiri dari semua aktivitas kehidupan biasa untuk
mentaati semua peraturan-peraturan itu. Kita bisa melihat panjangnya
peraturan-peraturan itu dari fakta-fakta yang berikut ini. Selama beberapa
generasi, hukum dari ahli-ahli Taurat ini tidak pernah dituliskan; itu
merupakan hukum lisan, dan diturunkan dalam ingatan dari generasi-generasi
ahli-ahli Taurat. Pada pertengahan abad ketiga Masehi suatu ringkasan
darinya dibuat dan disusun. Ringkasan itu dikenal sebagai Mishnah; itu terdiri dari 63 traktat tentang
bermacam-macam pokok hukum Taurat, dan dalam bahasa Inggris menjadi sebuah buku
yang terdiri dari hampir 800 halaman. Ahli-ahli
theologia Yahudi selanjutnya menyibukkan dirinya sendiri dengan membuat
tafsiran-tafsiran untuk menjelaskan Mishnah. Tafsiran-tafsiran ini dikenal
sebagai Talmud. Talmud Yerusalem terdiri dari 12
volume; dan Talmud Babilonia terdiri dari 60 volume. Bagi seorang Yahudi
orthodox, pada jaman Yesus, agama dan pelayanan kepada Allah merupakan
persoalan ketaatan terhadap ribuan peraturan-peraturan legalistik; mereka
menganggap peraturan-peraturan remeh / picik ini secara hurufiah sebagai
persoalan hidup atau mati dan tujuan kekal. Jelas
bahwa Yesus tidak memaksudkan bahwa tidak satupun dari peraturan-peraturan ini
yang boleh ditiadakan; berulangkali Ia sendiri melanggar mereka; dan
berulangkali Ia mengecam mereka; jelas bukan itu yang Yesus maksudkan dengan
hukum Taurat, karena itu adalah jenis hukum Taurat yang dikecam oleh Yesus dan
Paulus.) - hal 129-130.
kristologi (9)
3) Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, padahal baptisan Yohanes
adalah baptisan untuk pengampunan dosa (Mark 1:4).
Mark 1:4 - “demikianlah
Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: ‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.’”.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam persoalan ini:
a) Berbeda dengan semua orang lain, yang mengaku
dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus tidak mengaku dosa (Mat
3:6,13-17).
b) Yohanes Pembaptis sendiri, yang mengenali Yesus
sebagai Anak Allah / Mesias, mula-mula menolak untuk membaptis Yesus, dan
bahkan beranggapan bahwa ialah yang seharusnya dibaptis oleh Yesus
(Mat 3:14)..
c) Yesus menjawab keberatan Yohanes Pembaptis itu
dengan berkata bahwa Ia harus dibaptis oleh Yohanes, ‘untuk menggenapkan seluruh
kehendak Allah’ (Mat 3:15).
Mat 3:15 - “Lalu
Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’
Dan Yohanespun menurutiNya.”.
NIV: ‘to fulfil all righteousness’ (= untuk menggenapkan seluruh kebenaran).
Jadi jelas bahwa Yesus tidak
dibaptis untuk mendapatkan pengampunan dosa!
4) Yesus dianggap bersikap tidak hormat kepada Maria / ibuNya,
misalnya:
a) Kitab Suci tidak pernah menyebutkan bahwa Yesus
memanggil / menyebut Maria dengan sebutan ‘ibu / mama’.
Dalam Alkitab ada banyak
ayat yang menyebut Maria sebagai ibu / mama dari Yesus, menggunakan kata Yunani
METER [= ibu / mama].
Contoh:
Yoh 2:3 - “Ketika
mereka kekurangan anggur, ibu (Yunani:
METER) Yesus berkata kepadaNya: ‘Mereka
kehabisan anggur.’”.
Tetapi kalau Yesus sendiri
menyebut Maria, Ia tidak pernah menggunakan kata itu, tetapi selalu menggunakan
kata Yunani GUNAI [= perempuan].
Kalau dalam Kitab Suci
Indonesia ada ayat-ayat dimana Yesus menyebut / memanggil Maria dengan sebutan ‘ibu’ (seperti dalam Yoh 2:4 dan
Yoh 19:26), maka perlu diketahui bahwa itu diterjemahkan bukan dari kata
Yunani METER, yang berarti ‘ibu / mama’, tetapi dari kata Yunani GUNAI yang
sebetulnya berarti ‘perempuan’.
Yoh 2:4 - “Kata
Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu (Yunani: GUNAI)?
SaatKu belum tiba.’”.
KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘woman’ [= perempuan].
Yoh 19:26 - “Ketika Yesus melihat ibuNya
dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya: ‘Ibu, inilah, anakmu!’”.
Catatan: ada 3 x kata ‘ibu’, tetapi yang pertama dan
kedua dari kata Yunani METER [= ibu / mama], dan
yang ketiga dari kata Yunani GUNAI [= perempuan].
Catatan: penggunaan kata GUNAI
sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang tidak hormat. Kata ini juga Yesus
gunakan terhadap Maria Magdalena dalam Yoh 20:13,15.
Yoh 20:13,15 - “(13)
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu,
mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil
orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’ ... (15) Kata Yesus kepadanya:
‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah
yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu
berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku,
di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’”.
b) Sikap / kata-kata Yesus terhadap / tentang
Maria dalam:
Mat 12:46-50 - “(46)
Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibuNya dan
saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. (47) Maka seorang
berkata kepadaNya: ‘Lihatlah, ibuMu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan
berusaha menemui Engkau.’ (48) Tetapi jawab Yesus
kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: ‘Siapa ibuKu? Dan siapa
saudara-saudaraKu?’ (49) Lalu kataNya, sambil menunjuk ke arah murid-muridNya:
‘Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu! (50) Sebab siapapun yang melakukan kehendak
BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah
ibuKu.’”.
Catatan:
semua kata ‘ibu’ dalam text di atas ini berasal dari kata Yunani METER
[= ibu / mama], tetapi perhatikan bahwa pada waktu Yesus menggunakan kata METER
ini di sini, Ia tidak memaksudkan Maria!
Luk 2:48-49 - “(48)
Dan ketika orang tuaNya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibuNya
kepadaNya: ‘Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? BapaMu dan
aku dengan cemas mencari Engkau.’ (49) JawabNya kepada
mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada
di dalam rumah BapaKu?’”.
Yoh 2:4 - “Kata
Yesus kepadanya: ‘Mau apakah engkau dari padaKu, ibu? SaatKu belum tiba.’”.
KJV: ‘what have I to do with thee?’ [= apa urusanKu denganmu?].
Catatan:
ungkapan ini, pada waktu muncul dalam Alkitab, biasanya menyatakan
ketidak-senangan. Hakim 11:12 2Sam 16:10 1Raja 17:18
Mat 8:29.
Untuk ini perlu diperhatikan
bahwa sejak inkarnasi dan seterusnya, Yesus adalah Allah dan manusia dalam satu
pribadi. Sebagai manusia, Ia harus hormat dan tunduk
kepada orangtuaNya, tetapi sebagai Allah, Ia
justru berkuasa atas orang tuaNya, dan bahkan seharusnya orang tuaNyalah yang
mentaati Dia, menghormati Dia, dan menyembah Dia!
Illustrasi:
Kalau ada seorang majikan
dan pegawainya yang sama-sama menjadi majelis dari suatu gereja, maka:
1. Dalam pekerjaan, pegawai itu harus tunduk pada
majikannya.
2. Dalam urusan gereja, pegawai itu tidak harus
tunduk kepada majikannya itu, karena ia mempunyai pangkat / jabatan yang sama
dengan majikannya. Dan kalau hal ini terjadi, kita pasti tidak akan mengatakan
bahwa pegawai itu kurang ajar kepada majikannya!
Hal yang sama terjadi kalau
ada seorang pendeta yang mempunyai orang tua atau mertua sebagai jemaatnya.
5) Yesus takut dan gentar (Mat 26:37-38 Mark 14:33 Luk 22:44).
Mat 26:37: ‘sedih dan gentar’. Ini salah terjemahan!
NIV: ‘to be sorrowful and troubled’ [= sedih dan susah / terganggu].
NASB: ‘to be grieved and distressed’ [= sedih dan susah].
Jadi, dari ayat ini hanya
terlihat bahwa Yesus sedih, tetapi tidak terlihat bahwa Ia takut.
Sekarang mari kita
perhatikan ayat-ayat paralel dari Mat 26:37 itu:
a) Luk 22:44: ‘Ia sangat ketakutan’. Ini juga salah terjemahan!
NIV: ‘being in anguish’ [= ada dalam kesedihan].
NASB: ‘being in agony’ [= ada dalam penderitaan].
Jadi dari ayat inipun tak
terlihat bahwa Yesus takut.
b) Mark 14:33: ‘sangat takut dan gentar’.
NIV/NASB: ‘deeply / very distressed and troubled’ [=
sangat sedih dan susah / terganggu].
Tetapi di sini terjemahan
NIV/NASB juga salah, karena kata yang diterjemahkan ‘distressed’ [= sedih] itu di dalam bahasa Yunaninya adalah EKTHAMBEISTHAI yang berasal dari kata EKTHAMBEOMAI, yang sebetulnya berarti ‘be greatly
alarmed’ [= sangat takut].
Jadi, dari ayat ini kita bisa melihat bahwa
Yesus bukan hanya sedih tetapi juga takut.
Hal-hal lain yang
menunjukkan bahwa pada saat itu Yesus memang takut:
1. Doa Yesus dalam Mat 26:39 secara implicit menunjukkan bahwa Ia takut
terhadap ‘cawan’ (simbol dari murka /
hukuman Allah) itu.
2. Luk 22:44b mengatakan bahwa ia mencucurkan
peluh seperti darah. Ada yang menganggap bahwa ini betul-betul adalah darah,
dan orang-orang ini mengatakan bahwa hal seperti ini memang bisa terjadi (dan
pernah terjadi) pada orang yang mengalami ketakutan yang luar biasa.
3. Ibr 5:7 (KJV): [= Ia menaikkan doa dan
permohonan dengan tangisan keras dan air mata kepada Dia yang bisa
melepaskanNya dari maut, dan didengarkan dalam hal
yang Ia takuti].
Catatan:
Kata-kata yang oleh KJV
diterjemahkan ‘in
that He feared’ [= dalam hal yang Ia
takuti], diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris
yang lain.
NIV: ‘because of His reverent submission’ [= karena ketundukanNya yang penuh hormat / takut].
NASB: ‘because of His piety’ [= karena kesalehanNya].
NKJV: ‘because of His godly fear’ [= karena rasa takutNya yang saleh].
RSV: ‘for his godly fear’ [= karena rasa takutNya yang saleh].
Sekalipun demikian ada
banyak penafsir tetap mempertahankan arti yang diberikan oleh KJV.
Bahwa Yesus sedih, itu bukan sesuatu yang
aneh, karena saat itu Ia sedang dikhianati oleh Yudas, akan ditinggal oleh
murid-muridNya, akan disangkal oleh Petrus, akan ditolak oleh orang-orang
Yahudi, dan akan terpisah dari Allah. Dan kesedihan itu juga bukan dosa karena
ayat seperti Fil 4:4 memang tidak boleh dimutlakkan (bdk.
Mat 5:4 Luk 6:21b)!
Tetapi bagaimana dengan rasa takut yang dialami oleh
Yesus? Apakah ini bukan dosa?
a) Pertama-tama perlu diketahui bahwa Ia bukan
takut pada kematian atau penderitaan, tetapi takut
pada murka Allah (Catatan: takut pada murka Allah jelas bukan
merupakan sesuatu yang salah!) yang akan menimpaNya pada saat Ia menanggung
hukuman umat manusia.
William Hendriksen (tentang
Mark 14:33):[= Mungkinkah Ia, di sini di
Getsemani, melihat datangnya gelombang pasang / tsunami murka Allah karena dosa
kita?] - ‘The Gospel of Mark’, hal 586.
Renungkan: bahwa Yesus, yang biasanya tidak
pernah takut itu, bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas
betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu!
Bandingkan dengan:
1. Hos
10:7-8 - “(7) Samaria akan dihancurkan; rajanya seperti sepotong ranting yang
terapung di air. (8) Bukit-bukit pengorbanan Awen, yakni dosa Israel,
akan dimusnahkan. Semak duri dan rumput duri akan tumbuh di atas
mezbah-mezbahnya. Dan mereka akan berkata kepada
gunung-gunung: ‘Timbunilah kami!’ dan kepada bukit-bukit: ‘Runtuhlah menimpa
kami!’”.
2. Luk
23:30 - “Maka orang akan mulai berkata
kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan
kepada bukit-bukit: Timbunilah kami!”.
3. Wah
6:15-17 - “(15) Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar
serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan
semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah
batu karang di gunung. (16) Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada
batu-batu karang itu: ‘Runtuhlah menimpa kami dan
sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.’
(17) Sebab sudah tiba hari besar murka mereka
dan siapakah yang dapat bertahan?”.
William Hendriksen, dalam
komentarnya tentang Luk 23:30, mengatakan bahwa Hos 10:8 berkenaan dengan
kejatuhan Samaria, Luk 23:30 lebih hebat dan berkenaan dengan kehancuran
Yerusalem, tetapi Wah 6:15-17 adalah yang terhebat dari semua, dan ini
berkenaan dengan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya pada akhir jaman.
Karena itu, kalau saudara belum betul-betul
percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, cepatlah percaya, sebelum
saudara harus menghadapi / mengalami murka Allah yang menakutkan itu!
b) Apakah rasa takut Yesus di sini adalah dosa?
1. Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak
pernah berbuat dosa dalam bentuk apapun (Ibr 4:15 2Kor 5:21).
Karena itu jelas bahwa rasa
takut di sini tidak bisa disebut sebagai dosa. Kita tidak boleh menafsirkan
ayat Kitab Suci yang satu sehingga bertentangan dengan ayat yang lain.
2. 1Yoh 4:18 kelihatannya menunjukkan bahwa
rasa takut adalah dosa, tetapi kalau kita membaca mulai 1Yoh 4:17 maka
akan terlihat bahwa rasa takut yang dimaksudkan di sini adalah rasa takut
terhadap hukuman Allah pada akhir jaman.
Ayat ini hanya menunjukkan
bahwa orang kristen sejati, yang cinta kepada Allah, pasti tidak akan mempunyai
rasa takut terhadap hukuman Allah pada akhir jaman / hari penghakiman. Mengapa?
Karena ia percaya bahwa semua hukumannya sudah ditanggung oleh Kristus sehingga
ia tidak mungkin dihukum.
Ro 8:1 - “Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”.
Jadi jelas bahwa ayat ini
tidak bisa diterapkan terhadap rasa takut Kristus pada saat ini.
3. Dalam tafsirannya tentang Mat 26:37 dan Mat 26:39,
Calvin mengatakan:
Calvin: [= kelemahan yang Yesus ambil kepada
diriNya sendiri harus dibedakan dari kelemahan kita, karena disana ada suatu
perbedaan yang besar. Dalam diri kita disana tidak ada perasaan yang tidak disertai
dengan / oleh dosa, karena semua perasaan itu melampaui ikatan yang seharusnya
dan kekangan yang benar; tetapi pada waktu Kristus menderita oleh kesedihan dan
rasa takut, Ia tidak memberontak terhadap Allah, tetapi terus diatur oleh
peraturan yang benar dari ketenangan. Kita tidak perlu heran
bahwa, karena Ia tidak berdosa, dan murni dari setiap noda, perasaan-perasaan
yang mengalir dari Dia adalah murni dan tak bernoda; tetapi bahwa tak ada
apapun yang keluar dari hakekat yang berdosa dari manusia yang tidak najis dan
kotor. Karena itu, hendaklah kita memperhatikan perbedaan ini, bahwa Kristus, di tengah-tengah rasa takut dan kesedihan, adalah
lemah tanpa noda dosa apapun; tetapi bahwa semua perasaan-perasaan
kita adalah berdosa, karena perasaan-perasaan itu naik ke suatu ketinggian yang
melebihi batas.].
[= Dalam keadaan kita yang berdosa sekarang ini, tidak mungkin untuk
mendapatkan perasaan yang tidak berlebihan, seperti yang ada dalam Kristus;
tetapi kita harus menghormati Anak Allah dengan
tidak menghakimiNya dengan apa yang kita dapatkan dalam diri kita sendiri.].
[= Jika ada keberatan, bahwa rasa takut yang sedang saya gambarkan
muncul dari ketidak-percayaan, jawabannya mudah. Ketika Kristus takut pada
kutuk ilahi, perasaan dari daging mempengaruhiNya dengan cara sedemikian rupa,
sehingga iman tetap teguh dan tak tergoyahkan. Karena begitu murninya hakekatNya,
sehingga Ia merasa tanpa terluka oleh pencobaan-pencobaan yang akan menusuk
kita dengan sengatnya.].
Jadi dengan
kata-kata ini Calvin memaksudkan bahwa:
a. Kita sebagai manusia yang berdosa, sangat
berbeda dengan Kristus yang suci murni itu.
b. Karena itu kita tak boleh menghakimi Kristus
dengan apa yang ada dalam diri kita, karena Ia memang berbeda dengan kita.
c. Pada saat Kristus takut, Ia bisa tetap beriman
(kita tidak bisa seperti ini), dan karena itu Ia tetap tidak berdosa.
6) Ibr 5:8 mengatakan bahwa Yesus ‘belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya’.
Ibr 5:8 - “Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa
yang telah dideritaNya,”.
Ini dijadikan dasar untuk
mengatakan bahwa ada saat dimana Yesus tidak taat.
Penjelasan:
a) Calvin mengatakan bahwa ayat ini jelas tidak
berarti bahwa dulunya Yesus tidak taat, dan lalu Ia mengalami penderitaan yang
membuat Dia taat, seakan-akan Yesus adalah kuda / bagal yang baru mau menurut
setelah dikendalikan dengan kekang, pecut dan sebagainya.
Bdk. Maz 32:9 - “Janganlah
seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus
dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati
engkau.”.
Setiap orang kristen akan
mengalami ketaatan seperti ini, tetapi Yesus tidak!
b) John Owen mengatakan bahwa ‘belajar ketaatan’
bisa diartikan 3 macam:
1. Dari tidak tahu lalu menjadi tahu tentang apa
yang harus ditaati. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
2. Belajar untuk melakukan ketaatan.
Kita semua perlu belajar
ketaatan dalam arti ini, dimana kita jatuh bangun berkali-kali, sampai akhirnya
kita bisa mengatasi dosa tertentu. Tentu bukan ini yang dimaksud di sini.
3. Mendapat pengalaman ketaatan.
Inilah arti yang dimaksudkan
di sini.
John Owen juga mengatakan
bahwa ketaatan yang dimaksud di sini adalah ketaatan dalam mengalami
penderitaan, bahkan kematian untuk menebus dosa manusia.
Bandingkan dengan:
Yes 50:5-6 - “(5)
Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling
ke belakang. (6) Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku,
dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan
mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.”.
Yes 53:7 - “Dia dianiaya,
tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak
domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan
orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.”.
Yoh 10:17-18 - “(17)
Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya
kembali. (18) Tidak seorangpun mengambilnya dari padaKu, melainkan Aku
memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan
berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang
Kuterima dari BapaKu.’”.
Fil 2:8 - “Dan
dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu
salib.”.
Dengan mengalami semua itu
Ia mengalami dalam diriNya sendiri betapa sukarnya ketaatan dalam penderitaan
itu, dan betapa besar kasih karunia yang dibutuhkan untuk taat. Dengan demikian
Ia bisa mempunyai belas kasihan dan simpati terhadap kita yang menderita.
Kalau yang dimaksud dengan ‘belajar ketaatan’
itu adalah ‘mengalami ketaatan dalam penderitaan’, maka jelaslah itu tidak
menunjukkan bahwa tadinya Kristus tidak taat!
c) Tyndale Commentary mengutip Griffith Thomas
yang berkata:
(= Inilah perbedaan antara ketidak-bersalahan dan kebaikan / kebajikan.
Ketidak-bersalahan adalah hidup yang tidak / belum diuji, sedangkan kebaikan /
kebajikan adalah ketidak-bersalahan yang telah diuji dan menang. Anak selalu
mempunyai kecondongan pada ketaatan, tetapi supaya Ia mempunyai kebaikan /
kebajikan dalam ketaatan, Ia harus diuji).
Kalau kita melihat kata-kata
ini, maka terlihat bahwa ia beranggapan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’
Ia mempunyai innocency (=
ketidak-bersalahan), tetapi setelah Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia mempunyai virtue (= kebaikan / kebajikan). Ini
lagi-lagi menunjukkan bahwa sebelum Yesus ‘belajar ketaatan’, Ia bukannya tidak
taat.
7) Ibr 5:9 mengatakan “sesudah
Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi ...”.
NASB: “And having been made perfect, He became ...” (= Dan setelah
disempurnakan, Ia menjadi ...).
Ayat ini dijadikan dasar
untuk mengatakan bahwa ada satu saat dimana Yesus itu tidak / belum sempurna.
Penjelasan:
Kontext (Ibr 4:14-5:10)
berbicara tentang Yesus sebagai Imam Besar, dan karena itu istilah ‘sempurna’ di sini harus dihubungkan
dengan hal itu. Jadi artinya adalah: Ia jadi cocok sempurna untuk menjadi Imam
Besar.
8) Mark 10:17-18 menceritakan dialog antara Yesus dengan pemuda
kaya, dimana ketika pemuda kaya menyebut Yesus dengan istilah / sebutan ‘Guru yang baik’, Yesus menjawab dengan
berkata: ‘Mengapa
kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja’.
Ini sering dianggap sebagai
pengakuan Yesus sendiri yang menyatakan bahwa Ia bukan Allah, dan Ia tidak
baik.
Penjelasan:
a) Kita tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga
bertentangan dengan ayat yang lain. Penafsiran bahwa Mark 10:17-18 berarti
bahwa Yesus bukan Allah dan Yesus tidak baik, bertentangan dengan banyak ayat
Kitab Suci yang menunjukkan keilahian dan kesucian Yesus.
b) Pemuda kaya itu menyebut Yesus dengan istilah ‘guru yang baik’. Dari
istilah ‘guru’ jelaslah bahwa ia menganggap Yesus hanyalah manusia biasa.
Dengan menambahkan istilah ‘baik’, sebetulnya ia
menggunakan sebutan yang kontradiksi, karena tidak ada manusia biasa yang baik
(Maz 14:1-3 Maz 53:2-4 Ro 3:10-12).
Kata-kata Yesus dalam
Mark 10:18 itu dimaksudkan untuk membetulkan ketidak-benaran / kontradiksi
dalam sebutan pemuda kaya itu. Yesus mau bahwa pemuda
itu tidak hanya mengakui Dia sebagai baik, tetapi juga sebagai Allah.
kristologi (10)
III) Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.
Semua orang yang Injili dan
Alkitabiah setuju bahwa dalam faktanya Kristus
tidak pernah berbuat dosa.
Tetapi yang dibicarakan sekarang, adalah: secara teoritis, adakah kemungkinan bagi Yesus untuk
jatuh ke dalam dosa pada waktu Ia hidup sebagai manusia dalam dunia ini?
Dalam hal ini tidak ada
kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan Reformedpun tidak ada keseragaman
pendapat.
Sekarang mari kita menyoroti
macam-macam pandangan yang ada:
A) Kristus tidak bisa berdosa
(non posse peccare / not possible to sin).
Ini merupakan pandangan
Calvin dan orang-orang Reformed pada umumnya.
Catatan: sepanjang yang saya tahu,
dari para ahli theologia Reformed, hanya Charles Hodge yang tidak setuju dengan
pandangan ini.
Hal-hal yang dijadikan dasar
untuk mengatakan bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa:
1) Ibr 13:8 berkata bahwa Kristus tidak
berubah.
Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”.
William G. T. Shedd:[= Ketidak-bisa-berubahan tentang
Kristus yang diajarkan dalam Ibr 13:8 berkenaan
dengan semua sifat yang khas dari PribadiNya. Kekudusan / kesucianNya adalah salah satu yang terpenting
dari hal-hal ini. Seandainya Sang Manusia-Allah, seperti Adam,
mempunyai suatu kekudusan / kesucian yang bisa berubah dan bisa hilang, adalah
tidak tepat untuk berbicara tentang Dia dengan istilah-istilah
yang hanya sesuai dengan kekudusan / kesucian yang tidak bisa berubah dari dari
Allah.] - ‘Dogmatic Theology’,
vol II, hal 331.
Kalau Ia bisa berdosa, maka
itu berarti Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).
2) Ibr 10:7,9 mengatakan bahwa Kristus datang
ke dunia untuk melakukan kehendak Allah. Tujuan ini tidak mungkin tidak
tercapai!
3) Kata-kata Kristus dalam Yoh 14:30 dimana
Ia berkata bahwa Penguasa dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikitpun
atas diriNya, menunjukkan ketidak-mungkinanNya untuk berbuat dosa.
Yoh 14:30 - “Tidak
banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa
dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diriKu.”.
4) Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula
dalam Rencana Allah, dan Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.
a) Bahwa Rencana Allah sudah ada sejak semula
terlihat dari ayat-ayat seperti:
2Raja 19:25 - “Bukankah telah kaudengar, bahwa Aku
telah menentukannya dari jauh hari, dan
telah merancangnya pada zaman purbakala?
Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat sunyi senyap kota-kota yang
berkubu menjadi timbunan batu.”.
Maz 139:16 - “mataMu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya
tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada
satupun dari padanya.”.
Yes 37:26 - “Bukankah
telah kaudengar, bahwa Aku telah menentukannya dari
jauh hari dan telah merancangnya dari
zaman purbakala? Sekarang Aku mewujudkannya, bahwa engkau membuat
sunyi senyap kota-kota yang berkubu menjadi timbunan batu,”.
Yes 46:10 - “yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana,
yang berkata: KeputusanKu akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan,”.
Kalau manusia membuat
rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Misalnya pada waktu kita ada
di SMP kita merencanakan untuk masuk SMA tertentu, dan pada waktu di SMA baru
kita merencanakan untuk masuk perguruan tinggi tertentu. Setelah lulus dari
perguruan tinggi, baru kita merencanakan untuk bekerja di tempat tertentu, dsb.
Tidak ada manusia yang dari lahir lalu bisa merencanakan segala sesuatu dalam
seluruh hidupnya! Mengapa? Karena manusia tidak maha tahu sehingga ia tidak
mampu melakukan hal itu. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa
membuat rencana lanjutan.
Tetapi Allah yang maha tahu
dan maha bijaksana, merencanakan seluruh RencanaNya sejak semula!
b) Penebusan dosa umat manusia oleh Kristus sudah
termasuk dalam Rencana Allah (Kis 2:23
Kis 4:27-28 1Pet 1:20).
c) Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.
Ayub 42:2 - “‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala
sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal.”.
Maz 33:10-11 - “(10)
TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku
bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap
selama-lamanya, rancangan hatiNya turun-temurun.”.
Yes 14:24,26,27 - “(24) TUHAN semesta alam telah bersumpah, firmanNya:
‘Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah
akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana:
... (26) Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah
tangan yang teracung terhadap segala bangsa. (27) TUHAN
semesta alam telah merancang, siapakah yang dapat menggagalkannya? TanganNya
telah teracung, siapakah yang dapat membuatnya ditarik kembali?”.
Yes 46:10-11 - “(10)
yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala apa
yang belum terlaksana, yang berkata: KeputusanKu
akan sampai, dan segala kehendakKu akan Kulaksanakan, (11) yang
memanggil burung buas dari timur, dan orang yang melaksanakan putusanKu dari
negeri yang jauh. Aku telah mengatakannya, maka Aku
hendak melangsungkannya, Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak
melaksanakannya.”.
Orang Arminian / non Reformed
percaya bahwa Allah bisa mengubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah
bisa gagal. Sebetulnya ini suatu penghinaan bagi Allah karena ini menyamakan
Allah dengan manusia, yang sering harus mengubah rencananya dan gagal dalam
mencapai rencananya!
Ada banyak hal yang tidak
memungkinkan Allah mengubah rencanaNya / gagal dalam mencapai rencanaNya:
1. Ayat-ayat dalam point c di atas secara jelas
menunjukkan bahwa Rencana Allah tak mungkin berubah atau gagal!
2. Kemahatahuan Allah.
Pada waktu Allah
merencanakan, bukankah Ia sudah tahu apakah rencanaNya akan berhasil atau
gagal? Kalau Ia sudah tahu bahwa RencanaNya akan gagal, lalu mengapa Ia tetap
merencanakannya?
3. Kemahabijaksanaan Allah.
Kebijaksanaan Allah
menyebabkan Ia pasti membuat rencana yang terbaik. Kalau rencana ini diubah,
maka akan menjadi bukan yang terbaik. Ini tidak mungkin!
4. Kemahakuasaan Allah.
Manusia sering gagal
mencapai rencananya atau terpaksa mengubah rencananya karena ia tidak maha
kuasa. Tetapi Allah yang maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai rencanaNya
atau terpaksa harus mengubah rencanaNya!
5. Kedaulatan Allah tidak memungkinkan Ia untuk mengubah
rencanaNya, karena perubahan rencana berarti Ia menjadi tergantung pada situasi
dan kondisi (tidak lagi berdaulat).
Kalau Kristus berdosa, maka
Ia harus mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak bisa menebus dosa umat
manusia. Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus
untuk berdosa, maka itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang
Penebusan) untuk gagal.
5) Dilihat dari hakekat-hakekat yang ada dalam diri Kristus:
a) Hakekat manusia mempunyai sifat ‘bisa berdosa’
(posse peccare / possible to sin).
b) Hakekat ilahi mempunyai sifat ‘tidak bisa
berdosa’ (non posse peccare / not
possible to sin).
Berdasarkan Communicatio
Idiomatum, maka semua sifat dari hakekat manusia maupun hakekat
ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / sama-sama dimiliki oleh pribadi
Kristus.
Jadi seharusnya pribadi
Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ dan ‘tidak bisa berdosa’.
Tetapi kesimpulan ini
ditolak oleh orang-orang Reformed pada umumnya.
1. Pandangan Louis Berkhof.
Adanya Communicatio Charismatum dimana hakekat
manusia dari Kristus ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain
melalui pemberian karunia-karunia Roh dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, terutama dalam hal ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa.
Jadi, Louis Berkhof
beranggapan bahwa hakekat manusia Kristus itu sendiri sudah tidak bisa berbuat
dosa. Dan ini menyebabkan pribadi Kristus tidak bisa berdosa.
2. Pandangan W. G. T. Shedd
Shedd beranggapan bahwa
hakekat manusia dari Kristus bisa berdosa (posse
peccare), tetapi dalam persatuan antara hakekat manusia dan hakekat ilahi
dalam satu pribadi, hakekat ilahilah yang menguasai dan mengontrol hakekat
manusia, dan bukan sebaliknya. Jadi kekuatan pribadi Kristus untuk melawan
godaan / serangan setan setara dengan kekuatan dari hakekat ilahi untuk melawan
godaan / serangan setan.
Dengan demikian,
apa yang bisa dilakukan oleh hakekat manusia Kristus kalau hakekat manusia itu
terpisah dari hakekat ilahi (yaitu bisa berbuat dosa), tidak bisa dilakukan
oleh persatuan dari hakekat manusia dan hakekat ilahi dalam pribadi Kristus.
Jadi doktrin Shedd tentang Communicatio Idiomatum adalah bahwa
semua sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus, tetapi untuk
hakekat manusia, ada 1 sifat yang tidak bisa diberikan kepada pribadi Kristus,
yaitu sifat ‘bisa berdosa’.
Alasan Shedd adalah: dalam
persoalan dosa, hakekat ilahi tidak bisa membiarkan hakekat manusia pada keterbatasannya.
Kalau hakekat ilahi melakukan hal itu, hakekat ilahi sendiri sudah berdosa.
(= Dalam hal yang terakhir ini, hakekat ilahi tidak bisa secara tak berdosa dan
secara benar, meninggalkan hakekat manusia pada keterbatasannya tanpa
pertolongan dari hakekat ilahi, seperti yang bisa dilakukan oleh hakekat ilahi
dalam hal-hal lain) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’,
vol II, hal 333-334.
3. Pandangan R. L. Dabney.
a. Persatuan 2 hakekat itu adalah suatu perisai
bagi hakekat manusia terhadap kesalahan.
R. L. Dabney: (= Adalah tidak mungkin bahwa pribadi yang terbentuk / terdapat dalam persatuan
dengan Firman yang kekal dan yang tak berubah, bisa berdosa; karena persatuan
ini adalah suatu perisai yang mutlak bagi hakekat yang lebih rendah, terhadap
kesalahan)
- ‘Lectures in Systematic Theology’,
hal 471.
Pandangan ini sama dengan
pandangan dari William G. T. Shedd. Tetapi Dabney menambahkan lagi hal berikut
ini.
b. Dalam persatuan hakekat manusia dengan LOGOS,
hakekat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus.
R. L. Dabney: “This
lower nature, upon its union with the Word, was imbued with the full influence
of the Holy Ghost”
(= Hakekat yang lebih rendah ini, dalam persatuannya dengan Firman, dikaruniai
dengan pengaruh penuh dari Roh Kudus) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 471.
Dabney juga memberikan
dasar-dasar Kitab Suci yang menunjukkan peranan Roh Kudus dalam diri Kristus,
yaitu:
Maz 45:8 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan;
sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau
dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.
Yes 11:2,3 - “(2) Roh TUHAN akan ada
padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan
dan takut akan TUHAN; (3) ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia
tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan
menurut kata orang.”.
Yes 42:1 - “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang,
orang pilihanKu, yang kepadanya Aku berkenan. Aku
telah menaruh RohKu ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada
bangsa-bangsa.”.
Yes 61:1 - “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang
terkurung kelepasan dari penjara,”.
Bdk. Luk 4:17-21 - “(17)
KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas,
di mana ada tertulis: (18) ‘Roh Tuhan ada padaKu, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku (19) untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang.’ (20) Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali
kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju
kepadaNya. (21) Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: ‘Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.’”.
Luk 4:1 - “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu
dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.”.
Yoh 1:32 - “Dan Yohanes memberi kesaksian, katanya: ‘Aku telah
melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan
Ia tinggal di atasNya.”.
Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang
menyampaikan firman Allah, karena Allah
mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.
Ini kelihatannya sesuai
dengan pandangan Calvin, karena dalam komentarnya tentang Mat 4:1 (dimana
Kristus dipenuhi oleh Roh Kudus sebelum Ia dicobai oleh setan) ia berkata
sebagai berikut:
”
(= Kristus dibentengi oleh Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga
panah-panah Setan tidak bisa menusukNya).
4. G. C. Berkouwer mengutip seseorang yang berkata:
(= Ketidak-mampuan untuk berbuat dosa merupakan akibat dari fakta bahwa ‘Aku’
dari hakekat manusia itu adalah Logos) - ‘Studies in
Dogmatics: The Person of Christ’, hal 258.
Perlu ditambahkan kata-kata
Herman Hoeksema sebagai berikut: (= Pribadiku adalah apa yang aku ketahui merupakan
subyek dari semua tindakanku, ... Bukanlah hakekatku, tubuhku atau jiwaku,
otakku, mataku, telingaku, mulutku, kakiku, yang bertindak, berpikir, melihat,
mendengar, berbicara, lari; tetapi pribadikulah yang melakukannya. Aku
bertindak, aku berpikir, aku melihat, dan aku mendengar dan berbicara dan
berlari, di dalam dan melalui hakekatku. ... Dalam hal Kristus, pribadiNya
adalah Anak Allah, pribadi yang kedua dari Tritunggal yang Kudus) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 359-360.
Karena pribadi merupakan
subyek dari semua tindakan, maka jelaslah bahwa Kristus tidak bisa berbuat
dosa, karena pribadiNya adalah Allah Anak / LOGOS sendiri!
5. G. C. Berkouwer juga memberikan pandangan
Abraham Kuyper (yang kelihatannya merupakan gabungan dari pandangan 3. dan 4.).
Berkouwer berkata sebagai berikut:
[= Kuyper mengatakan bahwa hakekat manusia Kristus
menyebabkan dalam Dia ada kemungkinan untuk berbuat dosa (seperti yang ada
dalam Adam sebelum Kejatuhan dalam dosa). Tetapi karena Yesus tidak mengambil
seorang pribadi manusia, ‘seorang manusia’, tetapi hakekat manusia, dan karena
dalam Dia tidak ada ego manusia (untuk mewujudkan kemungkinan ini) tetapi,
sebaliknya, hakekat manusia itu tetap bersatu secara kekal dengan pribadi kedua
dari Trinitas, karena itu kontrol dari pribadi ilahi ini menyebabkan
ketidak-mungkinan mutlak untuk terwujudnya kemungkinan tersebut] - ‘Studies in Dogmatics: the Person of Christ’, hal 259.
Sekalipun pandangan-pandangan
tersebut di atas (1-5) berbeda satu sama lain, tetapi kesimpulannya adalah
sama, yaitu: pribadi Kristus tidak bisa berdosa (non posse peccare / not
possible to sin).
B) Kristus bisa berdosa (posse
peccare / possible to sin).
1) Charles Hodge berkata:
(= Tetapi, ketidak-berdosaan Tuhan
kita, tidak berarti ketidak-bisa-berdosaan yang
mutlak. ... Jika Ia adalah seorang manusia yang sungguh-sungguh Ia pasti bisa berdosa. ... Pencobaan secara tak langsung menunjukkan kemungkinan untuk
berbuat dosa. Jika pembentukan pribadiNya menyebabkan Kristus tidak
mungkin berbuat dosa, maka pencobaanNya tidak nyata dan
tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati dengan umatNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 457.
Jadi, alasan yang diberikan
oleh Charles Hodge untuk mendukung pandangan ini adalah:
a) Kalau Kristus menjadi manusia yang sama seperti
kita (Ibr 2:14-17), maka Ia juga harus bisa berbuat dosa, sama seperti
kita.
Jawab:
Ini bisa dijawab dengan
point A no 5 di atas.
b) Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, Ia tidak
bisa dicobai. Dengan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan bahwa
Ia bisa berbuat dosa.
Jawab:
Pandangan ini tidak benar,
karena bahwa suatu pasukan tidak bisa dikalahkan, tidak berarti bahwa pasukan
itu tidak bisa diserang. Jadi analoginya adalah: bahwa Kristus tidak bisa
berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.
c) Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka
pencobaan yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa
bersimpati dengan umatNya.
Jawab:
1. Sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini
tidak berarti bahwa pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah sepele /
ringan (bdk. Mat 26:36-46 Ibr 2:18
Ibr 4:15 Ibr 5:7-8).
Tentang hal ini Berkouwer
berkata:
(= Ketidak-berdosaan Kristus tidak meniadakan
pencobaan tetapi sebaliknya menunjukkan kesuperiorannya dalam gigitan
pencobaan)
- ‘Studies in Dogmatics: the Person of
Christ’, hal 263.
2. Pada waktu membahas tentang pencobaan di padang
gurun dalam Injil Lukas, Norval Geldenhuis (NICNT) mengutip Westcott yang
mengomentari Ibr 2:18 dengan kata-kata sebagai berikut: (= Simpati dengan orang berdosa
dalam pencobaannya tidak tergantung pada pengalaman tentang dosa, tetapi pada
pengalaman tentang kekuatan pencobaan kepada dosa, yang hanya orang yang tak
berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya sepenuhnya. Ia yang jatuh,
menyerah sebelum tekanan terakhir)
- hal 157.
Geldenhuis juga mengutip
Plummer yang berkata: “... a (= ... orang yang benar, yang
tidak pernah goyah sesaatpun, bisa merasakan daya tarik dari keuntungan dengan
lebih hebat / keras dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang
terakhir ini mungkin menyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu) - hal 157.
Dari 2 kutipan di atas ini
Geldenhuis menyimpulkan: (= Jika kita mengingat
pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang Juruselamat
mengalami hebatnya serangan pencobaan yang tidak pernah dialami oleh orang
lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu tidak bisa
tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh kekuatannya
dalam menyerang mereka) - hal 157.
Illustrasi dan contoh:
a. Kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan
pukul menghadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa baru satu kali terkena
pukulan Mike Tyson ia sudah KO, sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan
Mike Tyson. Tetapi petinju lain yang betul-betul tahan pukulan, tidak jatuh
sekalipun terkena banyak pukulan Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan
seluruh kekuatan Tyson.
b. Orang yang mengalami godaan sex. Kalau begitu
ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia tidak merasakan seluruh
kekuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka orang yang menggodanya itu
akan menggunakan bermacam-macam cara dan taktik untuk menjatuhkannya, sehingga
ia akan merasakan seluruh kekuatan godaan itu.
2) Ada juga yang membuktikan bahwa Kristus bisa
berbuat dosa dengan menggunakan Mat 26:53 dimana Yesus berkata: “Atau kausangka, bahwa Aku tidak
dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas
pasukan malaikat membantu Aku?”.
Ayat ini dijadikan dasar
untuk mengatakan bahwa saat itu Yesus ada di persimpangan jalan. Ia bisa
memilih untuk tunduk pada kehendak Allah, dengan membiarkan diriNya ditangkap
dan dibunuh. Tetapi Ia bisa juga memilih untuk tidak tunduk pada kehendak
Allah, dengan berdoa kepada BapaNya supaya BapaNya mengirim lebih dari 12
pasukan malaikat membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam faktanya Ia memilih
untuk taat pada kehendak Allah, tetapi ayat ini dianggap sebagai dasar untuk
menunjukkan bahwa sebetulnya Ia bisa saja tidak tunduk pada kehendak Allah.
Jawab:
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a) Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya
untuk meluruskan pemikiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong
Yesus’ dengan membacok telinga hamba Imam Besar.
b) Calvin beranggapan bahwa dalam Mat 26:53
ini Yesus hanya mengandaikan.
Jadi maksudNya adalah
sebagai berikut: Andaikata saja hal itu tidak
bertentangan dengan kehendak Allah, maka dari pada dibantu oleh Petrus
menggunakan pedangnya, Yesus mempunyai cara yang lebih baik, yaitu berdoa
kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat.
c) Mat 26:53 tidak boleh dipisahkan dari
Mat 26:54 yang berbunyi: “Jika
begitu, bagaimanakah mungkin akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang
mengatakan bahwa harus terjadi demikian?”.
Kata ‘harus’ menunjukkan
bahwa penangkapan terhadap Kristus dan kematianNya, tidak bisa tidak terjadi!
d) Kita juga harus mengingat doa Yesus dalam taman
Getsemani dimana Ia berdoa: “Ya
BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan itu lalu dari padaKu” (Mat 26:39a). Tetapi
karena kesucianNya, yang tidak memungkinkan Dia untuk menentang kehendak Allah,
Ia lalu menambahkan: “Tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat 26:39b).
Karena itu, andaikatapun
Yesus di sini berdoa meminta Bapa mengirim pasukan malaikat, tidakkah Ia juga
akan menambahkan kata-kata dalam Mat 26:39 itu?
C) Kristus bisa tidak berdosa
(posse non peccare / possible not to sin).
Pandangan ini berkata bahwa
Kristus bukannya ‘tidak bisa berdosa’ (non posse peccare / not possible to sin),
juga bukannya ‘bisa berdosa’ (posse peccare / possible to sin), tetapi ‘bisa tidak berdosa’ (posse
non peccare / possible not to sin).
Jawab: Pandangan ini juga tidak
logis, karena memiliki sifat ‘bisa tidak berdosa’ tanpa memiliki sifat ‘bisa
berdosa’ adalah sama dengan memiliki sifat ‘tidak bisa berdosa’.
kristologi (11)
Ada 5 tahap perendahan yang dialami oleh Kristus:
I) Inkarnasi.
A) Arti kata ‘inkarnasi’.
Kata ini berasal dari kata
bahasa Latin IN [= in (= dalam)] +
CARO / CARNIS [= flesh (= daging)].
Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja yang
dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya ‘tubuh’, tetapi ‘seluruh manusia’.
Catatan:
Jangan menyamakan
‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mempercayai inkarnasi, yaitu
waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manusia. Tetapi kekristenan menolak
reinkarnasi, yang merupakan ajaran agama Hindu / Buddha, karena bertentangan
dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi.
Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja,
dan sesudah itu dihakimi,”.
B) Subyek dari inkarnasi.
Bukan Allah
Tritunggal,
tetapi Allah Anaklah
yang berinkarnasi dan mengambil hakekat manusia. Tetapi juga harus
diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut aktif dalam inkarnasi.
Mat 1:20 - “Tetapi ketika ia mempertimbangkan
maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf,
anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak
yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.
Luk 1:35 - “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau;
sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
Yoh 1:14 - “Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin
dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging,
yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan
hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya,
maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir
dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.
Fil 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia.”.
Bahwa yang berinkarnasi
adalah Allah Anak, merupakan sesuatu yang
perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism,
yang mengatakan bahwa Allah
Bapa sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.
Penerapan:
Banyak orang kristen berdoa
secara salah dengan berkata:
1) ‘Yesus,
Bapa yang di surga, ...’.
2) ‘Kami
bersyukur kepadaMu Bapa, karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi
dosa kami.’.
Ini merupakan doa yang salah
secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa / menganggap bahwa
Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.
C) Inkarnasi dan kelahiran.
Inkarnasi berbeda dengan
kelahiran karena:
1) Inkarnasi menunjukkan tindakan
aktif, sedangkan kelahiran menunjukkan pada tindakan
pasif.
Karena itu Yesus selalu
berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Luk 19:10 Yoh 9:39
Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku
dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.
Catatan: memang dalam
Yoh 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk itulah
Aku lahir’, tetapi Ia langsung
menyambung dengan kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.
Ini menunjukkan bahwa Yesus
bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah sendiri, karena tidak ada
orang biasa yang kelahirannya merupakan tindakan aktif.
2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya
(Yoh 1:1 6:38 8:58
2Kor 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau sekedar dikatakan
bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menunjukkan bahwa sebelum Ia dilahirkan, Ia
tidak ada. Tetapi kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi, karena inkarnasi
merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah ada sebelum saat
itu.
Ini lagi-lagi menunjukkan
bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah
sendiri.
D) Perlunya inkarnasi.
Upah dosa adalah maut /
kematian (Ro 6:23
Kej 2:16-17 Kej 3:19).
Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah
tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati
untuk menebus dosa manusia.
Tetapi ada ajaran yang
mengatakan bahwa Yesus tetap harus menjadi manusia sekalipun manusia tidak
jatuh ke dalam dosa.
Alasannya:
1) Inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.
Rencana Allah tidak mungkin gagal,
dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi soal apakah manusia jatuh
ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi manusia.
2) Pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan
penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu,
andaikatapun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi
manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.
Bantahan terhadap ajaran
ini:
1) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada karena adanya dosa.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah
akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri
dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya
mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”.
Gal 4:4-5 - “(4) Tetapi setelah genap waktunya,
maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk
kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus
mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”.
1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut
diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia
untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang
paling berdosa.”.
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat
dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia
membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
2) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini
sudah termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam
Rencana Allah, inkarnasi itu ada karena adanya dosa.
Banyak orang kristen tidak
mau menerima bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah ditetapkan. Anehnya,
biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh Kristus sudah
direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan.
Bdk. 1Pet 1:18-20 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan
barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan
darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang
tak bernoda dan tak bercacat. (20) Ia telah
dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi
karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir.”.
Padahal penebusan dosa oleh
Kristus hanya bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus. Bagaimana mungkin
penebusannya ditetapkan tetapi dosanya tidak?
Disamping itu, pembunuhan
terhadap Kristus, yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga adalah dosa.
Dan itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah.
Kis 2:23 - “Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu
bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.
Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini
Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel
melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan
dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.
Catatan: kalau saudara mau tahu
lebih banyak tentang dosa dalam Rencana Allah, bacalah buku saya yang berjudul ‘The Providence of God’.
Jadi kesimpulannya:
inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa, Allah melakukan inkarnasi
dan penebusan dosa bukan sebagai kewajiban / keharusan, tetapi karena kasihNya
dan karena itulah yang Ia kehendaki.
E) Apa yang terjadi pada saat
inkarnasi.
1) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ (Yoh 1:14).
Yoh 1:14 - “Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
Ini tidak berarti bahwa:
a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian
keilahianNya.
b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS
sebelum inkarnasi.
Seseorang berkata: “Incarnation
does not mean that the LOGOS ceased to be what He was before.” (= Inkarnasi tidak berarti bahwa
LOGOS itu berhenti menjadi apa adanya Dia sebelum saat itu.).
Kalau kita menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka
kita perlu ingat bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:
1. Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi
bubur’,
maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada
bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
2. Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi
pendeta’,
maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya tetap ada /
tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.
Kalau kita berbicara tentang
‘Firman / Allah yang menjadi
manusia’,
maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Jadi, pada waktu
Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang
/ tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru ketambahan hakekat manusia pada diriNya.
2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa
LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa manusia):
a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.
Beberapa kutipan penting
tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:
1. “Christ was
lowered not by losing but rather by taking.” (= Kristus direndahkan bukan
dengan kehilangan tetapi dengan mengambil.).
Ini bisa diilustrasikan
sebagai berikut: kita bisa merendahkan seorang yang kaya bukan dengan
mengambil kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya
pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun,
tetapi sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.
2. Leon Morris:
(= Ketika Firman menjadi daging,
kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung.).
3. Leon Morris:
(= Kita harus berpegang / percaya
bahwa inkarnasi berarti penambahan
terhadap sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya penghentian dari sebagian besar
kegiatan-kegiatanNya.).
4. Calvin: (= Karena bahkan ketika Firman
dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu
pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah
sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian
rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga,
Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan
tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta
seperti yang Ia sudah lakukan dari semula.) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no 4.
Kata-kata Calvin ini
didasarkan atas Yoh 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1 itu maka
akan terlihat bahwa mula-mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama dengan
Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu digambarkan
bahwa LOGOS itu berinkarnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi
dalam ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Lit: ‘dada’) Bapa di surga!
Yoh 1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman
itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah;
tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada
di pangkuan (dada) Bapa,
Dialah yang menyatakanNya.”.
Perhatikan kata ‘ada’ dalam Yoh 1:18.
Dalam bahasa Inggris digunakan present tense!!
NASB: who is in the bosom of the Father [= yang ada (present tense!) di dada Bapa].
NIV: who is at the Father’s side [= yang ada (present tense!) di sisi Bapa].
Kata bahasa Yunani yang digunakan adalah HO ON yang
arti hurufiahnya adalah ‘the being’.
Kata HO adalah definite article / kata sandang tertentu (‘the’), sedangkan ON adalah suatu participle yang ada dalam bentuk present.
Jadi, sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman /
Yesus itu sudah menjadi daging / manusia, tetapi ay 18 menunjukkan bahwa
Firman / Yesus itu tetap ada di dada Bapa! Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus!
Sekalipun manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu
tidak terbatas di dalam manusia Yesus
itu. Ia tetap maha ada!
Tetapi ada orang yang membantah ajaran ini dengan
mengatakan bahwa bentuk present itu menunjuk pada saat rasul Yohanes sedang
menuliskan Injil Yohanes ini, yaitu pada sekitar akhir abad I. Karena itu, ini
hanya menunjukkan bahwa Yesus yang sudah bangkit dan naik ke surga itu, saat
itu ada dalam pelukan Bapa.
Tetapi ini tidak mungkin, karena dalam ay 18 itu
kata-kata ‘ada di dada Bapa’ jelas menjadi dasar yang menyebabkan Yesus itu bisa ‘menyatakan’
Bapa!
Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada
di pangkuan (dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Jadi jelas tidak menunjuk pada peristiwa yang terjadi
pada akhir abad I, tetapi pada saat Yesus sedang menjadi manusia, atau bahkan
bisa diartikan bahwa Yesus terus menerus ada di dada Bapa.
Perhatikan juga kutipan-kutipan di bawah ini:
· Pulpit Commentary:
[= Tentang
pandangan Meyer bahwa kata-kata di sini tidak menunjukkan bahwa Logos itu diam
/ tinggal secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi menunjuk pada
pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya, kami bisa hanya menunjuk pada present
tense (HO ON), yang dari sudut pandang pendahuluan (pendahuluan
Injil Yohanes), tidak mentranfer dirinya
sendiri ke sudut pandang historis dari penulis pada akhir abad pertama].
Keterangan:
jadi, present tense itu ditinjau dari
sudut pandang pendahuluan Injil Yohanes (Yoh 1:1-18), bukan dari
sudut pandang saat penulisan Injil Yohanes.
· Pulpit Commentary:
(= ... dalam ayat
ini ia berbicara kondisi yang kekal, persekutuan kekal,
dari Anak Tunggal dengan Bapa, sebagai dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang
dibuat dalam inkarnasiNya).
· Leon Morris (NICNT):
[= Kata kerja penghubung
‘is’ (=
ada) menunjukkan kesatuan yang terus
menerus. Anak Tunggal itu terus menerus
ada di dada Bapa].
· William Hendriksen:
(= Disamping itu, anak kalimat tambahan ‘yang
bersandar di dada Bapa’ menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara Allah Bapa dan Allah Anak).
· William Barclay:
(= Ketika Yohanes menggunakan istilah ini tentang
Yesus, ia memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman yang lengkap
dan tak putus-putusnya. Justru karena
Yesus begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia bisa menyatakan
Dia kepada manusia).
kristologi (12)
Selanjutnya, dalam membahas
ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat,
sifat, maupun kegiatanNya pada saat berinkarnasi ini, kita perlu membahas
suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis [= teori
pengosongan diri]. Teori Kenosis ini merupakan
suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori Kenosis ini, yang didasarkan
pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan
/ membuang sebagian
/ seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang
terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).
Fil 2:6-7 - “(6)
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, (7)
melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri,
dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Kesalahan dari Teori Kenosis
ini:
a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa
berubah.
Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan
dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa,
tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian,
seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak
berkesudahan.”.
Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub,
tidak akan lenyap.”.
Yak 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan
setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala
terang; padaNya tidak ada perubahan atau
bayangan karena pertukaran.”.
Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah,
sekalipun hanya untuk sementara!
b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat
Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus
bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia
biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara
antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak
terbatas.
Dalam tafsirannya tentang
Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya
menyembunyikannya
dari pandangan manusia.
Calvin: (= Kristus tidak bisa melepaskan
dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara
waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia,
bukan dengan menguranginya, tetapi dengan
menyembunyikannya).
Herman Hoeksema menambahkan
bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi
kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan
mujijat.
Herman Hoeksema: (= Ini
tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat
ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena
hakekat ilahi tidak bisa berubah. ...
Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa
sehingga di depan
manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu
kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan
keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal
399.
F) Inkarnasi
menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.
Ajaran Anabaptist mengatakan
bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan
1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia
datang ke dunia.
1Kor 15:47 - “Manusia
pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.
Jadi hakekat manusiaNya
betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa
/ mirip dengan kita tetapi secara organic
tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh
dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam
kandungan Maria!
Ajaran Reformed menentang
ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan
hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai manusia,
Yesus berasal dari sel telur Maria.
Dasar Kitab Suci pandangan
ini:
1) Ibr 2:14 - “Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.
Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam
segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat
karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan
mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa
karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Kalau kita membandingkan
dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4 ayat di atas,
hanya Ibr 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.
Ibr 2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also
himself likewise took part of the same;
that through death he might destroy him that had the power of death, that is,
the devil;’.
Ibr 2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his
brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things
pertaining to God, to make
reconciliation for the sins of the people.’.
Fil 2:7 (KJV): ‘But
made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and was
made in the likeness of men:’.
Ro 8:3 (KJV): ‘For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God
sending his own Son in the likeness of
sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh:’.
Lalu, mengapa yang lain
menggunakan kata ‘seperti’? Untuk menjawab ini, saya
mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen tentang Ro 8:3 di sini:
Calvin (tentang Ro 8:3): [= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].
William Hendriksen (tentang
Ro 8:3): [= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu
datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah
sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya
tetap tanpa dosa apapun.].
Jadi, sebetulnya Yesus
memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi digunakan kata ‘seperti’ karena hakekat manusia yang
diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu pertama kali diciptakan oleh
Allah (Kej 1:31 - ‘sungguh
amat baik’),
tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa,
sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.
Kalau Yesus memang
sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak Maria.
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan
dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak
ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi
Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan
supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada
dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani,
tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan
dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa.”.
3) Yesus disebut ‘tunas
Daud’, ‘tunas
yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari
pangkal Isai’.
Yes 11:1,10 - “(1)
Suatu tunas akan keluar dari tunggul
Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka
pada waktu itu taruk dari pangkal Isai
akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh
suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.
Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas
yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah
menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.
Yes 53:2 - “Sebagai taruk
ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas
dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita
memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.
Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman
TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas
adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan
melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.
Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan
engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat
membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.
Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi
kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang
gilang-gemilang.’”.
Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia
betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.
4) Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan
kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of
/ keluar dari (Yunani: EX) Judah].
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria,
maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari
Yehuda’
ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah
bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia
bahkan bukan orang Israel / Yahudi.
5) Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan
dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang
dikuduskan (= manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a: ‘Ia
yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
TB2-LAI hampir sama dengan
TB1.
NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia (TB1
maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).
RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini
lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk
kepada Adam,
karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah
menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini menunjukkan bahwa Yesus
betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang
lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang
berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin,
John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu
hakekat’,
karena tujuan kontext ini memang menunjukkan bahwa
Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus
sampai ay 17).
John Calvin: [= Dalam arti ini
ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang dikuduskan
semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext
menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia
segera menambahkan: ‘itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.
Kalau Yesus adalah bayi dari
surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus
diganti dengan ‘dua’!
b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).
Kalau Yesus tidak berasal
dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
c) Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang
menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia
yang sama dengan kita!
6) Yesus disebut sebagai:
a) Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’) - Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya
(KJV/RSV/NASB: ‘her
seed’); keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
b) Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ (= benihmu)] - Kej 22:18
(bdk. Kis 3:25).
Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat
bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita,
ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu
semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.
Catatan: di sini kata ‘keturunan’ juga ada dalam bentuk
tunggal.
c) Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.
2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari
antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan
Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.
Istilah ‘seed’ (= benih / keturunan) jelas menunjukkan adanya hubungan
organic!
7) Luk 1:41-42 - “(41)
Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabetpun
penuh dengan Roh Kudus, (42)
lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua
perempuan dan diberkatilah buah
rahimmu.”.
Dalam Luk 1:42,
Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal:
‘the fruit of your womb’).
Catatan:
perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam
keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!
John
Calvin:[=
Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari
benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah
rahimnya’ (Luk 1:42)?]
- ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.
Ini jelas menunjukkan bahwa
Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8) Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal
itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu
kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
Dalam Luk 1:34 Maria
bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau
Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam
‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa
Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi
ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:
a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah
Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri
dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.
William Hendriksen (tentang Luk 1:35): [= Jawaban diberikan dalam bentuk
paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari
Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti
yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan /
menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa
ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’
atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah
statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan.
Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena
itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah
dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat
penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang sama lihat Maz
104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat
kehidupan berlimpah-limpah’. Karena
itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu
menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera
raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.
Maz 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi.”.
b) Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut
kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus
bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal
kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan
pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria
(yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus
supaya Yesus bisa lahir suci.
Bahwa ini memang ajaran
Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:
(= Anak Allah, pribadi kedua dalam
Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah
tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat
hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh
kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh /
utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan,
digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa
perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah
sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan
manusia.).
Pandangan ini juga didukung
oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa
kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan
manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari
kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan
dalam waktu dari zat ibuNya.) - A. A. Hodge, ‘Outlines
of Theology’, hal 117-118.
Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus
itu berasal dari sel telur Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu
adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak
kekal, atau mulai ada di dalam waktu.
Perlu diingat bahwa
kata-kata ‘begotten, not made’ (= ‘diperanakkan, bukan
dicipta’)
dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan
/ hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.
Perhatikan beberapa kutipan
pendukung di bawah ini.
John Owen:
[= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang
bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati
merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan
penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang
menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya
ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan
/ kecondongan pasif; tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang
berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat
dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada
dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai
kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia /
orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari
tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi
sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan
aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk
oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan
Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu
dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu
dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.
Herman Bavinck:
· (= Sekalipun Kristus telah
mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang
dimulai dalam waktu, tetapi sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego,
dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak
Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
· (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan
keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau
mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
· (= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya.
... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul ilahi dari
zat / bahan)
- ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
· (= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada
sebelum pembuahan di dalam Maria,
begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam
keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
· (= Singkatnya, subyek yang satu
dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat
dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan
keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
Calvin tentang kata-kata ‘seperti
anak manusia’
dalam Daniel 7:13:
[= Sekarang kita harus melihat mengapa
ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia
kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak manusia’, karena Kristus
belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan
perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus
AnakNya, dibuat dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia
muncul di bumi sebagai Pengantara, karena Ia belum mengambil benih /
keturunan Abraham sebelum Ia digabungkan dengan kita dalam persatuan
persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi tidak mengumumkan Kristus
sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi hanya seperti
manusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan
di bawah hukum Taurat sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena
seandainya dari semula Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah
dilahirkan oleh nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah
seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk
jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan
datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).] - hal 41.
Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam
penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti
anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia
dibawa ke hadapanNya.”.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya,
maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk
kepada hukum Taurat.”.
Calvin menambahkan: jadi
kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7 digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda
dengan pada waktu kata ‘seperti’ itu digunakan dalam Dan
7:13. Dalam Fil 2:7 (juga Ro 8:3 Ibr
2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging
yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti daging dari Adam sebelum ia
jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang sekalipun tidak berdosa tetapi telah
dilemahkan oleh dosa. Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’ itu digunakan karena pada
saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang dilihat oleh Daniel pada
saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan datang.
Catatan: untuk Fil 2:7 dan Ibr 2:17
lihat KJV.
Dan dalam tafsirannya
tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
[= sang Nabi tidak bisa
secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari
Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu,
bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus
memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging tidaklah begitu tua, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus) bersama-sama
akan merupakan sesuatu yang menggelikan / konyol.] - hal 299.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem
Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit
bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.
Philip Schaff: [= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan;
sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari
kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada
text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh
1:18)] -
‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.
Robert M. Bowman Jr.: [= Dalam
‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada
(EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan
pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari
GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus
ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain
untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa
Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging
(1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk
mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus
tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi
diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses,
Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.
Kristologi (13)
G) Peranan Roh Kudus dalam
inkarnasi.
1) Roh Kuduslah yang menjadikan Maria mengandung.
Mat 1:18-20 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus
adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf,
ternyata ia mengandung dari Roh Kudus,
sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang
yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia
bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia
mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan
berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu,
sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari
Roh Kudus.”.
Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat
itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab
malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu
dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak
yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
Yang dilahirkan oleh Maria
bukanlah pribadi manusia, tetapi pribadi Anak Allah [Luk 1:32,35 bdk. Luk 1:43 dimana Elizabeth menyatakan
Maria sebagai ‘ibu Tuhanku’ / ‘the mother of my Lord’ (NIV)].
Karena itu Maria secara
tepat disebut THEOTOKOS (= bunda Allah), bukan sekedar CHRISTOTOKOS (= bunda
Kristus).
2) Roh Kudus menguduskan hakekat manusia dari
Kristus sejak dari saat pertama pembuahan dan menjagaNya dari polusi dosa.
Yoh 3:34 - “Sebab siapa yang diutus Allah,
Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah
mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”.
Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya
sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan
menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita
dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”.
Jadi, bahwa Maria
mengandung bukan dari seorang laki-laki, masih belum cukup untuk menyebabkan
Yesus itu lahir suci, karena Maria juga adalah orang berdosa. Masih
dibutuhkan pekerjaan Roh Kudus untuk menyucikan bayi Yesus sejak dari saat
pertama pembuahan supaya Yesus betul-betul suci.
Calvin:(= Karena kita membuat Kristus bebas dari segala noda / kekotoran bukan hanya
karena Ia diperanakkan dari ibuNya tanpa hubungan sex dengan laki-laki, tetapi
karena Ia dikuduskan oleh Roh sehingga kelahiranNya bisa murni dan tidak
tercemar seperti sebelum kejatuhan Adam) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, No 4.
Ada beberapa
hal yang perlu dibahas di sini:
a) Adanya pekerjaan Roh Kudus yang menyucikan bayi
Yesus ini, menyebabkan Yesus tidak membutuhkan ibu yang suci supaya bisa lahir
dan hidup suci.
Karena itu doktrin Immaculate Conception dari Roma Katolik, yang
menyatakan bahwa Maria dilahirkan dan hidup suci tanpa dosa, sama sekali tidak
dibutuhkan di dalam gereja.
Catatan:
1. Doktrin Immaculate
Conception ini baru muncul pada tahun 1854. Karena itu perlu dipertanyakan:
kalau doktrin ini memang ada dalam Kitab Suci / berasal dari Kitab Suci,
mengapa dibutuhkan waktu 18 abad untuk menemukannya?
2. Doktrin ini bukan hanya tidak punya dasar Kitab
Suci sama sekali, tetapi juga bertentangan dengan banyak ayat Kitab Suci,
seperti:
a. Ro 3:10-12,23
Pkh 7:20 Ayub 4:17 Ayub 25:4.
Ayat-ayat ini menunjukkan
bahwa semua manusia berdosa. Satu-satunya orang yang dikecualikan dalam Kitab
Suci hanyalah Yesus saja (Ibr 4:15
2Kor 5:21). Kitab Suci tidak pernah mengecualikan Maria!
b. Luk 1:46,47 menunjukkan bahwa Maria
menyebut Allah sebagai Juruselamatnya.
Luk 1:46-47 - “(46) Lalu kata Maria: ‘Jiwaku
memuliakan Tuhan, (47) dan hatiku bergembira karena Allah,
Juruselamatku,”.
Kalau memang ia suci murni,
mengapa ia membutuhkan Juruselamat?
c. Luk 2:22-24 (bdk. Im 12:1-8)
menunjukkan bahwa Maria disebut najis (Im 12:2), karena melahirkan anak.
Ini menyebabkan ia harus mempersembahkan korban bakaran dan korban penghapus dosa
sebagai pendamaian (Im 12:8), supaya bisa ditahirkan.
Sekalipun ‘kenajisan’ di
sini bukanlah suatu dosa moral, tetapi rasanya hal ini sukar diharmoniskan
dengan ‘suci murni’.
3. Doktrin ini mempunyai konsekwensi logis sebagai
berikut: kalau Maria harus suci supaya Yesus bisa suci, maka demikian juga
kedua orang tua Maria harus suci supaya Maria bisa suci, dan keempat kakek nenek Maria harus suci supaya kedua
orang tua Maria bisa suci, dan kalau ini diteruskan maka akhirnya Adam dan
Hawapun harus suci. Ini jelas merupakan pandangan yang tidak Alkitabiah, yang
orang Roma Katolikpun tidak akan mau menerimanya!
b) Kalau memang fakta bahwa Yesus dilahirkan oleh
seorang perawan itu belum cukup untuk menyebabkan Yesus lahir suci, dan masih
dibutuhkan penyucian dari Roh Kudus, lalu untuk apa Yesus harus dilahirkan dari
seorang perawan / perempuan yang mengandung tanpa hubungan sex dengan
laki-laki? Mengapa tidak menggunakan kelahiran biasa saja dan ditambah dengan
penyucian dari Roh Kudus?
Jawab:
1. Sekalipun kelahiran dari perawan masih belum
cukup untuk membuat Yesus lahir suci, tetapi setidaknya dengan cara ini bisa
ditambahkan penyucian dari Roh Kudus sehingga Yesus lahir suci. Tetapi kalau
digunakan kelahiran biasa, sekalipun ditambahkan penyucian dari Roh Kudus,
tetap tidak mungkin Yesus lahir suci.
2. Calvin: Tidak terlalu cocok bahwa pribadi yang
adalah Allah dan manusia itu dilahirkan dengan cara yang sama seperti kita.
Harus dengan cara yang berbeda supaya cocok dengan kewibawaan pribadiNya.
Catatan: saya beranggapan bahwa jawaban
yang kedua ini tidak mempunyai dasar Kitab Suci.
II) Penderitaan Kristus.
A) Kristus menderita sepanjang
hidupNya.
1) Ia menderita karena Ia yang suci harus hidup
ditengah-tengah orang-orang berdosa.
Bandingkan dengan Lot dalam
2Pet 2:7-8 - “(7)
tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang
terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal
hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, - (8) sebab orang
benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga
jiwanya yang benar itu tersiksa -”.
Penerapan:
Adalah sesuatu yang aneh
kalau banyak orang kristen yang bukannya menderita tetapi sebaliknya justru
merasa senang kalau bergaul / berkumpul dengan orang-orang yang brengsek!
Apakah saudara termasuk orang seperti itu?
2) KetaatanNya menyebabkan Ia menderita (bdk.
Yoh 3:19-20).
Ada banyak ketaatan yang
bisa menyebabkan penderitaan bahkan penganiayaan. Misalnya kalau kita mau hidup
dan berkata jujur, atau kalau kita menegur orang yang berbuat dosa, dsb.
Kristus rela menderita demi mentaati Firman Tuhan; bagaimana dengan saudara?
3) Ia menderita karena serangan setan (bdk.
Luk 4:1-13, khususnya ay 13).
Ingat bahwa
ke-tidak-bisa-berdosa-an Kristus tidak berarti bahwa Ia tidak menderita pada
waktu mengalami serangan setan (bdk. Ibr 2:18 - ‘Ia sendiri telah menderita karena pencobaan’)!
4) Ketidak-percayaan / kebencian orang-orang di
sekitarNya memberikan penderitaan kepadaNya.
Ketidakpercayaan ini datang
dari:
a) Dunia.
Yoh 1:10 - “Ia telah ada di dalam dunia dan
dunia dijadikan olehNya, tetapi dunia tidak
mengenalNya.”.
b) Bangsanya.
Yoh 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya,
tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak
menerimaNya.”.
Yoh 10:20 - “‘Ia kerasukan setan dan gila;
mengapa kamu mendengarkan Dia?’”.
c) Orang-orang sekampungnya.
Mat 13:53-57 - “(53) Setelah Yesus selesai
menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. (54)
Setibanya di tempat asalNya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat
mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: ‘Dari mana diperolehNya hikmat itu
dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? (55) Bukankah Ia ini anak
tukang kayu? Bukankah ibuNya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus,
Yusuf, Simon dan Yudas? (56) Dan bukankah saudara-saudaraNya perempuan semuanya
ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?’ (57) Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus
berkata kepada mereka: ‘Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat
asalnya sendiri dan di rumahnya.’”.
d) Keluarganya.
Yoh 7:3-5 - “(3) Maka kata saudara-saudara Yesus kepadaNya: ‘Berangkatlah
dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-muridMu juga melihat
perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan. (4) Sebab tidak seorangpun berbuat
sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau
berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diriMu kepada dunia.’ (5) Sebab saudara-saudaraNya sendiripun tidak percaya kepadaNya.”.
Mark 3:21 - “Waktu kaum
keluargaNya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia,
sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.”.
e) Yudas Iskariot.
f) Murid-muridNya yang lain.
Hal tersebut lebih-lebih
terasa menyakitkan karena Yesus mencintai manusia dan Ia bahkan datang ke dunia
dengan maksud mengorbankan diriNya untuk menyelamatkan manusia. Tetapi ternyata
manusia memberikan balasan yang begitu jelek.
Kalau saudara pernah tidak
dipercayai oleh orang yang saudara cintai, seperti orang tua saudara, suami /
istri / pacar saudara, maka saudara tentu bisa merasakan sakitnya hal itu.
Penerapan: Demi melayani saudara,
Yesus pernah mengalami hal seperti itu. Kalau dalam saudara melayani Dia,
saudara harus menghadapi hal seperti itu, maukah saudara terus melayani Dia?
5) PenderitaanNya makin lama makin hebat dan
mencapai puncaknya di kayu salib.
Untuk bisa lebih menyadari
penderitaan Kristus di sekitar salib, khususnya pada saat pencambukan dan
penyaliban, perhatikan kutipan-kutipan di bawah ini:
a) Tentang pencambukan:
Leon Morris (NICNT):
(= Pencambukan adalah suatu peristiwa yang brutal. Hal itu diberikan dengan
sebuah cambuk yang terdiri dari beberapa tali kulit, yang masing-masing diberi
potongan-potongan tulang atau logam. Itu bisa membuat punggung orang menjadi
bubur).
Leon Morris (NICNT):
(=
Josephus menceritakan bahwa seorang Yesus tertentu, anak dari Ananias,
dibawa ke depan Albinus dan ‘dikuliti sampai tulangnya dengan cambuk’ ...
Eusebius menceritakan bahwa martir-martir tertentu pada jaman Polycarp
‘dicabik-cabik oleh cambuk sampai pada pembuluh darah dan arteri yang ada di
dalam, sehingga bagian dalam yang tersembunyi dari tubuh mereka, isi perut dan
organ-organ mereka, menjadi terbuka dan kelihatan’ ... Tidak heran bahwa tidak
jarang orang mati sebagai akibat penyiksaan ini).
William Hendriksen:
[= Cambuk Romawi terdiri dari gagang kayu yang pendek yang diberi beberapa tali
kulit, yang ujungnya dilengkapi dengan potongan-potongan timah atau kuningan
dan potongan-potongan tulang yang diruncingkan. Pencambukan diberikan terutama
pada punggung korban, yang ditelanjangi dan dibungkukkan. Biasanya 2 orang
dipekerjakan untuk melaksanakan hukuman ini, yang seorang mencambuki dari satu
sisi, yang lain mencambuki dari sisi yang lain, dengan akibat bahwa daging yang
dicambuki itu kadang-kadang koyak / sobek sedemikian rupa sehingga pembuluh
darah dan arteri yang terletak di dalam, kadang-kadang bahkan isi perut dan
organ bagian dalam, menjadi terbuka / terlihat. Pencambukan seperti itu, yang
tidak boleh dilakukan terhadap warga negara Romawi (bdk. Kis 16:37),
sering berakhir dengan kematian].
William Barclay:
[= Pencambukan Romawi adalah suatu penyiksaan yang
hebat. Korban ditelanjangi, tangannya diikat kebelakang, lalu ia diikat pada
suatu tonggak dengan punggungnya dibungkukkan sehingga terbuka terhadap cambuk.
Cambuk itu sendiri adalah suatu tali kulit yang panjang, yang ditaburi dengan
potongan-potongan tulang dan butiran-butiran timah yang runcing. Pencambukan
seperti itu selalu mendahului penyaliban dan ‘pencambukan itu menjadikan tubuh
telanjang itu menjadi carikan-carikan daging mentah, dan bilur-bilur yang
meradang dan berdarah’. Ada orang yang mati karenanya, dan ada orang yang
kehilangan akalnya (menjadi gila?) karenanya, dan sedikit orang bisa tetap sadar sampai akhir
pencambukan].
Saudara adalah
orang berdosa dan karena itu sebetulnya saudaralah yang seharusnya mengalami
hukuman cambuk itu. Tetapi Kristus sudah mengalami pencambukan itu supaya
saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara mau percaya dan menerima Dia
sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah saudara percaya / menerima Dia?
b) Tentang penyaliban:
Pulpit Commentary:
(= Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh
disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong
kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Tempat pijakan kaki, yang
sering terlihat dalam gambar, tidak pernah digunakan).
William Barclay:
[= Ketika mereka sampai di tempat
penyaliban, salib itu ditidurkan di atas tanah. Orang hukuman itu direntangkan
di atasnya, dan tangannya dipakukan pada salib itu. Kakinya tidak dipakukan,
tetapi hanya diikat secara longgar. Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut
sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau
tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya. Lalu salib itu
ditegakkan dan dimasukkan di tempatnya - dan kriminil itu dibiarkan untuk mati
... Kadang-kadang, orang-orang hukuman tergantung sampai satu minggu, mati
perlahan-lahan karena lapar dan haus, menderita sampai pada titik dimana mereka
menjadi gila].
Catatan:
Barclay menganggap bahwa
yang dipaku hanyalah tangan saja. Kaki hanya diikat secara longgar, tetapi
tidak di paku.
Ini ia dasarkan pada:
1. Tradisi.
2. Yoh 20:25,27 yang tidak menyebut-nyebut
tentang bekas paku pada kaki.
Yoh 20:25,27 - “(25) Maka kata murid-murid yang
lain itu kepadanya: ‘Kami telah melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada
mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya
dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali
aku tidak akan percaya.’ ... (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah
jarimu di sini dan lihatlah tanganKu,
ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu
dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’”.
Tetapi saya berpendapat
bahwa Yesus dipaku bukan hanya tanganNya, tetapi juga kakiNya.
Alasan saya:
a. Penulis-penulis lain ada yang mengatakan bahwa
tradisinya tak selalu seperti yang dikatakan oleh Barclay. Misalnya penulis
dari Pulpit Commentary yang saya kutip di atas.
Dan juga Barnes’ Notes,
dalam tafsirannya tentang Mat 27:32, berkata sebagai berikut:
(= Kaki dilekatkan pada tiang
tegak, atau dengan memakukannya dengan paku-paku besar yang dimasukkan melalui
bagian-bagian yang lunak, atau dengan mengikatnya dengan tali. Pada bagian
salib yang ada di atas, tangan, yang direntangkan, juga dilekatkan, atau dengan
paku-paku atau dengan tali, atau mungkin dalam beberapa kasus oleh keduanya. Tangan dan kaki dari Tuhan kita keduanya dilekatkan dengan
paku-paku).
Juga ada penafsir yang
berkata bahwa tentang pemakuan kaki ini caranya tidak selalu sama.
Kadang-kadang kedua kakinya dipaku menjadi satu, dan kadang-kadang kedua
kakinya dipaku secara terpisah.
b. Maz 22, yang adalah mazmur / nubuat
tentang salib (baca seluruh mazmur itu dan perhatikan ay 2,8-9,16,17b,19),
berkata pada ay 17b: ‘mereka
menusuk tangan dan kakiku’.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Yoh
19:18): “The feet, though not always nailed, but simply bound, to
the upright beam, were almost certainly so in this case (Ps. 22:16).” [= Kaki, sekalipun tidak selalu dipaku, tetapi
hanya diikat pada tiang yang vertikal, dalam kasus ini hampir pasti dipaku (Maz
22:17)].
c. Dalam Luk 24:39-40, Tuhan Yesus
menunjukkan tangan dan kakiNya! Pasti karena ada bekas pakunya!
Luk 24:39-40 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu:
Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan
tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian,
Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka.”.
Selanjutnya Barclay mengutip
Klausner sebagai berikut:
(= Kriminil itu dilekatkan / dipakukan pada salib; pada saat itu ia sudah penuh
dengan darah karena pencambukan. Disana ia tergantung untuk mati karena lapar,
haus dan kepanasan, bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri dari siksaan dari
nyamuk dan lalat yang hinggap pada tubuhnya yang telanjang dan pada
luka-lukanya yang berdarah).
Barclay lalu mengatakan: (= Itu bukanlah suatu gambaran yang bagus, tetapi itulah yang diderita oleh
Yesus Kristus - dengan sukarela - bagi kita).
Saya masih ingin menambahkan
komentar dari Barnes’ Notes tentang Mat 27:35 yang makin memperjelas
penderitaan orang yang disalib. Ia berkata sebagai berikut:
(= Cara penyaliban adalah sebagai berikut: - Setelah kriminil itu membawa
salib, disertai dengan setiap ejekan dan hinaan yang dimungkinkan, ke tempat
penyaliban, sebuah lubang digali di tanah untuk menerima kaki salib itu. Salib
diletakkan di tanah; orang yang diputuskan untuk menderita itu dilepasi
pakaiannya, dan direntangkan pada salib itu, dan tentara-tentara melekatkan
tangan dan kaki dengan paku atau dengan tali. Setelah mereka memakukan
paku-paku itu dalam-dalam ke dalam kayu, mereka menaikkan / menegakkan salib
itu dengan penderita yang sangat menderita padanya; dan, untuk menancapkannya
dengan lebih teguh di dalam tanah, mereka menjatuhkan salib itu dengan keras ke
dalam lubang yang telah digali untuk menerima salib itu. Jatuhnya salib dengan
mendadak itu pasti memberikan kepada orang yang disalib suatu kejutan yang
keras, dan meningkatkan penderitaannya dengan hebat. Orang yang disalib itu
lalu menderita tergantung, biasanya, sampai rasa sakit, kehabisan tenaga,
kehausan, dan kelaparan mengakhiri hidupnya).
Barnes’ Notes melanjutkan: [= Itu adalah hukuman yang paling hina / memalukan yang dikenal manusia, dan
itu juga adalah hukuman yang paling menyakitkan. Hal-hal berikut ini
menyebabkan penyaliban suatu kematian dengan rasa sakit yang khusus: (1.)
Posisi lengan dan tubuh tidak alamiah, lengan direntangkan ke belakang dan
hampir tidak bisa bergerak. Gerakan yang paling kecil memberikan rasa sakit
yang hebat pada tangan dan kaki, dan pada punggung, yang sudah dicabik-cabik
dengan cambuk. (2.) Paku-paku, yang dimasukkan melalui bagian-bagian tangan dan
kaki yang penuh dengan syaraf dan otot, memberikan penderitaan yang sangat
hebat. (3.) Terbukanya begitu banyak luka terhadap udara menyebabkan peradangan
yang hebat, yang sangat meningkatkan kepedihan / ketajaman penderitaan. (4.)
Peredaran bebas dari darah dihalangi. Lebih banyak darah dibawa keluar oleh
arteri-arteri dari pada yang bisa dikembalikan oleh pembuluh-pembuluh darah
balik. Akibatnya ialah, terjadi peningkatan yang besar dalam pembuluh darah
balik di kepala, yang menghasilkan tekanan dan rasa sakit yang hebat. Hal yang
sama terjadi dengan bagian-bagian tubuh yang lain. Tekanan yang hebat dalam
pembuluh darah adalah sumber penderitaan yang tidak terlukiskan. (5.) Rasa
sakit itu naik secara bertahap. Tidak ada pengendoran, dan tidak ada istirahat].
Sekali lagi
saya tekankan seperti diatas. Saudara adalah orang berdosa, dan sebetulnya
saudaralah yang mengalami penyaliban yang mengerikan ini. Tetapi Kristus sudah
mengalami penyaliban ini supaya saudara bebas dari hukuman Allah, asal saudara
mau percaya dan menerima Dia sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara. Sudahkah
saudara percaya dan menerimaNya?
Satu hal yang
harus dihindari dalam menanggapi apa yang Kristus lakukan / alami bagi kita
ialah: sekedar / hanya merasa kasihan kepada Dia. Pada waktu Yesus memikul
salib keluar kota, terjadi peristiwa yang diceritakan dalam Luk 23:27-32,
dimana banyak perempuan menangisi dan meratapi Dia, tetapi lalu justru ditegur
oleh Yesus.
Luk 23:27-32 -
“(27) Sejumlah
besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan
meratapi Dia. (28) Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai
puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah
dirimu sendiri dan anak-anakmu! (29) Sebab lihat, akan tiba masanya orang
berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah
melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. (30) Maka orang akan mulai
berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan kepada bukit-bukit:
Timbunilah kami! (31) Sebab jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup,
apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?’ (32) Dan ada juga digiring dua
orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia.”.
Pulpit
Commentary mengomentari bagian ini dengan berkata:
(= Ia tidak membutuhkan /
menghendaki belas kasihan kita. Ini adalah suatu perasaan yang sia-sia dan
salah).
Kalau saudara
mempunyai perasaan kasihan kepada Kristus, tetapi tidak percaya kepada Kristus,
saudara sudah ditipu oleh setan. Dengan adanya perasaan kasihan itu saudara
seakan-akan adalah orang yang pro Yesus, tetapi ketidakpercayaan saudara
membuktikan bahwa saudara tetap anti Yesus! Karena itu janganlah sekedar merasa
kasihan kepada Yesus, tetapi datanglah kepadaNya dan percayalah dan terimalah
Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara!
Karena Kristus
telah menderita dalam sepanjang hidupNya, jangan merasa heran kalau didalam
mengikut Kristus saudarapun menderita dalam sepanjang hidup saudara. Kristus berkata: ‘seorang hamba tidaklah lebih
tinggi dari pada tuannya’ (Yoh 15:20)! Penderitaan seperti ini
statusnya bukanlah hukuman dari Allah (bdk. Ro 8:1), tetapi memikul salib
/ menderita bagi Kristus (bdk. Mat 16:24). Karena Kristus sudah rela
mengalami semua penderitaan itu demi saudara, maka saudarapun harus rela
mengalami penderitaan demi Kristus!
kristologi (14)
B) Kristus menderita tubuh dan
jiwa.
Seluruh manusia (tubuh dan
jiwa) jatuh ke dalam dosa dan seluruh manusia dipengaruhi secara negatif oleh
dosa. Karena itu Kristus harus mengalami penderitaan dalam tubuh dan jiwaNya,
barulah Ia bisa menebus kita secara lengkap.
Pada waktu Ia dicambuki dan
disalibkan, itu jelas merupakan penderitaan jasmani. Pada waktu Ia dihina,
diludahi, nyaris ditelanjangi di depan umum, dan terutama ditinggalkan oleh
BapaNya, itu merupakan penderitaan jiwa / rohani.
C) Penderitaan Kristus adalah
unik.
1) Karena kesucianNya, Kristus mengalami
penderitaan akibat dosa di sekelilingNya dengan suatu perasaan yang tidak bisa
dialami oleh orang lain.
2) Allah menumpahkan kepada Kristus kejahatan kita
sekalian (Yes 53:6,10). Ini tidak pernah dialami oleh siapapun juga.
Yes 53:6,10 - “(6) Kita sekalian sesat seperti
domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
... (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah,
ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan
terlaksana olehnya.”.
Herman Hoeksema berkata: [= Karena itu, tak seorangpun, bahkan dalam neraka, bisa menderita apa yang
diderita oleh Kristus dalam sepanjang hidupNya dan terutama di kayu salib.
Karena pertama, tak seorangpun bisa merasakan murka Allah sebagai orang yang
tak berdosa. Dan kedua, tak seorangpun bisa memikul seluruh beban murka Allah
terhadap dosa dunia. Bahkan dalam neraka setiap orang akan menderita sesuai
dengan dosa pribadinya dan dalam posisi pribadinya dalam kesendirian. Tetapi
Kristus memikul dosa dari semua milikNya sebagai Orang yang Tidak Berdosa.] - ‘Reformed Dogmatics’, hal 401.
III) Kematian Kristus.
A) The extent of His death [= Luas kematianNya].
Kematian yang
dialami oleh Kristus mencakup:
1) Kematian jasmani: yaitu perpisahan tubuh dengan
jiwa / roh.
2) Kematian rohani: perpisahan dengan Allah.
Ini terjadi pada saat
Kristus berkata: ‘ELI,
ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Ada beberapa pandangan
tentang arti kalimat ini:
a) Yesus tidak sungguh-sungguh ditinggal /
mengalami keterpisahan dengan Allah, karena kata-kata yang Ia ucapkan itu
hanyalah:
1. Perasaan Yesus saja (bahasa Jawa: Yesus kroso-krosoen), atau,
2. Doa Yesus sambil mengutip Maz 22, atau,
3. Perenungan Yesus tentang firman Tuhan dalam Maz
22.
Keberatan terhadap pandangan
ini:
Kalau demikian Yesus tidak
sungguh-sungguh memikul hukuman dosa kita, karena keterpisahan dengan Allah
merupakan hukuman dosa! Bdk. Yesaya 59:1-2
2Tes 1:9.
b) Allah Anak meninggalkan Yesus sebagai manusia.
Alasannya: Biasanya Yesus
selalu menyebut Allah dengan sebutan ‘Bapa’, tetapi kali ini Yesus berkata ‘AllahKu’, bukan ‘BapaKu’. Ini dianggap menunjukkan
bahwa saat itu Yesus betul-betul berbicara sebagai manusia biasa kepada
AllahNya.
Keberatan terhadap pandangan
ini:
1. Dalam Luk 23:34,46 Yesus tetap menyebut ‘Bapa’, padahal ini adalah kalimat
pertama dan terakhir di kayu salib.
2. Dalam inkarnasi, Anak Allah mengambil hakekat
manusia, yang lalu mendapatkan kepribadiannya dalam diri Anak Allah itu. Kalau
terjadi perpisahan antara Allah Anak dan manusia Yesus, ini berarti bahwa Hypostatical / Personal Union hancur, maka yang tertinggal di atas kayu salib hanyalah hakekat manusia
itu. Ini tidak mungkin!
3. Andaikata Yesus memang mati sebagai manusia
saja, maka penebusan yang Ia lakukan tidak bisa mempunyai kuasa yang tidak terbatas!
Maz 49:8-9 (NIV -
Ps 49:6-7):
“No man can redeem the life of another, or give to God a ransom for him; the ransom for a life is costly, no payment
is ever enough” (= Tak seorang manusiapun bisa menebus
nyawa orang lain, atau memberikan kepada Allah tebusan untuk dia; tebusan untuk suatu nyawa sangat mahal, tak
ada pembayaran yang bisa mencukupi).
Catatan:
untuk ayat ini Kitab Suci Indonesia salah terjemahan!
Adam Clarke (tentang Mat
27:46): (= Sebagian orang menganggap ‘bahwa keilahian sekarang telah pergi dari
Kristus, dan bahwa hakekat manusiaNya ditinggalkan tanpa dukungan untuk memikul
hukuman yang seharusnya bagi manusia untuk dosa-dosa mereka’. Tetapi ini sama
sekali tidak boleh diterima, karena itu akan mencabut / menghilangkan manfaat
yang tidak terbatas dari pengorbananNya, dan sebagai akibatnya dosa dari dunia
ditinggalkan tanpa penebusan. Ambillah keilahian dari tindakan penebusan
Kristus, dan penebusan itu dihancurkan.).
Catatan: kalau saya katakan Yesus
bukan mati sebagai manusia saja, itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa
Allah bisa mati. Hakekat Ilahi tidak bisa mati! Tetapi Yesus sebagai Pribadi (the God-man) itulah yang mati.
c) Allah Bapa meninggalkan Yesus sebagai Allah dan
manusia.
Keberatan terhadap pandangan
ini:
Terjadi perpisahan dalam
diri Allah Tritunggal.
Jawaban atas keberatan ini:
1. Ini memang merupakan misteri yang tidak bisa
kita mengerti sepenuhnya.
2. Perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di
sini dan yang lain ada disana. Perpisahan secara lokal
ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha
ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam
persoalan hubungan / persekutuan saja.
Perlu diingat bahwa kalau
nanti orang berdosa masuk ke neraka, ia bukannya berpisah secara lokal dengan Allah, karena Allah yang
mahaada itu ada dimanapun juga termasuk di neraka. Jadi, perpisahan yang terjadi
antara orang berdosa dengan Allah di neraka, adalah rusaknya
hubungan / persekutuan antara mereka secara kekal. Dan hukuman
inilah yang dipikul oleh Kristus pada saat itu!
Yes 59:1-2 - “(1)
Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar; (2) tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah
segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri
terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.”.
2Tes 1:9 - “Mereka
ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya,”.
Penerapan:
Karena Kristus sudah
mengalami keterpisahan dengan Allah, maka orang yang sudah percaya kepada Yesus
dipersatukan / diperdamaikan kembali dengan Allah, dan tidak akan pernah
berpisah dengan Allah / ditinggal oleh Allah, baik dalam hidup ini maupun dalam
kekekalan! (Bdk. Yoh 14:16 Ibr 13:5).
Bagusnya pandangan ini:
a. Kristus betul-betul memikul hukuman dosa.
b. Karena Kristus memikul hukuman dosa itu sebagai
Allah dan manusia, maka penebusannya mempunyai kuasa / nilai yang tak terbatas!
Catatan: Ini tidak bertentangan
dengan doktrin Limited Atonement [= Penebusan
Terbatas] dari Calvinisme, karena dalam doktrin Limited Atonement itu, yang dianggap terbatas bukanlah kuasa /
nilai penebusan Kristus, tetapi design
/ rancangan penebusan Kristus.
c. Hypostatical / Personal Union tetap terjaga.
d) William G. T. Shedd menggabungkan pandangan b)
dan c).
Ia berkata sebagai berikut:
[= Pada saat ini Logos tidak menopang dan menghibur jiwa
dan tubuh manusia dari Yesus. Ini bisa dianggap secara sama sebagai ditinggal
oleh Bapa atau ditinggal oleh Logos, karena adanya kesatuan hakekat. ... Allah
Bapa meninggalkan hakekat manusia, dan Allah Logos juga meninggalkannya] - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 278.
Keberatan terhadap pandangan
Shedd ini sama dengan keberatan pada pandangan b) di atas, point ke 2 dan 3.
Penerapan:
Bagi orang yang tidak
percaya, kematian Yesus secara jasmani maupun rohani ini tak ada gunanya.
Mereka akan mengalami kematian jasmani dan rohani (dalam neraka).
Sedangkan orang yang percaya
hanya akan mengalami kematian jasmani, dan itupun
bukan lagi sebagai hukuman dosa, tetapi sebagai jalan masuk ke
surga! Karena itulah orang kristen yang sejati tidak perlu, bahkan tidak boleh,
takut pada kematian. Sama seperti Paulus, kitapun bisa berkata: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati
adalah keuntungan.” (Fil 1:21).
B) The judicial character of His death [= Sifat hukum dari
kematianNya].
1) Kristus tidak boleh mati wajar atau akibat
kecelakaan / pembunuhan (bdk. Yoh 7:1,19,25-26,30,44 Yoh 8:59
Mat 12:14-15a).
2) Kristus harus mati karena hukuman mati yang
dijatuhkan oleh pengadilan. Ia harus diperhitungkan / dianggap sebagai
pelanggar hukum dan dihukum sebagai seorang kriminil.
3) Allah mengatur sehingga Kristus diadili oleh
pemerintah Roma, dinyatakan tidak bersalah, tetapi toh dijatuhi hukuman mati
(Luk 23:4,14,15,22,24).
Dengan demikian terlihat
bahwa Ia mati / dihukum bukan karena dosaNya sendiri, tetapi untuk menebus
orang lain.
4) Hukuman dari Pontius Pilatus juga adalah
hukuman dari Allah, tetapi dasar / alasan / motivasinya berbeda.
Allah memberikan hukuman
mati kepada Yesus, supaya manusia berdosa bisa ditebus, tetapi Pontius Pilatus
memberikan hukuman mati kepada Yesus, karena ia takut kepada orang-orang
Yahudi.
Karena itu jangan pernah
berpikir bahwa Pontius Pilatus berjasa karena membantu terlaksananya rencana
Allah tentang penebusan dosa.
5) Hukuman mati yang dijatuhkan bukanlah
pemenggalan / perajaman dengan batu, dsb, tetapi penyaliban.
Ini adalah cara Romawi yang paling hina.
Dengan kematian semacam itu
Kristus memenuhi tuntutan hukum Taurat, dan Ia menjadi terkutuk karena kita (Ul
21:23 Gal 3:13).
Ul 21:23 - “maka janganlah mayatnya dibiarkan
semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada
hari itu juga, sebab seorang yang digantung
terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang
diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’”.
Gal 3:13 - “Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah
orang yang digantung pada kayu salib!’”.
Alasan lain mengapa Kristus
harus mati melalui penyaliban adalah karena Ia harus mencurahkan darahNya untuk
menebus dosa manusia (bdk. Ibr 9:22) dan untuk menggenapi TYPE korban dosa
dalam Perjanjian Lama.
Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu
disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak
ada pengampunan.”.
Kalau hanya untuk menggenapi
Ul 21:23 (bdk. Gal 3:13), maka bisa saja Kristus dihukum mati dengan hukuman gantung, karena itu juga merupakan
kematian terkutuk.
Tetapi perlu diingat bahwa hukuman gantung tidak menyebabkan Ia mencurahkan darah,
dan karenanya tidak mungkin Kristus mati melalui hukuman gantung.
Jadi, penyaliban adalah satu-satunya
cara melalui mana Kristus harus mati, kalau Ia memang mau menebus dosa-dosa
kita.
kristologi (15)
IV) Penguburan Kristus.
A) Kematian bukanlah tahap terakhir dari perendahan Kristus. Kata-kata ‘sudah selesai’ tak berhubungan dengan
perendahan tetapi dengan penderitaan aktif dalam memikul hukuman dosa.
B) Penguburan adalah suatu tahap perendahan.
Ini terlihat dari:
1) Kuburan merupakan tempat dimana tubuh itu
hancur / membusuk.
2) Kembalinya manusia kepada debu adalah sebagian
dari hukuman dosa (Kej 3:19).
Kej 3:19 - “dengan berpeluh engkau akan
mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari
situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau
akan kembali menjadi debu.’”.
3) Maz 88:5-6 dan Kis 2:31 menunjukkan
bahwa penguburan merupakan perendahan.
Maz 88:5-6 - “(5) Aku telah dianggap termasuk
orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak
berkekuatan. (6) Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti
orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi,
sebab mereka terputus dari kuasaMu.”.
Kis 2:31 - “Karena itu ia telah melihat ke
depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan,
bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa dagingNya
tidak mengalami kebinasaan.”.
Catatan: Bagian yang saya
garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘see decay’
(= mengalami pembusukan).
C) Penguburan Kristus tidak hanya menunjukkan bahwa Ia betul-betul
sudah mati tetapi juga untuk menghilangkan kengerian terhadap kuburan dalam
diri orang yang percaya.
Karena itu, kalau saudara
betul-betul adalah orang kristen, saudara tidak boleh takut lagi pada kuburan.
Ingat bahwa Kristus sudah pernah masuk ke sana dan bahkan mengalahkanNya!
Catatan:
1) Calvin menggabungkan kematian dan penguburan
Kristus dalam satu tahap perendahan saja.
2) Disamping itu Calvin juga berpendapat bahwa
penguburan terhadap Kristus menunjukkan bahwa kutuk sudah mulai disingkirkan.
Calvin (tentang Mat 27:57): [= Kristus harus dikuburkan, supaya itu bisa
membuktikan secara lebih penuh bahwa Ia mengalami kematian yang sungguh-sungguh
karena kita. Tetapi harus dianggap sebagai tujuan utama, bahwa dengan cara ini
kutuk, yang Ia alami untuk waktu yang singkat, mulai disingkirkan; karena
tubuhNya tidak dibuang di got (?) dengan cara biasa, tetapi dengan hormat
diletakkan di suatu kuburan galian.] - hal 330.
V) Turun ke neraka / HADES.
A) Arti SHEOL / HADES.
Kata bahasa Ibrani SHEOL /
kata bahasa Yunani HADES (dalam Kitab Suci Indonesia biasanya diterjemahkan ‘dunia orang mati’ atau ‘alam maut’) tidak selalu mempunyai
arti yang sama.
1) Kadang-kadang SHEOL / HADES tidak menunjuk pada
suatu tempat tertentu, tetapi dipakai dalam arti yang abstrak untuk menunjuk
pada ‘keadaan kematian / the state of
death’ atau ‘keadaan terpisahnya tubuh dengan jiwa / roh’.
Misalnya: Hos 13:14 - “Akan
Kubebaskankah mereka dari kuasa dunia orang mati, akan Kutebuskah mereka dari pada maut? Di manakah penyakit samparmu, hai maut, di manakah tenaga pembinasamu, hai dunia orang mati?
MataKu tertutup bagi belas kasihan.”.
2) Kalau menunjuk pada tempat, maka SHEOL / HADES
berarti:
a) Kuburan (Kej 37:35).
Kej 37:35 - “Sekalian anaknya laki-laki dan
perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan, serta
katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan anakku, ke
dalam dunia orang mati!’ Demikianlah
Yusuf ditangisi oleh ayahnya.”.
b) Neraka (Maz 9:18 Maz 49:15
Amsal 15:24 Luk 16:23).
Perhatikan bahwa dalam
ayat-ayat ini ada ancaman kepada orang
berdosa. Kalau dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES diartikan sebagai ‘tempat
netral’ kemana setiap orang akan pergi setelah mati, maka ayat-ayat itu kehilangan ancamannya! Jadi,
dalam ayat-ayat ini SHEOL / HADES harus diartikan sebagai ‘neraka’!
B) ‘Turun ke neraka / kerajaan Maut’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
12
Pengakuan Iman Rasuli
1) Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa,
Khalik langit dan bumi.
2) Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,
Tuhan kita.
3) Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari
anak dara Maria.
4) Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan
Pontius Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke
dalam neraka / kerajaan maut.
5) Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara
orang mati.
6) Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah,
Bapa yang mahakuasa.
7) Dan dari sana Ia akan datang, untuk menghakimi
orang yang hidup dan yang mati.
8) Aku percaya kepada Roh Kudus.
9) Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan orang
kudus.
10)Pengampunan
dosa.
11)Kebangkitan
orang mati / daging.
12)Dan hidup
yang kekal. Amin.
Hal-hal yang perlu diketahui
tentang kalimat ‘turun ke dalam neraka / kerajaan maut’ ini:
1) Kata-kata ini tidak ada dalam 12 Pengakuan Iman
Rasuli yang mula-mula, dan baru muncul pada tahun 390 M.
2) Berbeda dengan bagian-bagian yang lain dari 12
Pengakuan Iman Rasuli, kata-kata ini tidak ada dalam Kitab Suci dan tidak
didasarkan pada suatu pernyataan yang explicit
/ jelas dalam Kitab Suci.
3) Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai (secara
salah) sebagai dasar dari doktrin ini:
a) Ef 4:9 - “Bukankah ‘Ia telah naik’ berarti, bahwa Ia juga telah
turun ke bagian bumi yang paling bawah?”.
‘Bagian bumi yang paling bawah’ sering diartikan sebagai HADES. Tetapi penafsiran ini sangat meragukan karena dalam Ef 4:9 ini Paulus hanya berargumentasi bahwa Kristus bisa naik karena Ia telah turun.
Bdk. Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah
naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak
Manusia.”.
Jadi ‘bagian bumi yang paling bawah’ harus diartikan sebagai
‘bumi’ (seperti dalam Maz 139:15).
Maz 139:15 - “Tulang-tulangku tidak terlindung
bagiMu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di
bagian-bagian bumi yang paling bawah;”.
Catatan: kata ‘direkam’ diterjemahkan ‘curiously wrought’ [= dibuat secara aneh / mengherankan] oleh KJV.
Dengan demikian Ef 4:9
berarti: ‘Kristus bisa naik ke surga karena Ia sudah berinkarnasi’. Karena itu
Ef 4:9 ini sebetulnya tidak berbicara tentang turunnya Kristus ke HADES /
neraka.
b) 1Pet 3:18-20 - “(18) Sebab juga
Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk
orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang
telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan
menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada
roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu
pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar
waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan
orang, yang diselamatkan oleh air bah itu.”.
Bagian ini sering dianggap
sebagai bagian yang menunjukkan bahwa Kristus memang turun ke HADES dan bagian
ini juga dianggap memberi penjelasan tentang tujuan Kristus pergi ke HADES,
yaitu memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati. Tetapi tafsiran
seperti ini bertentangan dengan Maz 88:12 yang jelas menunjukkan bahwa
tidak ada pemberitaan Injil dalam dunia orang mati!
Maz 88:12 - “Dapatkah
kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaanMu di tempat kebinasaan?”.
Disamping itu, ‘Roh’ (ay 19) = ‘Roh’ (ay 18). Dan kata-kata
‘menurut Roh’ (ay 18) seharusnya
adalah ‘oleh Roh / by the Spirit’,
dan jelas menunjuk kepada Roh Kudus.
Penafsiran Reformed yang
umum tentang ayat ini adalah: dalam Roh / oleh Roh, Kristus berkhotbah (memberitakan
Injil) melalui Nuh kepada orang-orang yang tidak taat yang hidup sebelum air
bah. Orang-orang ini masih hidup pada saat diinjili, tetapi disebut ‘roh-roh yang ada dalam penjara’ karena pada waktu Petrus
menulis suratnya mereka sudah mati (Louis Berkhof).
Herman Hoeksema, seorang
ahli theologia Reformed, mempunyai pandangan / penafsiran yang lain tentang
1Pet 3:18-20 ini. Ia berpendapat bahwa arti ayat ini adalah:
1. Kristus memang pergi kepada roh-roh yang ada
dalam penjara (atau kepada roh-roh orang jahat yang menunggu penghakiman),
tetapi:
a. Ia tidak pergi secara pribadi, tetapi melalui
Roh Kudus.
b. Ia pergi bukan antara kematian dan
kebangkitanNya, tetapi setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
2. Kristus memang memberitakan Injil kepada
roh-roh yang ada dalam penjara itu, tetapi ini bukanlah pemberitaan Injil yang
memungkinkan suatu pertobatan. Ini hanya merupakan pengumuman / proklamasi
tentang kemenangan yang telah Ia dapatkan.
Yang manapun arti yang
benar, tetap tidak menunjukkan bahwa 1Pet 3:18-20 ini berhubungan dengan
kata-kata ‘turun ke neraka’ dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli.
BACA JUGA: 12 KHOTBAH KEBANGUNAN ROHANI (2)
c) Maz 16:10
- “sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke
dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang KudusMu melihat kebinasaan.”.
Kata-kata yang saya garis-bawahi salah terjemahan.
NIV: ‘see decay’ (= mengalami
pembusukan).
Ini diartikan: ‘Roh / jiwa
Kristus ada di neraka / HADES sebelum kebangkitanNya’. Tetapi ini jelas
merupakan penafsiran yang salah, karena apa yang diajarkan oleh ayat ini
hanyalah bahwa ‘Kristus tidak dibiarkan dalam kuasa maut’ (bdk. Kis 2:30-31 dan
Kis 13:34-35 dimana Maz 16:10 ini dikutip untuk membuktikan
kebangkitan Kristus).
Jadi lagi-lagi terlihat
bahwa ayat inipun tidak ada hubungannya dengan turunnya Kristus ke HADES /
neraka.
4) Macam-macam penafsiran tentang ‘turun ke HADES’:
a) Berdasarkan arti dari kata HADES di atas,
dimana HADES bisa menunjuk pada keadaan kematian atau kuburan, maka ada orang
yang beranggapan bahwa ‘turun ke HADES’ berarti ‘turun ke dalam keadaan
kematian’ atau ‘turun ke kuburan’.
Keberatan terhadap
penafsiran ini:
Penafsiran ini tak cocok
dengan kontext dari 12 Pengakuan Iman Rasuli. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli
itu sudah dikatakan bahwa Kristus ‘menderita di bawah pemerintahan Pontius
Pilatus, disalibkan, mati dan dikuburkan’. Kalau kalimat selanjutnya yaitu
‘turun ke neraka’ diartikan ‘turun ke dalam keadaan kematian’ atau ‘turun ke
kuburan’, maka ini merupakan suatu pengulangan yang tidak perlu. Lebih dari
itu, kalimat yang tadinya sudah jelas, sekarang diulangi secara kabur / tidak
jelas.
b) Ada juga yang beranggapan bahwa Kristus benar-benar turun ke neraka untuk mengalami
siksaan neraka untuk menebus dosa kita.
Keberatan terhadap
penafsiran ini:
1. Antara kematian dan kebangkitanNya, tubuh
Kristus ada dalam kuburan dan roh / jiwaNya ada di surga (Luk 23:43,46). Karena
itu, baik tubuh maupun jiwa / roh dari manusia Yesus Kristus tidak
mungkin turun ke neraka untuk mengalami siksaan neraka tersebut.
2. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30). Ini
menunjukkan bahwa penderitaanNya untuk menanggung hukuman dosa umat manusia sudah
selesai, sehingga tidak ada lagi penderitaan yang harus Ia alami untuk menebus
dosa kita.
c) Roma Katolik.
Sesudah mati, Kristus pergi
ke LIMBUS PATRUM (= tempat penantian dimana orang-orang suci jaman Perjanjian
Lama menantikan kebangkitan Kristus), menyampaikan Injil kepada mereka dan lalu
membawa mereka ke surga.
Dasar Kitab Suci yang
dipakai adalah:
Maz 107:16 - “sebab
dipecahkanNya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkanNya palang-palang pintu
besi.”.
Zakh 9:11 - “Mengenai
engkau, oleh karena darah perjanjianKu dengan engkau, Aku akan melepaskan
orang-orang tahananmu dari lobang yang tidak berair.”.
Keberatan terhadap ajaran
ini:
1. Ayat-ayat itu ditafsirkan out of context (= keluar dari kontexnya). Bacalah seluruh kontex
dari ayat-ayat itu dan saudara akan melihat bahwa baik Maz 107:10-16 maupun
Zakh 9:9-13 menunjuk pada pembebasan / pertolongan yang Allah lakukan
terhadap orang yang tadinya mengalami penderitaan sebagai hukuman dosa mereka.
Kalau kita melihat kontext
dari kedua ayat tersebut, jelas sekali bahwa kedua
ayat itu tidak berbicara tentang orang-orang yang sudah mati, tetapi tentang
orang-orang yang masih hidup!
Jadi, ayat-ayat ini sama
sekali tak ada hubungannya dengan Kristus turun ke neraka / Hades / Limbus
Patrum.
2. Orang suci jaman Perjanjian Lama itu adalah
orang percaya; lalu mengapa / untuk apa mesti diinjili lagi?
3. Pandangan ini bertentangan dengan
2Raja 2:11 yang menyatakan bahwa Elia naik ke surga, bukan pergi ke Limbus Patrum.
2Raja 2:11 - “Sedang
mereka berjalan terus sambil berkata-kata, tiba-tiba datanglah kereta berapi
dengan kuda berapi memisahkan keduanya, lalu naiklah
Elia ke sorga dalam angin badai.”.
4. Apa perlunya Kristus pergi ke sana? Kalau hanya
untuk membebaskan mereka, Kristus tidak perlu pergi ke sana.
d) Lutheran.
‘Turun ke HADES’ merupakan
tahap pertama dari pemuliaan Kristus. Kristus turun ke HADES untuk
menyelesaikan kemenanganNya atas setan dan untuk menyampaikan hukuman mereka.
Keberatan terhadap ajaran
ini:
1. Tidak ada dasar Kitab Sucinya.
2. Pemuliaan Kristus baru dimulai pada saat
Kristus bangkit.
3. Agak sukar membayangkan bahwa kata ‘turun’ bisa
menunjuk pada ‘pemuliaan Kristus’.
e) The church of England.
Tubuh Kristus ada di
kuburan, tetapi roh / jiwaNya pergi ke HADES, atau, lebih khusus lagi, ke
Firdaus, tempat penantian dari roh orang-orang benar dan memberi penjelasan
tentang kebenaran.
Keberatan terhadap ajaran
ini:
1. Tak ada dasar Kitab Sucinya.
2. Orang benar yang sudah mati tak perlu diajar
lagi.
3. Firdaus bukanlah tempat penantian orang
benar, tetapi Firdaus jelas adalah surga. Hal ini bisa terlihat dari:
a. Membandingkan Luk 23:43 dengan Luk 23:46.
Luk 23:43,46 - “(43)
Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.’ ... (46) Lalu Yesus berseru
dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan
sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya.”.
b. Membandingkan 2Kor 12:2 dengan
2Kor 12:4.
2Kor 12:2,4 - “(2)
Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau - entah di
dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga. ... (4) ia
tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.”.
c. Membandingkan Wah 2:7 dengan Wah
22:2,14,19.
Wah 21-22 jelas bicara tentang surga. Dan Wah
22:2,14,19 menunjukkan bahwa pohon kehidupan ada di surga, tetapi Wah 2:7
mengatakan bahwa pohon kehidupan ada di Firdaus. Ini lagi-lagi mengharuskan
kita untuk menafsirkan bahwa Firdaus adalah surga.
f) Calvin.
‘Turun ke neraka’
menunjukkan penderitaan rohani yang dialami oleh Kristus. Calvin berkata bahwa
12 Pengakuan Iman Rasuli itu mula-mula menunjukkan penderitaan Kristus yang
terlihat oleh manusia (yaitu menderita, disalibkan, mati, dikuburkan), dan
setelah itu 12 Pengakuan Iman Rasuli itu melanjutkan dengan menunjukkan
penderitaan Kristus secara rohani, yang tidak terlihat oleh manusia. Ini
terjadi pada saat Ia berteriak: ‘ELI, ELI, LAMA SABAKHTANI?’ (Mat 27:46).
Dengan demikian jelas bahwa
Calvin tidak mempercayai bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Kristus
betul-betul turun ke neraka atau HADES atau tempat manapun. Antara kematian dan
kebangkitanNya, roh / jiwa dari manusia Yesus pergi ke surga (sesuai dengan
kata-kataNya dalam Luk 23:43,46), sedangkan tubuh manusia Yesus ada di
kuburan.
g) Ada juga orang Reformed yang menganggap bahwa
‘turun ke neraka / Kerajaan Maut’ berarti bahwa Yesus ada dalam kuasa maut
sampai hari yang ke 3.
‘Westminster Confession of Faith’, chapter VIII, 4 berbunyi (= ... disalibkan, dan mati, dan
dikuburkan, dan tetap ada di bawah kuasa kematian, tetapi tidak menjadi
rusak / busuk. Pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati ...).
Sama seperti penafsiran
Calvin, pandangan yang inipun tidak mempercayai bahwa Yesus betul-betul turun
ke neraka / HADES.
Catatan:
Ada keberatan terhadap
ajaran yang mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak
turun kemana-mana tetapi naik ke surga, karena setelah kebangkitanNya, dalam
Yoh 20:17 Yesus berkata kepada Maria: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa”.
Ini dijadikan dasar untuk
mengatakan bahwa antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus tidak pergi ke
surga.
Jawaban terhadap keberatan
ini:
a) Yoh 20:17 ini tidak boleh ditafsirkan
bertentangan dengan Luk 23:43,46 yang jelas menunjukkan bahwa antara
kematian dan kebangkitanNya, Yesus naik ke surga.
b) Adalah sesuatu yang tidak masuk akal kalau
Yesus melarang Maria memegang (dalam arti ‘menyentuh’) Dia, karena dalam Mat
28:9 dan Yoh 20:27 Ia mengijinkan diriNya untuk dipegang.
Mat 28:9 - “Tiba-tiba Yesus
berjumpa dengan mereka dan berkata: ‘Salam bagimu.’ Mereka mendekatiNya dan memeluk kakiNya serta menyembahNya.”.
Yoh 20:27 - “Kemudian
Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini
dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan
cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi,
melainkan percayalah.’”.
Karena itu, kata ‘memegang’ dalam Yoh 20:17
seharusnya diartikan ‘memegang erat-erat / menahan / nggandoli’. Bandingkan
dengan terjemahan NASB yang mengatakan ‘Stop
clinging to Me’ (= Berhentilah berpegang teguh kepadaKu), dan juga
terjemahan NIV yang mengatakan ‘Do not
hold on to Me’ (= Jangan berpegang erat-erat kepadaKu).
c) Selanjutnya, kata-kata ‘Aku belum pergi kepada Bapa’ dalam Yoh 20:17a itu, tidak
menunjuk ke masa lampau pada saat antara kematian dan kebangkitan Yesus, tetapi
menunjuk ke masa depan pada hari kenaikanNya ke surga. Ini terlihat dengan
jelas karena dalam Yoh 20:17b yang berbunyi ‘sekarang Aku akan pergi
kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu’, kata ‘pergi’ ini jelas menunjuk pada
kenaikanNya ke surga.
Jadi kesimpulannya, arti
dari Yoh 20:17 adalah: jangan nggandoli / menahan Aku, karena Aku harus
pergi kepada Bapa / naik ke surga. Rupa-rupanya Yesus tahu akan isi hati Maria
yang begitu mencintai Dia, sehingga ingin menahan Dia terus menerus dan tidak
mau berpisah lagi dengan Yesus. Karena itulah Ia lalu mengucapkan Yoh 20:17
ini.
Dengan demikian jelaslah
bahwa Yoh 20:17 ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa
antara kematian dan kebangkitanNya Yesus tidak naik ke surga.
kristologi (16)
Ada 4 tahap pemuliaan Kristus:
I) Kebangkitan.
A) Hal-hal yang terjadi pada saat kebangkitan.
1) Tubuh dan jiwa Kristus bersatu kembali dan
Kristus hidup kembali.
Tetapi bukan hanya itu yang
terjadi, karena kalau hanya itu yang terjadi, maka dalam Kis 26:23 1Kor 15:20,23 Kol 1:18
Wah 1:5 Yesus tidak bisa dikatakan sebagai yang sulung / yang pertama
bangkit dari antara orang mati, karena ada banyak orang yang pernah
dibangkitkan sebelum kebangkitan Kristus, yaitu:
a) Anak janda di Sarfat yang dibangkitkan oleh
Elia (1Raja 17:17-24).
b) Anak perempuan Sunem yang dibangkitkan oleh
Elisa (2Raja 4:18-37).
c) Mayat yang terkena tulang Elisa (2Raja 13:21).
d) Anak Yairus yang dibangkitkan oleh Yesus
(Mark 5:21-43).
e) Anak janda di Nain yang dibangkitkan oleh Yesus
(Luk 7:11-17).
f) Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus (Yoh
11:1-44).
g) Mayat-mayat orang kudus yang bangkit pada waktu
Yesus mati (Mat 27:52-53).
Kis 26:23 - “yaitu, bahwa Mesias harus
menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama
yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan
terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain.’”.
1Kor 15:20,23 - “(20) Tetapi yang benar ialah,
bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
... (23) Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi
milikNya pada waktu kedatanganNya.”.
Kol 1:18 - “Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah
yang sulung, yang
pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama
dalam segala sesuatu.”.
Wah 1:5 - “dan dari Yesus Kristus, Saksi yang
setia, yang pertama bangkit dari antara orang
mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi
kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darahNya -”.
2) Terjadi perubahan pada tubuh Kristus dimana Ia
diangkat ke suatu posisi yang lebih tinggi. Dengan demikian ada perbedaan
kwalitet antara tubuh Yesus sebelum dan sesudah kebangkitan.
Perhatikan
ayat-ayat di bawah ini:
a) Luk 24:16
Yoh 20:14,15 Yoh 21:4
menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus sering tidak dikenali.
b) Mark 16:12 mengatakan bahwa setelah
kebangkitanNya, Yesus menampakkan diri ‘dalam rupa yang lain’.
Mark 16:12 - “Sesudah itu Ia menampakkan diri
dalam rupa yang lain kepada dua orang dari
mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota.”.
Catatan: perlu diingat bahwa
Mark 16:9-20 termasuk bagian Kitab Suci yang diperdebatkan keasliannya.
c) Luk 24:31,36 dan Yoh 20:19,26
menunjukkan bahwa setelah kebangkitanNya Yesus bisa muncul dan lenyap dengan
tiba-tiba.
d) 1Kor 15:35-44 menunjukkan perbedaan
kwalitet antara tubuh sekarang dan tubuh kemuliaan.
e) Fil 3:21 menunjukkan bahwa Yesus mempunyai
‘tubuh yang mulia’.
Fil 3:21 - “yang akan mengubah tubuh kita yang
hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang
mulia, menurut kuasaNya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada
diriNya.”.
Semua orang lain yang
bangkit sebelum Kristus bangkit, hanya mengalami penyatuan kembali tubuh dengan
jiwanya, tetapi tidak mengalami perubahan tubuh menjadi tubuh kebangkitan.
Karena itu, Kristus bisa disebut ‘yang sulung’ / ‘yang pertama’ bangkit dari
antara orang mati.
B) Arti kebangkitan Kristus.
1) Musuh (Iblis dan maut) sudah dikalahkan
(Kej 3:15 1Kor 15:57).
Catatan: baca kontext dari ayat
ini.
a) Baik Iblis maupun maut sebetulnya sudah
dikalahkan pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati. Tetapi sekarang
Iblis dan maut masih diberi kesempatan untuk menakut-nakuti / menggoda
manusia. Pada kedatangan Kristus yang kedua, barulah maut dihancurkan
selama-lamanya (1Kor 15:53-55
Wah 21:4) dan Iblis dibuang ke dalam neraka (2Tes 2:8 Wah 20:10), sehingga tidak lagi bisa menggoda
kita. Ini adalah sesuatu yang sudah pasti akan terjadi, dan hal ini bahkan
diketahui dan diakui oleh setan sendiri (Mat 8:29).
b) Karena itu orang kristen tidak boleh takut
kepada setan maupun kepada kematian. Bagi orang kristen kematian bukan lagi
hukuman dosa, tetapi merupakan pintu gerbang menuju surga.
2) Hutang dosa telah dibayar lunas dan
pembayarannya telah diterima oleh Allah.
a) Yesus membayar hutang dosa kepada Allah, bukan
kepada setan!
Ini perlu ditekankan karena
adanya ajaran yang mengatakan bahwa pada waktu manusia jatuh ke dalam dosa,
manusia menjadi milik setan. Karena itu Yesus mati untuk membayar kepada setan
supaya bisa mendapatkan manusia kembali.
Ini adalah ajaran yang salah
/ sesat, karena pada waktu manusia berbuat dosa, manusia berbuat dosa kepada
Allah, bukan kepada setan. Karena itu pembayaran hutang dosa jelas harus
ditujukan kepada Allah. Setan sama sekali tidak berhak menerima pembayaran
hutang dosa itu!
b) Kalau pembayaran itu tidak diterima oleh Allah,
atau kalau hutang dosa itu belum lunas, maka Yesus harus tetap ada di dalam
kematian yang merupakan upah dosa (Ro 6:23). Bahwa Ia bisa bangkit,
menunjukkan bahwa pembayaran hutang itu telah diterima oleh Allah, dan hutang
dosa manusia (elect / orang pilihan)
sudah betul-betul lunas. Karena itu, fakta bahwa
Yesus sudah bangkit dari antara orang mati menjamin keselamatan kita!
3) Menunjukkan apa yang akan dialami oleh
orang-orang yang percaya kepada Kristus. Kebangkitan Kristus merupakan pola yang akan diikuti oleh orang yang percaya
kepadaNya (Ro 6:4,5,8 1Kor 6:14
1Kor 15:20-23 2Kor 4:14 Fil 3:21
Kol 2:12).
4) Menunjukkan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Ro 1:4).
Ro 1:4 - “dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa
Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.”.
C) Yang membangkitkan Kristus.
1) Allah Bapa (Gal 1:1).
Gal 1:1 - “Dari Paulus, seorang rasul, bukan
karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus
dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari
antara orang mati,”.
2) Kristus sendiri (Yoh 2:19-21 Yoh 10:18
Yoh 11:25).
Ayat-ayat tertentu
mengatakan ‘Kristus bangkit’ menggunakan kata kerja aktif.
Ro 14:9 - “Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia
menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup.”.
Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘hidup
kembali’
adalah EZESEN (yang berasal dari kata Yunani ZAO), suatu kata kerja aktif!
Kis 10:41 - “bukan kepada seluruh bangsa,
tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu
kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.”.
Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘bangkit’ berasal dari kata Yunani
ANASTENAI, yang lagi-lagi merupakan kata kerja aktif.
1Tes 4:14 - “Karena jikalau kita percaya, bahwa
Yesus telah mati dan telah bangkit, maka
kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan
dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.”.
Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘bangkit’ adalah ANESTE, lagi-lagi
merupakan kata kerja aktif.
3) Roh Kudus (Ro 8:11).
John Murray (tentang Ro 8:11): [= Ia yang
‘membangkitkan Yesus dari antara orang mati’ tak diragukan adalah sang Bapa] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT).
Catatan: kata ‘Roh’ memang tidak mungkin
merupakan subyek dari kata ‘membangkitkan’ karena kata ‘Roh’ berjenis kelamin netral
(neuter), sedangkan kata ‘membangkitkan’ berjenis kelamin laki-laki
(masculine).
John Murray (tentang Ro 8:11): [= Text yang diikuti
oleh versi ini secara explicit menunjukkan bahwa Roh Kudus akan aktif dalam
kebangkitan - ‘melalui RohNya yang tinggal / diam di dalam kamu’. Sekalipun
Bapa adalah agen spesifik dalam kebangkitan orang-orang percaya seperti dalam
kebangkitan Kristus, ini tidak mengeluarkan keagenan dari Roh Kudus.
Pribadi-pribadi dari Allah bersama-sama aktif dalam tindakan-tindakan penebusan
dan juga demikian dalam tindakan yang menyelesaikan / terakhir. Jika kita
mengikuti perbedaan text ini, di sana ada petunjuk implicit yang lebih jauh
bahwa Roh Kudus juga aktif dalam kebangkitan Kristus dari orang mati.
Pembangkitan Kristus oleh Bapa digambarkan dalam text ini sebagai jaminan bahwa
orang-orang percaya akan dibangkitkan juga. Disana juga ada suatu petunjuk
bahwa pola yang disediakan oleh kebangkitan Kristus diikuti dalam kebangkitan
orang-orang percaya (bdk. Ef 1:17-dst). Jadi, jika Roh Kudus aktif dalam
kebangkitan orang-orang percaya, akibatnya Ia juga aktif dalam kebangkitan
Kristus. Karena yang belakangan menyuplai dasar dan pola dari yang lebih dulu.] - ‘The Epistle to the Romans’ (NICNT).
Kesimpulan: kebangkitan
Kristus adalah pekerjaan dari Allah Tritunggal.
D) Penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.
1) Yesus sebetulnya tidak bangkit, tetapi mayatNya
dicuri oleh murid-muridNya (Mat 28:11-15).
Pandangan ini tidak masuk
akal, sebab:
a) Adanya batu besar yang menutup kubur, meterai,
dan penjagaan yang ketat (Mat 27:62-66).
Perlu diingat bahwa pada
jaman itu penjaga yang lalai dalam tugasnya menghadapi hukuman mati (bdk.
Kis 12:19 Kis 16:27).
Karena itu tidak mungkin
para penjaga kubur Yesus itu lalai dalam menjaga kubur sehingga mayat Yesus
bisa dicuri.
b) Kain kapan tetap ada dalam kuburan (Yoh 20:5-7).
Kalau murid-murid mencuri
mayat Tuhan Yesus, pasti mereka tidak akan berlama-lama di dalam kubur. Mereka
pasti tidak akan membuka kain kapan itu di dalam kuburan, tetapi akan membawa
mayat Yesus beserta kain kapannya.
c) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus
menampakkan diri.
d) Murid-murid mati syahid untuk Yesus.
Kalau murid-murid mencuri
mayat Yesus, mereka pasti tahu bahwa Yesus adalah seorang pendusta, dan tidak
mungkin mereka mau mati untuk seorang pendusta.
e) Kalau memang ada pencuri yang mencuri mayat
Yesus pada waktu penjaga-penjaga sedang tertidur, dari mana para penjaga itu
tahu bahwa yang mencuri adalah murid-murid Yesus? Dan kalaupun dari
penyelidikan mereka akhirnya bisa tahu hal itu, mengapa mereka tidak berusaha
menangkap murid-murid Yesus untuk mendapatkan mayat Yesus kembali?
2) Yesus tidak bangkit, tapi mayatNya dicuri oleh
tentara Romawi / para pemimpin agama.
Pandangan ini
juga tidak masuk akal, sebab:
a) Pada saat murid-murid mengatakan bahwa Yesus
sudah bangkit, pencuri mayat itu dengan mudah bisa menunjukkan mayat Yesus,
dan membuktikan bahwa Yesus tidak bangkit. Tetapi ternyata hal ini tidak pernah
mereka lakukan.
b) Selama 40 hari, berulang-ulang Yesus
menampakkan diri.
3) Yesus tidak bangkit, tetapi sadar dari
pingsanNya.
Pandangan ini
juga tidak masuk akal, sebab:
a) Yesus mengalami luka-luka berat, baik karena
pencambukan, penyaliban, maupun penusukan tombak.
b) Yesus ada dalam kubur seorang diri, tanpa makanan,
minuman, obat-obatan, dan tak ada dokter atau
perawat yang menolongNya. Dalam situasi seperti ini, bagaimana mungkin
Yesus justru menjadi ‘sembuh’ setelah hari yang ke tiga?
4) Yesus tidak bangkit, tetapi keluar dari
persembunyianNya, sedangkan yang mati disalib adalah orang lain.
Pandangan ini
juga tidak masuk akal, sebab:
a) Orang-orang yang membenci Yesus tidak mungkin
keliru menyalibkan orang lain, karena orang yang benci pada seseorang pasti
mengingat wajah musuhnya.
b) Murid-murid yang mencintai Yesus juga tidak
mungkin keliru mengenali Guru mereka, sehingga
mereka menjadi takut setelah Yesus mati.
c) Waktu Yesus ‘keluar dari persembunyianNya’,
mayat Yesus palsu seharusnya tetap ada di dalam kubur. Tetapi kenyataannya
adalah: kubur itu kosong.
5) Yesus tidak bangkit, murid-murid hanya
mengalami halusinasi.
Pandangan ini juga tidak
masuk akal, sebab:
a) Murid-murid tidak pernah mengharapkan
kebangkitan Yesus.
b) ‘Halusinasi’ itu bisa dilihat oleh banyak orang
sekaligus.
c) Dalam ‘halusinasi’ itu Yesus bisa
bercakap-cakap dan bisa dipegang, dan juga bisa makan (Luk 24:36-43).
E) Pentingnya kepercayaan pada kebangkitan Yesus.
Kepercayaan akan kebangkitan
Yesus adalah sesuatu yang sangat penting, sebab:
1) Tidak percaya pada kebangkitan Yesus berarti
sama dengan tidak percaya pada Kitab Suci / Firman Tuhan.
2) Orang yang tidak percaya pada kebangkitan
Yesus, tidak akan selamat (Ro 10:9). Karena itu, Paulus dalam
penginjilannya sangat mementingkan berita tentang kebangkitan Yesus (1Kor
15:3-4).
F) Hubungan antara kematian dan kebangkitan Kristus.
Salib, kematian dan
penguburan Kristus menunjukkan kelemahan dan kekalahan. Tetapi kebangkitan
Kristus betul-betul menunjukkan kemenanganNya, dan kebangkitanNya ini
menyebabkan kematianNya mempunyai kuasa dan manfaat dalam hidup kita
(1Kor 15:14,17).
Karena itu, kematian dan
kebangkitan Kristus tidak boleh dipisahkan. Kitab Suci dalam banyak bagian
menyebutkan kematian dan kebangkitan Kristus sekaligus (Ro 4:25 Ro 6:4
2Kor 13:4 Fil 3:10).
Memang ada bagian-bagian
Kitab Suci yang hanya berbicara tentang kematian atau kebangkitan saja. Pada
saat kita melihat bagian yang hanya berbicara tentang kematian Kristus, kita
harus juga mengingat kebangkitanNya. Sebaliknya, pada saat kita melihat bagian
yang hanya berbicara tentang kebangkitan Kristus, kita juga harus mengingat
kematianNya.
Calvin: [= Jadi, marilah kita mengingat bahwa kalau hanya disebutkan tentang kematianNya,
kita harus mengartikan pada saat yang sama, apa yang termasuk dalam
kebangkitanNya. Juga ‘synecdoche’ yang sama berlaku terhadap kata
‘kebangkitan’: kalau kata itu disebutkan terpisah dari kematian, kita harus
menafsirkan kata itu beserta apa yang termasuk dalam kematianNya.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XVI, No
13.
Contoh:
1) Ro 10:9 mengatakan bahwa orang yang
percaya bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati, akan diselamatkan.
Ini tentu tak boleh diartikan bahwa orang itu tidak perlu percaya tentang
kematian Kristus untuk menebus dosanya.
2) Ibr 2:14 mengatakan bahwa oleh kematianNya
Yesus memusnahkan Iblis. Ini rasanya tidak cocok, dan karenanya kata
‘kematian’ di sini harus diartikan mencakup juga akan ‘kebangkitan’ Yesus.
kristologi (17)
II) Kenaikan ke surga.
A) Hal-hal yang terjadi pada waktu Kristus naik ke surga.
1) Perpindahan tempat.
Perlu dicamkan bahwa surga
bukanlah sekedar merupakan suatu kondisi, tetapi betul-betul suatu tempat (baca
Yoh 14:2-5 dan perhatikan bahwa kata ‘tempat’ muncul berulang-ulang).
Tentang ‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai
berikut:
(= Itu merupakan perpindahan tempat dari
pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain; dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat. ... Jika Kristus
mempunyai tubuh yang sungguh-sungguh, tubuh itu harus menempati suatu ruangan /
tempat tertentu. Dan dimana Kristus ada, di situlah surga orang kristen.) - ‘Systematic Theology’, Vol II, hal 630, 631.
Herman Hoeksema:
(= Kenaikan ini harus dipahami
sebagai perubahan tempat. Dalam hakekat
manusiaNya, Kristus meninggalkan bumi dan pergi ke surga baik tubuh dan
jiwaNya. Setelah kenaikanNya maka menurut hakekat manusiaNya Ia tidak lagi di
bumi tetapi hanya di surga. Ini harus ditekankan khususnya menghadapi golongan
Lutheran, yang mengajarkan apa yang disebut kemaha-adaan dari hakekat manusia
Kristus setelah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 420.
Herman Hoeksema:
“Heaven
is a definite place, and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang
tertentu, dan bukan semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 422.
2) Perubahan / pemuliaan lebih lanjut pada hakekat
manusia Kristus.
Perubahan / pemuliaan itu
dimulai pada saat kebangkitanNya dan disempurnakan pada waktu kenaikanNya ke
surga.
Untuk ini
perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
a) Yoh 7:39 - kata ‘dimuliakan’ di sini jelas menunjuk pada
kenaikan ke surga (bdk. Yoh 16:7).
b) Kis 9:3-5
Kis 22:6-8 Kis 26:12-15 Wah 1:12-16 menunjukkan bahwa pada waktu
Paulus dan Yohanes melihat Yesus (ini terjadi setelah Yesus naik ke surga),
Yesusnya jauh lebih mulia dari pada waktu Ia sudah bangkit tetapi belum naik ke
surga.
B) Fungsi kenaikan Kristus ke surga.
1) Untuk menunjukkan bahwa misiNya untuk menebus
dosa kita sudah selesai (Yoh 17:4-5).
Bapa, yang mengutus Yesus
untuk turun ke dunia dan membereskan dosa manusia, pasti tidak akan mau
menerima Yesus kembali di surga, kalau misi Yesus itu belum selesai. Bahwa Bapa
menerima Yesus kembali di surga, menunjukkan bahwa misi penebusan dosa manusia
itu memang sudah selesai.
Jadi, sama seperti
kebangkitan, maka kenaikan Yesus ke surga juga merupakan fakta / faktor yang
menjamin keselamatan orang percaya.
Bicara tentang jaminan
keselamatan orang percaya, mari kita memperhatikan kata-kata Calvin di bawah
ini.
Calvin: [= Karenanya muncul suatu penghiburan yang sangat indah: bahwa kita memahami
bahwa penghakiman ada di tanganNya yang telah mentakdirkan kita untuk bersama
dengan Dia melakukan kehormatan penghakiman (bdk. Mat 19:28)! Jauhlah dari
padaNya untuk naik ke kursi penghakimanNya untuk menghukum kita! Bagaimana
Pemerintah kita yang paling berbelaskasihan itu bisa menghancurkan rakyatNya?
Bagaimana Kepala bisa menyebarkan / menyemburatkan anggota-anggotaNya sendiri?
Bagaimana Pengacara kita bisa menghukum kliennya? Karena jika sang rasul berani
menyerukan bahwa dengan Kristus membela kita maka tidak ada orang yang akan
menggugat / menghukum kita (Ro 8:34,33), maka lebih benar lagi, bahwa
Kristus sebagai Pembela tidak akan menghukum mereka yang telah Ia terima ke
dalam tanggung jawab dan perlindunganNya. Ini bukanlah keyakinan yang tak
berarti bahwa kita tidak akan dibawa ke depan kursi penghakiman dari siapapun
selain kursi penghakiman Penebus kita, kepada siapa kita harus memandang untuk
keselamatan kita!] - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book II, chapter XVI, 18.
2) Untuk mempersiapkan tempat di surga bagi kita
yang percaya kepadaNya (Yoh 14:2).
3) Untuk menunjukkan bahwa kita yang percaya
kepadaNya juga akan naik ke surga (Yoh 14:2-3
Yoh 17:24 Ef 2:6).
Ef 2:6 - “dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan
tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,”.
KJV: ‘And hath raised us up together, and made us sit together in heavenly
places in Christ Jesus’ (= Dan telah
membangkitkan kita bersama-sama, dan mendudukkan kita bersama-sama di
tempat-tempat surgawi dalam Kristus Yesus).
Sama seperti kebangkitanNya,
demikian juga kenaikanNya ke surga merupakan pola yang akan diikuti oleh semua
orang yang percaya kepadaNya.
Herman Hoeksema mengomentari
Ef 2:4-6 dengan berkata sebagai berikut:
(= Kita harus ingat bahwa Kristus adalah kepala kita, baik dalam arti yuridis /
hukum maupun dalam arti organik. ... KenaikanNya mempunyai arti yang pokok / utama
/ dasar. Ia adalah kepala dari tubuh, yaitu gereja. Sebagai kepala Ia mewakili
semua orang pilihan. Sebagai kepala dari milikNya dalam arti hukum, Ia
mengalami kematian, memikul semua kesalahan kita pada salib yang terkutuk,
menghapus semua dosa kita, dan mendapatkan kebenaran kekal. KebenaranNya adalah
kebenaran kita; kematianNya adalah kematian kita; kebangkitanNya adalah
kebangkitan kita. Dan dengan demikian dalam arti hukum kenaikanNya adalah
kenaikan kita. ... Tetapi Ia juga adalah kepala dari tubuh dalam arti organik.
Kita adalah anggota-anggota dari tubuhNya; dan kita tidak pernah bisa
dipisahkan dari Dia, kepala kita. Bahwa Ia pergi ke surga berarti bahwa secara
dasari kita ada di surga. Ia tidak akan kembali kepada kita, tetapi Ia akan
menarik kita kepada diriNya sendiri, supaya kita bisa berada dimana Ia ada. Dan
dengan demikian kita melihat ke atas ke surga dengan iman dalam kesadaran akan
kesatuan yang tak terpisahkan antara kita dengan Kristus, kepala kita, dan
mengaku bahwa kita mempunyai daging kita di surga sebagai suatu jaminan yang
pasti bahwa Ia sebagai kepala juga akan mengumpulkan kita anggota-anggotaNya
kepada diriNya sendiri.) - ‘Reformed Dogmatics’, hal
425-426.
Calvin: [= Tuhan oleh kenaikanNya ke surga
membuka jalan ke dalam Kerajaan Surgawi, yang telah ditutup melalui Adam (Yoh
14:3). Karena Ia masuk ke surga dalam daging kita, seakan-akan dalam nama kita,
akibatnya, seperti dikatakan oleh sang rasul, bahwa dalam arti tertentu kita sudah ‘duduk dengan Allah dalam tempat-tempat
surgawi dalam Dia’ (Ef 2:6), sehingga kita tidak menantikan surga dengan
suatu harapan semata-mata, tetapi sudah
memilikinya
dalam Kepala
kita.] - ‘Institutes of the Christian Religion’,
Book II, chapter XVI, 16.
4) Supaya Roh Kudus turun (Yoh 16:7).
Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini
kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”.
Jadi Kristus tidak lagi
menyertai orang percaya secara jasmani, tetapi secara rohani
(Mat 26:11 Yoh 14:16,18,19).
Dengan demikian Ia bisa
menggenapi janjiNya dalam ayat-ayat seperti Mat 18:20 Mat 28:20b.
C) Mungkinkah manusia Yesus yang sudah naik ke surga itu kembali ke
dunia dan menampakkan diri di dunia, sebelum kedatanganNya yang keduakalinya?
Dalam tafsirannya tentang
Ef 4:10, Calvin berkata: [= berkenaan dengan tubuhNya, kata-kata Petrus tetap benar bahwa ‘surga harus
menerimaNya sampai saat pemulihan segala sesuatu, yang telah difirmankan Allah
oleh mulut dari semua nabi-nabi kudusNya sejak dunia ada’. (Kis 3:21)] - hal 276.
Kis 3:21 - “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu
pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang
kudus di zaman dahulu”.
Perlu diketahui bahwa kata
yang diterjemahkan ‘tinggal’ seharusnya artinya adalah ‘receive’
(= menerima).
NASB: ‘whom heaven must receive until the period of restoration
of all things ...’ (= yang harus diterima di surga sampai masa
pemulihan segala sesuatu ...).
Dan di sini saya ingin memberi banyak komentar dari para penafsir tentang
Kis 3:21 ini.
F. F. Bruce (NICNT): (= Yesus, Mesias mereka, ... telah diterima ke dalam hadirat ilahi, dan akan
tinggal di sana sampai penyempurnaan dari semua yang sudah dinubuatkan oleh
nabi-nabi sejak semula) - ‘The Book of the Acts’, hal 91.
Adam Clarke: (= Ia telah
naik ke surga, ... dan Ia akan terus di sana sampai Ia datang lagi untuk
menghakimi orang yang hidup dan yang mati) - hal 707.
J. A. Alexander: “In the mean time,
i.e. until God shall send (= Sementara itu, yaitu sampai Allah
mengirim Kristus dan saat penyegaran dari hadiratNya, Ia dibatasi di surga ...
Sampai siklus yang besar ini telah mencapai siklus lengkap, dan proses
penyembuhan yang besar ini telah menyelesaikan tujuannya, tubuh yang dimuliakan
dari Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga itu bukan hanya bisa / boleh,
tetapi harus, sebagai suatu cara yang ditetapkan untuk penyelesaian itu,
tinggal di surga, dan bukan di bumi) - hal 116,118.
Matthew Poole: (= ‘Yang surga harus menerima’;
artinya, menahan setelah surga menerimaNya, sebagai suatu tempat yang nyata
menerima suatu tubuh yang sungguh-sungguh; karena begitulah tubuh Kristus itu,
yang diterima di dalam surga: dan surga merupakan tempat dan takhta dari Raja
dari segala raja dan Tuhan dari segala tuhan, dimana Ia akan memerintah sampai
Ia telah meletakkan semua musuhNya di bawah kakiNya, 1Kor 15:25) - hal 393.
Catatan:
1) Penampakan Yesus
kepada Saulus (Kis 9), dan kepada rasul Yohanes (Wah 1), mungkin merupakan penampakan
ilahi atau sekedar suatu penglihatan (bdk. Kis 26:19 Wah 1:19
Wah 9:17).
2) Tidak semua
orang setuju dengan penafsiran-penafsiran di atas tentang Kis 3:21 ini.
III) Duduk di sebelah kanan Allah.
A) Arti kalimat ini.
Kata-kata ini tidak boleh diartikan
secara hurufiah. Kata-kata ini berarti:
1) Kristus menduduki / mendapat tempat terhormat /
mulia di surga.
2) Kristus ikut memerintah atas Gereja dan alam
semesta.
Kata ‘duduk’ tidak boleh
diartikan bahwa Kristus beristirahat / bermalas-malasan di surga. Ini terlihat
dari Kitab Suci yang tidak selalu mengatakan bahwa Kristus duduk di
sebelah kanan Allah.
a) Ro 8:34 (NIV): ‘is at the right hand of God’
(= ada di sebelah kanan Allah).
b) 1Pet 3:22 (NIV): ‘is at God's right hand’ (= ada di sebelah kanan Allah).
c) Kis 7:56 - ‘berdiri di
sebelah kanan Allah’.
B) Pekerjaan yang dilakukan oleh Kristus di surga ialah:
1) Memerintah sebagai Raja.
2) Berfungsi sebagai Imam / Pengantara
(Ibr 4:14 Ibr 7:24,25 Ibr 8:1-6 1Yoh 2:1).
3) Berfungsi sebagai Nabi melalui Roh Kudus dan hamba-hambaNya
(Yoh 16:7-15 Yoh 14:26).
IV) Kedatangan Kristus yang keduakalinya.
A) Kedatangan Kristus yang keduakalinya adalah suatu tahap pemuliaan.
Ada orang yang berpendapat
bahwa:
1) KedatanganNya yang keduakalinya bukanlah suatu
tahap pemuliaan.
2) Duduknya Kristus di sebelah kanan Allah adalah
puncak / tahap terakhir pemuliaan Kristus.
Tetapi ini salah. Titik
tertinggi pemuliaan Kristus belum tercapai sampai Ia, yang menderita oleh
tangan manusia, kembali sebagai Hakim, dan menghakimi / menghukum orang berdosa
yang menolakNya.
Disamping itu, ayat-ayat di
bawah ini menunjukkan bahwa kedatangan Kristus yang keduakalinya itu adalah
suatu pemuliaan.
a) Yoh 5:22-23 menunjukkan bahwa Penghakiman
(ini terjadi pada kedatanganNya yang keduakalinya) diberikan oleh Bapa kepada
Anak supaya orang menghormati Anak, sama seperti mereka menghormati Bapa.
b) Fil 2:9-11 menunjukkan bahwa ada satu saat
semua lutut akan bertelut dan semua lidah akan mengaku bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan. Ini akan terjadi pada kedatangan Yesus yang keduakalinya dan ini
jelas merupakan suatu pemuliaan.
c) 2Tes 1:10 menyatakan secara explicit bahwa Yesus datang pada hari
itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudusNya dan untuk dikagumi oleh
semua orang percaya. Ini jelas menunjukkan suatu pemuliaan.
B) Istilah-istilah Kitab Suci yang menunjuk pada kedatangan Kristus yang
keduakalinya.
1) PAROUSIA yang berarti:
a) Kehadiran (presence),
atau,
b) Kedatangan yang mendahului kehadiran (a coming preceding a presence).
Kata ini digunakan
dalam Mat 24:3,27,37,39 1Kor 15:23 1Tes 2:19 1Tes 3:13 1Tes 4:15 1Tes 5:23 2Tes 2:1
Yak 5:7-8 2Pet 3:4.
2) APOCALUPSIS yang menekankan fakta bahwa
kedatangan kedua itu akan menyatakan sesuatu yang sebelumnya tersembunyi dalam
diri Kristus.
Kata ini digunakan dalam
2Tes 1:7 1Pet 1:7,13 1Pet 4:13.
3) EPIPHANEIA yaitu penampilan yang mulia dari
Tuhan (the glorious appearing of the Lord).
Kata ini digunakan
dalam 2Tes 2:8 1Tim 6:14 2Tim 4:1,8 Tit 2:13.
C) Cara kedatangan kedua.
1) Secara jasmani.
2) Bisa dilihat.
Bdk. Mat 24:30 Kis 1:11
Wah 1:7.
D) Tujuan kedatangan kedua.
1) Menghakimi dunia.
2) Menyempurnakan keselamatan orang percaya.
Bdk. Mat 25:31-46.
E) Saat kedatangan kedua:
Dari ayat-ayat seperti
Mat 24:36,42-44 dan 2Pet 3:10,
jelaslah bahwa kita tidak bisa mengetahui kapan hari kedatangan kedua itu akan
terjadi.
Karena itu, kalau ada orang
yang berani meramalkan tanggal atau bulan atau tahun kedatangan Yesus yang
keduakalinya, itu pasti adalah nabi palsu atau orang yang sangat kacau
pengertian Kitab Sucinya!
Dari banyaknya tanda-tanda
akhir jaman yang sudah terjadi, kita paling-paling bisa berkata bahwa
kedatangan Kristus yang kedua itu sudah dekat dan bisa terjadi setiap saat.
Perlu juga diingat bahwa
bagi Tuhan satu hari sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun sama dengan
satu hari (2Pet 3:8), sehingga, apa yang dekat bagi Tuhan bisa saja masih lama
bagi kita. Tetapi mengingat bahwa Yesus berkata bahwa Ia akan datang pada saat
yang tidak kita duga, maka kita semua harus mempersiapkan diri setiap saat,
sehingga kapanpun Ia datang, kita ada dalam keadaan siap sedia (Mat 24:44)!
Catatan:
Tentang kedatangan Kristus
yang keduakalinya ini hanya dibahas secara singkat, karena sebetulnya ini
termasuk dalam Eschatology [= Doktrin tentang akhir jaman].
-TAMAT-