Allah Bersedia dan Mampu (Mazmur 121:2)
“Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi” Mazmur 121:2
Hidup dengan iman adalah hak istimewa kita. Menghidupi iman bukanlah satu tindakan tunggal, melainkan suatu kebiasaan yang permanen. Iman adalah ketergantungan yang konstan kepada Allah, yang dikenal melalui karakter-Nya. Sifat-sifat Allah adalah tumpuan dan landasan bagi iman kita. Iman mempercayai dan menuntut karakter (natur) Allah. Pelajarilah karakter Allah. Tekuni untuk mengenal natur Allah secara jelas dan tepat.
Semakin kita mengenal-Nya, semakin kita mengandalkan. Pikirkanlah Allah dengan lebih sering, dengan kesukaan, dan konsisten. Hal ini akan membawa pengaruh Ilahi ke dalam jiwa dengan kehangatan hidup dan terang, dan mengukir impresi Allah yang mendalam di dalam hati. Mereka yang sangat mengenal-Nya, akan sangat mempercayai-Nya: yang sering merenungkan-Nya – kuat imannya. “Betapa sulitnya (berharganya) pikiran-Mu, ya Allah” (Mazmur. 139:17).
Pastikan minat anda terhadap natur Allah. Jangan hanya puas melihat Allah, kecuali anda menjadikan Dia Allah anda. Iman tidak hanya berpegang pada fakta bahwa Allah mampu, tetapi bahwa Dia juga bersedia mengabulkan apa yang anda cari. Genggam kedua pegangan ini dengan iman anda. Peganglah erat bahwa Ia mampu, Maha kuasa, Maha tahu, dan cukup pada diri-Nya sendiri; tetapi juga peganglah erat bahwa Ia bersedia mengabulkan kebutuhan anda. Belajarlah untuk menarik kesimpulan berdasarkan sifat-sifat ini. Apabila anda berpegang pada kuasa dan kemurahan-Nya, iman dapat dengan mudah memperoleh jaminan yang indah dan pasti dari sifat-sifat ini.
Memang benar kita cenderung meragukan kesediaan Allah, tetapi Allah telah menyediakan iman secara menakjubkan. Meskipun hanya menyebutkan satu sifat untuk menggambarkan kuasa Allah, pastilah terdapat banyak natur yang membuktikan kemauan-Nya: kemurahan, kebaikan, karunia kelimpahan, anugerah, kasih, kasih karunia, belas kasih, inti dari belas kasih-Nya, kesabaran, dan panjang sabar. Arahkan iman pada kedua dasar ini dan iman akan berdiri teguh. Allah mampu dan sekaligus bersedia.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan David Clarkson (1622-1686), Works, I:174-179
Hidup dengan iman adalah hak istimewa kita. Menghidupi iman bukanlah satu tindakan tunggal, melainkan suatu kebiasaan yang permanen. Iman adalah ketergantungan yang konstan kepada Allah, yang dikenal melalui karakter-Nya. Sifat-sifat Allah adalah tumpuan dan landasan bagi iman kita. Iman mempercayai dan menuntut karakter (natur) Allah. Pelajarilah karakter Allah. Tekuni untuk mengenal natur Allah secara jelas dan tepat.
Semakin kita mengenal-Nya, semakin kita mengandalkan. Pikirkanlah Allah dengan lebih sering, dengan kesukaan, dan konsisten. Hal ini akan membawa pengaruh Ilahi ke dalam jiwa dengan kehangatan hidup dan terang, dan mengukir impresi Allah yang mendalam di dalam hati. Mereka yang sangat mengenal-Nya, akan sangat mempercayai-Nya: yang sering merenungkan-Nya – kuat imannya. “Betapa sulitnya (berharganya) pikiran-Mu, ya Allah” (Mazmur. 139:17).
Pastikan minat anda terhadap natur Allah. Jangan hanya puas melihat Allah, kecuali anda menjadikan Dia Allah anda. Iman tidak hanya berpegang pada fakta bahwa Allah mampu, tetapi bahwa Dia juga bersedia mengabulkan apa yang anda cari. Genggam kedua pegangan ini dengan iman anda. Peganglah erat bahwa Ia mampu, Maha kuasa, Maha tahu, dan cukup pada diri-Nya sendiri; tetapi juga peganglah erat bahwa Ia bersedia mengabulkan kebutuhan anda. Belajarlah untuk menarik kesimpulan berdasarkan sifat-sifat ini. Apabila anda berpegang pada kuasa dan kemurahan-Nya, iman dapat dengan mudah memperoleh jaminan yang indah dan pasti dari sifat-sifat ini.
Memang benar kita cenderung meragukan kesediaan Allah, tetapi Allah telah menyediakan iman secara menakjubkan. Meskipun hanya menyebutkan satu sifat untuk menggambarkan kuasa Allah, pastilah terdapat banyak natur yang membuktikan kemauan-Nya: kemurahan, kebaikan, karunia kelimpahan, anugerah, kasih, kasih karunia, belas kasih, inti dari belas kasih-Nya, kesabaran, dan panjang sabar. Arahkan iman pada kedua dasar ini dan iman akan berdiri teguh. Allah mampu dan sekaligus bersedia.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan tulisan David Clarkson (1622-1686), Works, I:174-179