Ajaran Pdt. Yesaya Pariadji
Pdt.Budi Asali, M.Div.
Ajaran Pdt. Yesaya Pariadji. Ada banyak ajaran-ajaran sesat / salah dalam ajaran dari Pdt. Yesaya Pariadji:
1) Doktrin / ajaran keselamatan karena perbuatan baik.
Saya akan memberikan banyak kutipan kata-kata Pdt. Yesaya Pariadji yang menunjukkan bahwa ia memang mempercayai, dan bahkan sangat menekankan, doktrin ‘salvation by works’ keselamatan karena perbuatan baik) yang sesat ini.
a) Ia disayangi oleh Tuhan, karena ia membaca Alkitab.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Setelah saya baca Alkitab maka saya disayangi Tuhan” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 11.
Tanggapan saya:
1. Kalau kasih Tuhan kepada kita tergantung perbuatan baik kita, maka jelas bahwa ini berbau ajaran keselamatan karena perbuatan baik!
2. Bukan karena apapun yang kita lakukan maka kita dikasihi oleh Tuhan, karena Ro 5:8-10 menunjukkan bahwa kita sudah dikasihi oleh Tuhan ketika kita masih seteru / berdosa.
Bdk. Roma 5:8-10 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Bdk. Roma 5:8-10 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Bahkan dalam Ef 1:4-5 dikatakan bahwa dalam kasih, Allah telah memilih kita untuk menjadi anak-anakNya, sebelum dunia dijadikan.
b) Untuk bisa masuk surga / menjadi warga Kerajaan Surga, kita harus hidup kudus / suci.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Maka itu dalam hal ini saya tekankan kepada Saudara harus hidup kudus jangan dosa; apa itu dusta, apa itu curi, apa itu cabul, apa itu zinah dan yang lain sebagainya, karena orang-orang yang demikian tidak berhak masuk ke dalam kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Maka itu dalam hal ini saya tekankan kepada Saudara harus hidup kudus jangan dosa; apa itu dusta, apa itu curi, apa itu cabul, apa itu zinah dan yang lain sebagainya, karena orang-orang yang demikian tidak berhak masuk ke dalam kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 14.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Jadi kalau Anda ingin masuk Sorga, Anda harus sinkron atau sejalan dengan konsep Allah yang artinya siap menjadi kudus. Bila Anda sebagai suami harus menjadi imam yang kudus dan sebagai istri harus mendampingi suami agar keluarga menjadi suci dan kudus hingga masuk ke Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / 2001, hal 17.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Tuhan Yesus memerintahkan kepada saya untuk mengatakan apa yang saya dengar di Sorga; harus saya sampaikan. Untuk menyerukan dan menyampaikan, bahwa kita semua, Anda semua, agar bisa melewati pintu Sorga, dituntut untuk berpikir yang kudus, berkata yang kudus, harus kudus segala perbuatan dan tingkah laku kita” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 7.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Hanya orang-orang yang suci dan orang-orang yang kudus yang termeterai dan tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “siapapun yang tidak hidup di dalam kekudusan, siapapun yang tidak hidup suci, jangan berharap untuk bisa mengerti Firman Allah, ... Lebih-lebih jangan berharap untuk dicatat sebagai warga Kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 35.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Tugasmu untuk mempersiapkan jemaat yang kudus, untuk mempersiapkan jemaat yang menuju Kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “manusia harus suci pikirannya, harus suci perkataannya, harus suci segala perbuatannya; yaitu syarat untuk bisa memandang kemuliaan Allah di Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I, hal 9.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Kamu harus mempersiapkan Jemaat yang suci, Jemaat yang Kudus untuk menyambut kedatanganNya yang kedua kali, Yesus Kristus Tuhan Allahmu akan datang kembali untuk menghakimi seluruh umat manusia. Lakukanlah perintah-perint ahnya, lakukanlah perintah-perint ah Yesus Kristus Tuhan Allahmu, bila kamu tidak melakukan perintah-perint ahnya kamu juga bisa dilempar dari hadapannya” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi III / Tahun I, hal 40.
c) Ia dan istrinya tercatat sebagai warga Kerajaan Surga, karena ia (Pdt. Yesaya Pariadji) bisa menjadi seorang imam yang kudus dalam rumah tangganya, dan karena mereka berjanji untuk hidup suci dalam rumah tangga mereka.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “tangan Tuhan Yesus menunjuk suatu buku yang sangat besar, ... saya mendengar kalimat, suaraNya: Pariadji, lihat ... namamu tercacat di Sorga sebagai warga Kerajaan Sorga ... Satu halaman dengan istrimu, Etty Darniaty ... Mengapa nama saya dan nama istri saya tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga? Kalimat yang kedua, Tuhan Yesus berkata kepada saya: Karena kamu bisa menjadi seorang imam yang kudus di dalam rumah tanggamu” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Saya dan istri memang tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga. Kami memperoleh janji yang sangat indah, kami dijanjikan akan diundang ke Sorga, karena kami berjanji hidup yang suci di dalam rumah tangga kami” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 6.
d) Untuk bisa menjadi warga Kerajaan Surga, kita harus melakukan sakramen-sakram en yang benar.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Untuk dimeteraikan sebagai warga Kerajaan Sorga, kita harus melakukan baptisan yang benar, dan Sakramen-sakram en yang suci dan kudus, yang benar, yang benar-benar sesuai kehendak Allah. Dan sakramen-sakram en yang benar akan diberikan tanda-tanda yang penuh Kuasa dan Mukjizat-mukjiz at Allah” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi II / Tahun I, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Untuk menjadi warga Kerajaan Sorga, anda harus dibaptis selam sesuai dengan firman Tuhan. (Yohanes 3:5)” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi V / Tahun II, hal 38.
Tanggapan saya:
1. Yohanes 3:5 - “Jawab Yesus: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti dari kata ‘air’ di sini. Memang ada yang menafsirkan ‘air’ di sini sebagai baptisan, tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran ini. Tetapi kalaupun penafsiran ini mau diterima, itu hanya menyatakan baptisan, lalu dari mana Pdt. Yesaya Pariadji mendapatkan keharusan ‘selam’nya?
Ada bermacam-macam penafsiran tentang arti dari kata ‘air’ di sini. Memang ada yang menafsirkan ‘air’ di sini sebagai baptisan, tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran ini. Tetapi kalaupun penafsiran ini mau diterima, itu hanya menyatakan baptisan, lalu dari mana Pdt. Yesaya Pariadji mendapatkan keharusan ‘selam’nya?
2. Juga, bagaimana dengan penjahat yang bertobat di sisi Yesus? Ia tidak pernah dibaptis, apalagi dibaptis selam; jadi dia tidak masuk Sorga, dan kata-kata Yesus kepadanya dalam Luk 23:43 itu salah?
e) Orang yang suci / saleh tidak akan takut pada saat mau mati.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Orang-orang yang sudah hidup suci dan saleh, yang hidup berkenan sesuai dengan kehendak Allah, menjelang kematiannya, menjelang masuk alam roh, pasti dengan damai, tidak akan ada rasa takut untuk menghadapi kematian” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 5.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Orang-orang yang sudah hidup suci dan saleh, yang hidup berkenan sesuai dengan kehendak Allah, menjelang kematiannya, menjelang masuk alam roh, pasti dengan damai, tidak akan ada rasa takut untuk menghadapi kematian” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 5.
f) Seseorang dimeteraikan dengan Roh Kudus pada saat ia dibaptis.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Pada saat Anda dibaptis, Anda dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai warga Kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 8.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Pada saat Anda dibaptis, Anda dimeteraikan oleh Roh Kudus sebagai warga Kerajaan Sorga” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 8.
Tanggapan saya:
1. Pemeteraian dengan Roh Kudus itu merupakan jaminan keselamatan kita.
2Kor 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
1. Pemeteraian dengan Roh Kudus itu merupakan jaminan keselamatan kita.
2Kor 1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
2Korintus 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.
Kalau pemeteraian itu terjadi karena baptisan, maka itu menunjukkan bahwa kita diselamatkan karena usaha / perbuatan baik kita.
2. Pdt. Yesaya Pariadji mengatakan bahwa pemeteraian dengan Roh Kudus terjadi ketika seseorang dibaptis. Ini sama sekali tidak sesuai dengan Kitab Suci, karena Paulus dalam Ef 1:13 mengatakan bahwa pemeteraian dengan Roh Kudus itu terjadi ketika seseorang percaya.
Efesus 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
g) Pdt. Yesaya Pariadji menggunakan Mat 5:8 dan Ibr 12:14 sebagai dasar ajaran sesatnya ini.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Bila Tuhan Yesus berkata: ‘Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah’, maka saya dapat mengatakan; firman Allah yang menjanjikan; asal Anda betul-betul hidup di dalam kekudusan, pasti Anda bisa berdoa: ‘Tuhan Yesus ijinkan hamba agar mempunyai pengalaman untuk melihat kemuliaanMu di Sorga.’ Anda harus memperhatikan firman Allah yang berkata: ‘Tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Allah.’” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 5.
Catatan: kutipan ayat diambil dari Mat 5:8 dan Ibr 12:14.
Tanggapan saya:
1. Kita tidak bisa menyucikan / menguduskan diri kita sendiri.
Memang orang yang tidak suci hatinya tidak akan melihat Allah (Mat 5:8), dan memang tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan (Ibr 12:14). Tetapi bagaimana seseorang bisa suci hatinya? Bagaimana seseorang bisa mempunyai kekudusan? Dengan mengusahakannya dengan kekuatannya sendiri? Kalau saudara mengatakan ‘ya’, maka coba perhatikan gambaran Firman Tuhan di bawah ini tentang keadaan manusia di hadapan Allah.
Memang orang yang tidak suci hatinya tidak akan melihat Allah (Mat 5:8), dan memang tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan (Ibr 12:14). Tetapi bagaimana seseorang bisa suci hatinya? Bagaimana seseorang bisa mempunyai kekudusan? Dengan mengusahakannya
Yes 64:6a - “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor”.
Perhatikan bahwa Yesaya bukan mengatakan ‘segala dosa kami seperti kain kotor’. Ia juga tidak mengatakan ‘sebagian kesalehan kami seperti kain kotor’. Yesaya mengatakan ‘segala kesalehan kami seperti kain kotor’.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Sekarang, kalau ‘segala kesalehan’ kita digambarkan seperti ‘kain kotor’ di hadapan Allah, bagaimana dengan ‘dosa’ kita? Perhatikan ayat di bawah ini.
Yehezkiel 36:17 - “‘Hai anak manusia, waktu kaum Israel tinggal di tanah mereka, mereka menajiskannya dengan tingkah laku mereka; kelakuan mereka sama seperti cemar kain di hadapanKu”.
Dosa / kejahatan kita digambarkan seperti ‘cemar kain’. Apakah ‘cemar kain’ itu? NIV menterjemahkannya : ‘a woman’s monthly uncleanness’ kenajisan bulanan dari seorang perempuan).
Bandingkan juga dengan Im 15:20,24 - “(20) Segala sesuatu yang ditidurinya selama ia cemar kain menjadi najis. Dan segala sesuatu yang didudukinya menjadi najis juga. ... (24) Jikalau seorang laki-laki tidur dengan perempuan itu, dan ia kena cemar kain perempuan itu, maka ia menjadi najis selama tujuh hari, dan setiap tempat tidur yang ditidurinya menjadi najis juga”.
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ aliran bulanannya).
Untuk kata ‘cemar kain’ yang pertama (ay 20) NIV menterjemahkan ‘her period’ masa datang bulannya), sedangkan untuk kata ‘cemar kain’ yang kedua (ay 24) NIV menterjemahkan ‘her monthly flow’ aliran bulanannya).
Jadi kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘cemar kain’ itu adalah cairan darah yang dikeluarkan seorang perempuan pada saat datang bulan.
Dengan demikian Kitab Suci menggambarkan segala kesalehan kita seperti kain kotor, dan menggambarkan dosa / kejahatan kita seperti cairan yang dikeluarkan oleh seorang perempuan pada saat mengalami datang bulan! Merupakan suatu kegilaan kalau kita berpikir bahwa dengan hal-hal menjijikkan itu kita bisa layak untuk masuk surga!
Kalau saudara adalah orang yang menganggap diri saudara suci atau lumayan baik, dan saudara bisa mengusahakan kesucian / kekudusan dengan kekuatan saudara sendiri, renungkan bagian ini!
Keberatan: Tetapi mengapa dalam Kitab Suci kadang-kadang diceritakan tentang orang yang saleh, tak bercacat, seperti Nuh, Ayub, Zakharia, dsb?
Jawab: Itu harus diartikan hanya dalam perbandingan dengan orang-orang lain di sekitar mereka. Tetapi kalau kehidupan mereka dibandingkan dengan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka jelas mereka tetap penuh dengan dosa.
Ro 3:10-12,23 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. ... Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”.
2. Kita hanya bisa disucikan / dikuduskan oleh penebusan / darah Kristus, dan itu kita terima kalau kita beriman / percaya kepada Yesus.
Tit 2:13b,14 - “Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diriNya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diriNya suatu umat, kepunyaanNya sendiri, yang rajin berbuat baik”.
Ibr 9:14 - “betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diriNya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbu atan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup”.
Ibrani 10:10,14 - “(10) Dan karena kehendakNya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. ... (14) Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan”.
Kesimpulan: kita tidak bisa diselamatkan / melihat Allah dengan mengusahakan sendiri kesucian itu, tetapi dengan percaya kepada Kristus, sehingga disucikan oleh darahNya.
h) Pdt. Yesaya Pariadji juga menggunakan Wah 21:27 untuk mendukung pandangan sesatnya.
Pdt. Drs. Yesaya Pariadji: “Orang-orang yang hidup cemar, yang hidup najis, para pendusta, orang yang hidup keji dan kejam, tidak tercatat sebagai warga Kerajaan Sorga. Di dalam Wahyu 21:27, dikatakan demikian: ‘Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.’” - ‘Majalah Tiberias’, Edisi IV / Tahun II, hal 8.
Tanggapan saya:
1. Lagi-lagi, seseorang bisa tidak najis, hanya karena penyucian oleh penebusan / darah Kristus, yang ia terima karena ia percaya kepada Yesus.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci (orang kristen / orang percaya) semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
Tit 1:15 - “Bagi orang suci (orang kristen / orang percaya) semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis”.
2. Dalam Kitab Suci memang ada ayat-ayat yang seolah-olah mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik, seperti Wahyu 21:27 di atas, dan juga ayat-ayat lain yang sejenis, seperti:
Mat 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”.
Yoh 5:28-29 - “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.
Yoh 5:28-29 - “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum”.
Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan:
a. Kalau kita menafsirkan bahwa ayat-ayat ini mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik, maka kita akan bertentangan dengan sangat banyak ayat-ayat yang menekankan bahwa keselamatan / pembenaran terjadi hanya karena iman saja pada point a) di bawah. Dan kita tidak boleh menafsirkan suatu ayat sehingga bertentangan dengan ayat lain dalam Kitab Suci.
b. Iman yang sejati / sungguh-sungguh harus diikuti oleh pertobatan dari dosa / perubahan hidup (Yak 2:17,26).
Mengapa demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus (Efesua 1:13-14), dan Roh Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup orang itu
Mengapa demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada Yesus, pasti menerima Roh Kudus (Efesua 1:13-14), dan Roh Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup orang itu
(Gal 5:22-23).
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mem-punyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya, tetapi hidupnya tidak berubah, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mem-punyai Roh Kudus, itu berarti ia belum percaya.
c. Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.
Illustrasi:
sakit ==> obat ==> sembuh ==> olah raga / bekerja
dosa ==> iman ==> selamat ==> taat / berbuat baik
Illustrasi:
sakit ==> obat ==> sembuh ==> olah raga / bekerja
dosa ==> iman ==> selamat ==> taat / berbuat baik
Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga / bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia sudah minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga / bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.
Keselamatan terjadi begitu seseorang beriman, dan baru setelah itu muncul perbuatan baik, sebagai buah Roh Kudus dalam kehidupan orang itu. Karena itu tidak mungkin perbuatan baik itu yang menyelamatkan, karena keselamatan itu sudah ada sebelum perbuatan baik itu ada.
d. Kalau memang yang menyelamatkan adalah imannya, dan bukan perbuatan baiknya, lalu mengapa beberapa ayat dalam Kitab Suci seolah-olah menunjukkan bahwa perbuatan baiknya yang menyelamatkan?
Jawab: karena iman tidak terlihat, tetapi perbuatan baik terlihat. Dengan demikian kadang-kadang perbuatan baik itulah yang dibuat patokan. Tetapi bagaimanapun, adanya perbuatan baik / pengudusan, membuktikan adanya iman. Dan yang menyebabkan kita diselamatkan adalah iman, bukan perbuatan baik.
Saya berpendapat bahwa doktrin ‘keselamatan karena perbuatan baik’ ini merupakan kesesatan utama dari Pdt. Yesaya Pariadji! Jelas bahwa Pdt. Yesaya Pariadji tidak menganut semboyan Reformasi ‘Sola Gratia’ Hanya Kasih Karunia) dan ‘Sola Fide’ Hanya Iman). Ajaran yang alkitabiah dan injili menyatakan bahwa kita diselamatkan semata-mata karena penebusan Kristus yang kita terima hanya oleh / melalui iman. Dan ini sepenuhnya merupakan anugerah dari Tuhan.
Jemaat Galatia merupakan hasil penginjilan Paulus, dan mereka menerima doktrin keselamatan hanya karena iman. Tetapi setelah Paulus meninggalkan Galatia, lalu muncul nabi-nabi palsu dari kalangan Yudaisme / agama Yahudi, yang lalu mengajarkan kepada mereka bahwa hanya iman tidaklah cukup, mereka juga harus disunat, dan menuruti hukum Taurat. Untuk menangani kesesatan itulah Paulus lalu menulis surat Galatia, yang sangat menekankan keselamatan karena iman saja. Dan dalam Galatia 1:6-9 Paulus berkata: “Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.
Saya berpendapat bahwa text ini cocok untuk Pdt. Yesaya Pariadji, karena ia memang memberitakan ‘Injil yang lain / berbeda’, yang sebenarnya bukan Injil! Ajaran Pdt. Yesaya Pariadji