Ayat-ayat yang Seolah-olah Menunjukkan Keselamatan Karena Perbuatan Baik


Pdt.budi asali,m.div.

Ayat-ayat yang Seolah-olah Menunjukkan Keselamatan Karena Perbuatan Baik

Sebelum kita melihat ayat-ayat itu, saya tegaskan dulu, bahwa bagaimanapun bunyi ayat-ayat itu, kita tak boleh menafsirkan ayat-ayat itu sehingga menjadi bertentangan dengan kelompok ayat-ayat yang menunjukkan bahwa keselamatan itu oleh iman saja dan sama sekali bukan oleh perbuatan baik / ketaatan kita. Merupakan suatu prinsip Hermeneutics yang sangat penting, bahwa dua kebenaran / ayat Alkitab tidak bisa saling bertentangan.

Sekarang mari kita perhatikan ayat-ayat itu:

1)   Matius 7:21 - “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.”.

Jawab: Sepintas lalu memang ayat ini menekankan perbuatan baik / ketaatan supaya bisa masuk surga. Tetapi kontext menunjukkan bahwa ayat ini ditujukan kepada nabi-nabi palsu (Mat 7:15), dan karena itu Yesus tidak pernah mengenal mereka, dan mereka disebut sebagai ‘pembuat kejahatan’ (Mat 7:23).

Mat 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. (20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Karena mereka bukan orang percaya / tidak pernah menjadi orang percaya, maka Yesus berkata bahwa Ia tidak pernah mengenal mereka, dan mereka selalu berbuat dosa sehingga disebut sebagai ‘pembuat kejahatan’. Jadi, Mat 7:21 yang sedang dipersoalkan, memang cocok dengan mereka, karena sebagai nabi-nabi mereka banyak bicara tentang ‘Tuhan’, tetapi sebagai nabi-nabi palsu, mereka sama sekali tidak melakukan kehendak Bapa. Calvin menghubungkan kata-kata ‘melakukan kehendak Bapa’ ini dengan Yoh 6:40.

Yohanes 6:40 - “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’”.

Bdk. Yoh 6:28-29 - “(28) Lalu kata mereka kepadaNya: ‘Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?’ (29) Jawab Yesus kepada mereka: ‘Inilah pekerjaanyang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.’”.

Kata ‘pekerjaan’ dalam ay 28 ada dalam bentuk jamak (ERGA = works), tetapi kata ‘pekerjaan’ dalam ay 29 ada dalam bentuk tunggal (ERGON = work). Jadi, Yesus memaksudkan: hanya satu hal yang Allah kehendaki untuk kamu lakukan, yaitu percaya kepada Yesus! Calvin berkata bahwa pada waktu Yesus menyebut iman sebagai work / pekerjaan, Ia tidak berbicara dengan akurasi yang ketat. Tentu bukan maksud Calvin untuk mengatakan bahwa Yesus salah bicara! Maksudnya Ia menggunakan kata itu bukan dalam arti teologis yang ketat. Alasan Calvin adalah: Ro 3:27-28 mengatakan bahwa iman tidak termasuk sebagai work/ pekerjaan.

Roma 3:27-28 - “(27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.

Jadi, orang-orang dalam Mat 7:21 adalah nabi-nabi palsu yang bukan orang-orang percaya, dan mereka tidak punya perbuatan baik sama sekali, dan karena itu mereka tak bisa masuk surga. Karena itu, ayat ini tidak ada urusannya sama sekali dengan keselamatan karena perbuatan baik!

2)   Yohanes 5:28-29 - “(28) Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaraNya, (29) dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.”.

Karena arahnya sama, maka saya gabungkan di sini text di bawah ini.

Galatia 6:7-8 - “(7) Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. (8) Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.”.

Gal 6:8 (KJV): For he that soweth to his flesh shall of the flesh reap corruption; but he that soweth to the Spirit shall of the Spirit reap life everlasting. (= Karena ia yang menabur kepada dagingnya akan menuai kerusakan / kebusukan dari daging; tetapi ia yang menabur kepada Roh akan menuai hidup yang kekal dari Roh.).

Gal 6:8 (NIV): The one who sows to please his sinful nature, from that nature will reap destruction; the one who sows to please the Spirit, from the Spirit will reap eternal life. (= Orang yang menabur untuk menyenangkan natur berdosanya, akan menuai kebinasaan dari natur itu; orang yang menabur untuk menyenangkan Roh, akan menuai hidup yang kekal dari Roh.).

Jawab: Lagi-lagi, kalau dilihat sepintas, 2 text di atas ini menekankan bahwa orang yang berbuat jahat / tidak berbuat baik akan masuk neraka dan orang yang berbuat baik akan masuk surga. Tetapi mari kita analisa / pelajari dengan lebih mendalam.

Saya sudah pernah membahas bahwa manusia berdosa di luar Kristus sama sekali tidak bisa berbuat baik. Hanya kalau seseorang sudah percaya kepada Kristus, maka ia menerima Roh Kudus (Kis 2:38  Ef 1:13), sehingga ia mulai bisa berbuat baik (Gal 5:22-23 - buah Roh Kudus).

Karena itu, pada waktu dikatakan bahwa orang-orang yang berbuat baik akan masuk surga dalam kedua text di atas, mereka jelas adalah orang-orang yang beriman kepada Kristus, dan imannya yang menyelamatkan, bukan perbuatan baiknya. Tetapi mengapa perbuatan baiknya yang ditekankan?

a)   Karena iman tidak kelihatan, sedangkan perbuatan baik kelihatan, maka yang ditekankan adalah perbuatan baik, yang sebetulnya hanya merupakan bukti dari iman. Sedangkan orang-orang yang berbuat jahat / tidak berbuat baik itu menunjukkan bahwa mereka bukan orang percaya, dan karena itu mereka masuk neraka. Jadi perbuatan merupakan sesuatu yang membedakan orang percaya dan orang yang tidak percaya.

b)   Untuk mendorong orang-orang percaya untuk berbuat baik.

3.   Mat 25:31-46 - “(31) ‘Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaanNya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaanNya. (32) Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapanNya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, (33) dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kananNya dan kambing-kambing di sebelah kiriNya. (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. (41) Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (42) Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; (43) ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. (44) Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? (45) Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. (46) Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.

a)   Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sebutan ‘domba’ dan ‘kambing’ dalam Mat 25:32-33 sudah jelas menunjukkan bahwa kelompok yang pertama adalah orang-orang yang percaya, dan kelompok yang kedua adalah orang-orang yang tidak percaya.

Juga perhatikan bahwa ‘domba-domba’ itu 2 x disebut sebagai ‘orang benar’ (ay 37,46b)

b)   Kata-kata ‘terimalah Kerajaan yang telah disediakanbagimu sejak dunia dijadikan jelas menunjukkan bahwa domba-domba / orang-orang percaya itu adalah orang-orang pilihan.

c)   Ayat ini merupakan suatu dorongan bagi orang-orang percaya untuk berbuat baik.

d)   Orang-orang yang tidak berbuat baik, menunjukkan bahwa mereka bukan orang percaya.

4.   Roma 2:6-13 - “(6) Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, (7) yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekunberbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, (8) tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (9) Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, (10) tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (11) Sebab Allah tidak memandang bulu. (12) Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. (13) Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.”.

Ay 7,10 kelihatannya menunjukkan bahwa orang yang berbuat baik akan masuk surga dan ay 8,9 kelihatannya menunjukkan bahwa orang-orang yang berbuat jahat akan dihukum / masuk neraka. Lalu ay 13 juga kelihatannya menunjukkan bahwa orang-orang yang mentaati hukum Taurat akan dibenarkan.

Jawab:

a)   Sekalipun Tuhan memang menjanjikan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik, itu tak berarti bahwa mereka layak mendapatkannya.

b)   Ay 7,10 harus diartikan sama seperti penjelasan di atas, bahwa mereka ini adalah orang-orang beriman, karena kalau tidak, mereka tidak akan bisa berbuat baik. Perbuatan-perbuatan baik selalu merupakan buah dari iman.

c)   Perhatikan kata ‘tekun’ dalam ay 7.

Ay 7: “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekunberbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan,”.

Kalau ini mau diartikan sebagai keselamatan karena perbuatan baik, maka ini menunjukkan bahwa orang berbuat baik bisa selamat, kalau ia terus menerus, tanpa pernah jatuh satu kalipun, berbuat baik. Dan jelas tidak mungkin ada orang yang bisa seperti itu. Ini berlaku untuk ay 7,10,13.

Penafsiran ini sesuai dengan Gal 3:10 - “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’”.

Kata-kata ‘orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang berusaha masuk surga dengan berbuat baik’. Perhatikan bahwa Paulus mengatakan mereka itu ‘berada di bawah kutuk’. Mengapa? Karena Gal 3:10b menyatakan bahwa orang yang ‘tidak setia’ melakukan ‘segala sesuatu’ dari hukum Taurat, adalah orang terkutuk. Ini jelas tuntutan untuk taat secara sempurna, atau, orangnya terkutuk.

Kalau mau dibahas lebih dalam, maka Gal 3:10 dikutip dari Ul 27:26.

Ul 27:26a - “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan.”.

Ada perbedaan antara Gal 3:10b dengan Ul 27:26. Bedanya adalah, dalam Gal 3:10b ini, Paulus mengatakan / menambahkan kata-kata ‘segala sesuatu’.

Dalam KJV/NKJV, Ul 27:26 mengandung kata ‘all’ (= semua), sedangkan dalam RSV/NIV/NASB, Ul 27:26 tidak mempunyai kata itu. Dalam semua manuscript bahasa Ibrani, Ul 27:26 tidak mengandung kata ‘all’, sehingga ada yang menganggap bahwa penyalin Kitab Suci sengaja membuang kata ini, supaya tidak terlihat bahwa kita harus taat secara sempurna baru tidak terkutuk. Tetapi ada 6 manuscript non Ibrani, termasuk Septuaginta / LXX (Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani), dimana Ul 27:26 mengandung kata ‘all’.

Dari semua ini bisa disimpulkan adanya beberapa kemungkinan:

1.   Ul 27:26 ini di dalam autographnya (= manuscript aslinya) memang mengandung kata ‘all’ tetapi lalu dibuang oleh para penyalin. Kalau ini yang benar, maka ini menunjukkan kurang ajarnya para penyalin itu. Tetapi saya sendiri tidak terlalu yakin akan kemungkinan ini.

2.   Ul 27:26 tidak mempunyai kata ‘all’tetapi secara implicit kata itu ada.

3.   Bisa juga bahwa sebetulnya Ul 27:26 memang tidak mengandung kata ‘all’, tetapi karena dalam Ul 28:1,15 ada kata ‘all’, maka Paulus menambahkan kata itu pada waktu mengutip Ul 27:26.

Ul 28:1,15 - “(1) ‘Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. ... (15) ‘Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segalaperintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau:”.

Catatan: Ul 28:1 terletak persis setelah Ul 27:26, yang merupakan ayat terakhir dari Ul 27.

4.   Paulus menafsirkanbahwa Ul 27:26 itu maksudnya adalah allthe words of the law’ (= semua kata-kata hukum Taurat).

Ingat bahwa kalau penulis Perjanjian Baru menafsirkan Perjanjian Lama pada saat mereka menuliskan Firman Tuhan / Kitab Suci, maka tafsiran mereka infallible (= tidak bisa salah), karena mereka diilhami oleh Roh Kudus!

Jadi, keselamatan oleh perbuatan baik itu hanya ada secara teori, tetapi secara praktis, itu sama sekali mustahil, karena tak ada orang yang bisa taat secara sempurna (kecuali Yesus)!

Kita harus menafsirkan ayat-ayat di bawah ini secara sama, yaitu bahwa Tuhan menghendaki ketaatan yang sempurna.

Im 18:4-5 - “(4) Kamu harus lakukan peraturanKu dan harus berpegang pada ketetapanKu dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. (5) Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan peraturanKu. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.”.

5)   Yeh 18:5-9,21-22,24,26-28 - “(5) Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, (6) dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, (7) tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, (8) tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, (9) hidup menurut ketetapanKu dan tetap mengikuti peraturanKu dengan berlaku setia - ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH. ... (21) Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. (22) Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya. ... (24) Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya. ...  (26) Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya. (27) Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. (28) Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”.

Jawab:

a)   Yehezkiel 18:5-9 berbicara tentang orang benar (orang percaya) yang membuktikan imannya melalui perbuatan baiknya. Maka ia akan hidup / selamat.

b)   Yeh 18:21-22,27-28 menunjuk kepada orang jahat yang bertobat (tentu harus beriman), dan lalu membuktikan imannya melalui perbuatan baiknya, maka ia juga akan hidup / selamat

c)   Sedangkan Yeh 18:24,26 menunjuk kepada orang yang hanya secara lahiriahkelihatan benar. Kalau ia betul-betul adalah orang benar, tidak mungkin ia murtad (1Yoh 2:19).

1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.”.

Bahwa ia murtad, menunjukkan bahwa ia bukan betul-betul orang benar, dan tentu saja karena hal itu ia akan binasa.

Catatan: dalam komentarnya tentang 1Yoh 2:19, Adam Clarke hanya membahas bahwa Anti Kristus - Anti Kristus itu tidak sungguh-sungguh Kristen, tetapi potongan kalimat “sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita.” dalam 1Yoh 2:19 sama sekali tidak ia komentari!

Kasus yang sama dengan Yeh 18:24,26 terjadi dalam Yeh 3:20a - “Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia akan mati.”.

Kasus yang lain lagi yang sama dengan ini adalah Yeh 33:13,18 - “(13) Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya. ... (18) Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan, ia harus mati karena itu.”.

Sekarang mari kita membandingkan dengan Yeh 36:26-27 yang menjamin bahwa orang percaya tidak mungkin murtad.

Yeh 36:26-27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya.”.

Mungkinkah Yehezkiel menentang sendiri ucapannya di sini?

6)   Yohanes 3:36 - “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.’”.

KJV: ‘and he that believeth not the Son’ (= dan Ia yang tidak percaya kepada Anak).

RSV: ‘he who does not obey the Son’ (= ia yang tidak mentaati Anak).

NIV: ‘but whoever rejects the Son’ (= tetapi siapapun menolak Anak).

NASB: ‘but he who does not obey the Son’ (= tetapi ia yang tidak mentaati Anak).

Kata Yunani yang digunakan adalah APEITHON dari kata dasar APEITHEO, yang bisa berarti ‘tidak percaya’, ‘menolak untuk diyakinkan’, ‘tidak taat’ (Bible Works 7).

Calvin menafsirkan kata ini sebagai ‘tidak percaya’, dan banyak penafsir juga demikian. A. T. Robertson mengartikan kata ini sebagai ‘tidak taat’ tetapi selanjutnya ia tidak menafsirkan ayat ini. Pulpit Commentary menafsirkan kata Yunani ini sebagai ‘menolak untuk diyakinkan’. Adam Clarke kelihatannya menganggap bahwa artinya adalah ‘tidak percaya’, dan karena tidak percaya, maka tidak ada ketaatan.

Adam Clarke: “‘He that believeth not’ Or, obeyeth not - ‎apeithoon‎: from ‎a‎, the alpha negative, and ‎peithoo‎, to persuade, or peithomai, to obey - the want of the obedience of faith. The person who will not be persuaded, in consequence, does not believe; and, not having believed, he cannot obey.” [= ‘Ia yang tidak percaya’ Atau, tidak taat - APEITHOON: dari A, alfa negatif, dan PEITHOO, meyakinkan, atau PEITHOMAI, taat - tidak adanya ketaatan dari iman. Orang yang tidak mau diyakinkan, dan konsekwensinya, tidak percaya; dan, karena tidak percaya, ia tidak bisa taat].

Catatan: alfa negatif itu A yang artinya ‘tidak / tidak ada’. Misalnya Atheis (tak ada Allah).

Jadi, saya kira tentang ayat tak ada persoalan. Penafsirannya adalah: atau orang itu tidak percaya, atau orang itu tidak mempunyai ketaatan sebagai bukti dari iman.

7)   Fil 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,”.

Jawab:

a)   Kata ‘keselamatan’ di sini artinya adalah ‘the entire course of our calling’ (= seluruh jalan panggilan kita).

Jadi di sini kata ‘keselamatan’ itu mempunyai arti yang berbeda dari biasanya. Di sini, ‘keselamatan’ itu mencakup daerah mulai saat kita percaya sampai saat kita masuk surga.

b)   Kata ‘kerjakan’ dalam bahasa Yunaninya adalah KATERGAZESTHE, yang berasal dari kata kerja yang berarti ‘to bring to completion’ (= menyelesaikan).

Jadi, ‘tetaplah kerjakan keselamatanmu’ berarti: dalam jalan saudara ikut Tuhan, jangan berhenti di tengah jalan! Ikutlah terus dengan tekun, sampai akhir!

c)   Kata-kata ‘dengan takut dan gentar’.

1.   Kata-kata ini tentu tak berarti bahwa kita betul-betul harus ikut Tuhan dengan gemetaran! Artinya adalah: Paulus menghen­daki suatu usaha yang serius!

A. T. Robertson: “Paul has no sympathy with a cold and dead orthodoxy or formalism that knows nothing of struggle and growth” (= Paulus tidak bersimpati dengan kekolotan dan formalisme yang dingin dan mati, yang tidak mengenal pergumulan dan pertum­buhan).

2.   Kata-kata ini juga menunjukkan bahwa dalam berusaha kita harus punya kerendahan hati, yang diwujudkan dengan suatu kesadaran bahwa kita sebetulnya tidak bisa melakukan hal itu dengan kekuatan kita sendiri.

Calvin: “‘With fear and trembling.’ In this way he would have the Philippians testify and approve their obedience - by being submissive and humble. Now the source of humility is this - acknowledging how miserable we are, and devoid of all good. To this he calls them in this statement. For whence comes pride, but from the assurance which blind confidence produces, when we please ourselves, and are more puffed up with confidence in our own virtue, than prepared to rest upon the grace of God. In contrast with this vice is that fear to which he exhorts.” (= ‘Dengan takut dan gentar’. Dengan cara ini ia menginginkan orang-orang Filipi untuk menyaksikan dan menunjukkan ketaatan mereka - dengan tunduk dan rendah hati. Sumber dari kerendahan hati adalah ini - pengakuan betapa menyedihkan adanya kita, dan tidak mempunyai apapun yang baik. Kepada hal ini ia memanggil mereka dalam pernyataan ini. Karena dari mana datangnya kesombongan, kecuali dari kepastian yang dihasilkan oleh keyakinan yang buta, pada waktu kita menyenangkan diri kita sendiri, dan makin sombong dengan keyakinan dalam kebaikan kita sendiri, dari pada siap untuk bersandar pada kasih karunia Allah. Sebagai kontras dengan kejahatan ini adalah rasa takut itu, kepada mana ia mendesak.).

Kesimpulan: ayat ini menekankan tanggung jawab kita. Sekalipun kita diselamatkan oleh iman saja, dan sekalipun keselamatan kita dijamin tidak bisa hilang, itu tak berarti kita boleh hidup santai / semau gue, tetapi harus terus berusaha taat, bukan dengan sombong / keyakinan yang buta, tetapi dengan rendah hati dan bersandar kepada Allah!

8)   Wahyu 21:27 - “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.”.

Ibr 12:14 - “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”.

Ada pendeta yang menggunakan Wah 21:27 itu sebagai dasar bahwa untuk masuk surga harus suci. Tetapi baik Wah 21:27 maupun Ibr 12:14 jelas tak mengajarkan kesucian / kekudusan sebagai dasar untuk masuk surga, tetapi ini merupakan bukti iman, sehingga orang yang mempunyainya menunjukkan dirinya sebagai orang beriman, dan itu yang menyebabkan dia masuk surga. Perhatikan juga bahwa orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan (Wah 21:27b) jelas adalah orang percaya.

9)   Kis 10:34-36 - “(34) Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya. (36) Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.”.

Ada beberapa hal yang perlu dipersoalkan tentang text ini:

a)   Penekanan dari ayat ini, kalau dilihat dari seluruh kontext (Kis 10), adalah bahwa Tuhan tidak membedakan antara orang Yahudi dan orang non Yahudi.

Dalam Perjanjian Lama, memang keduanya sangat dibedakan, tetapi dalam Perjanjian Baru (sejak kematian dan kebangkitan Kristus), maka tembok pemisah antara keduanya sudah diruntuhkan, dan tak ada lagi pembedaan.

Ef 2:11-21 - “(11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu - sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya ‘sunat’, yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, - (12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. (13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’, sudah menjadi ‘dekat’ oleh darah Kristus. (14) Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (15) sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (16) dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. (17) Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’, (18) karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. (19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.”.

Roma 10:12 - Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya..

1Kor 12:13 - Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh..

Gal 3:28 - Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus..

Kol 3:11 - dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu..

b)   Ay 35 mengatakan takut akan Dia dan mengamalkan kebenaran.

Kebanyakan penafsir yang menganggap bahwa kata-kata ‘takut akan Allah’ menunjuk pada kesalehan terhadap Allah, sedangkan kata-kata ‘mengamalkan kebenaran’menunjuk pada kesalehan terhadap sesama manusia.

c)   Kornelius jelas adalah orang yang sudah beriman.

Sekalipun ia adalah orang non Yahudi, tetapi pasti sudah mendengar Firman Tuhan (Perjanjian Lama). Kornelius pasti adalah orang beriman, biarpun imannya merupakan iman Perjanjian Lama (percaya kepada Mesias yang akan datang). Berdasarkan apa saya yakin bahwa ia mempunyai iman Perjanjian Lama? Perhatikan text di bawah ini.

Kis 10:2-3,22,30 - “(2) Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. (3) Dalam suatu penglihatan, kira-kira jam tiga petang, jelas tampak kepadanya seorang malaikat Allah masuk ke rumahnya dan berkata kepadanya: ‘Kornelius!’ ... (22) Jawab mereka: ‘Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan.’ ... (30) Jawab Kornelius: ‘Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilauan”.

Dari text ini terlihat bahwa:

1.         Ia berdoa pada pk 3 petang, yang merupakan jam doa Yahudi (ay 3,30).

Adam Clarke: “I‎t was about the ninth hour of the day, answering to our three o’clock in the afternoon (see note at Acts 3:1), the time of public prayer, according to the custom of the Jews”[= Itu kira-kira jam yang ke 9 dari hari itu, sesuai dengan pk. 3 petang (lihat catatan pada Kis 3:1), saat doa umum, menurut kebiasaan orang-orang Yahudi].

2.         Ia banyak memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi (ay 2)!

Perhatikan bahwa di sini dikatakan bahwa ia memberi banyak sedekah secara khusus kepada umat Yahudi. Ia bisa melakukan hal itu, tidak bisa tidak, karena ia setuju dengan ajaran agama mereka, dan merasa berhutang budi pada ajaran agama mereka yang telah ia terima sebagai kebenaran!

3.         Ia terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi (ay 22).

Calvin (tentang ay 22): “‘Cornelius, a just man.’ Cornelius’ servants commend their master not ambitiously, or to the end they may flatter him, but that Peter may the less abhor his company. And for this cause they say that he was approved of the Jews, that Peter may know that he was not estranged from true and sincere godliness. For even those which were superstitious, though they served idols, did boast that they were worshippers of God. But Cornelius could not have the Jews, who retained the worship of the true God alone, to be witnesses of his godliness, unless he had professed that he worshipped the God of Abraham with them (= ‘Kornelius, orang benar’. Pelayan-pelayan Kornelius memuji tuan mereka bukan secara ambisius, atau dengan tujuan untuk menjilatnya, tetapi supaya Petrus bisa berkurang dalam kejijikannya terhadap kumpulannya. Dan untuk alasan ini mereka berkata bahwa ia direstui oleh orang-orang Yahudi, supaya Petrus tahu bahwa ia bukanlah orang yang asing / jauh dari kesalehan yang benar dan tulus. Karena bahkan mereka yang mempercayai takhyul, sekalipun mereka menyembah berhala, membanggakan diri bahwa mereka adalah penyembah-penyembah Allah. Tetapi Kornelius tidak bisa mempunyai orang-orang Yahudi, yang mempertahankan penyembahan terhadap Allah yang benar saja, menjadi saksi-saksi dari kesalehannya, kecuali ia telah mengaku bahwa ia menyembah Allah dari Abraham bersama mereka).

Calvin, dalam kata-katanya yang telah saya kutip di atas ini, secara benar menjadikan ini sebagai bukti bahwa Kornelius pasti setuju dengan agama Yahudi, karena kalau tidak, tidak mungkin ia akan terkenal baik dalam kalangan bangsa Yahudi.

Ingat bahwa orang-orang Yahudi adalah bangsa yang sangat fanatik dalam hal agama, dan karena itu tidak mungkin sekedar karena sedekah dari Kornelius kepada orang-orang Yahudi menyebabkan ia bisa terkenal baik dalam kalangan orang-orang Yahudi, kalau ia tidak setuju dengan agama Yahudi.

4.         Ia disebut sebagai ‘orang yang benar’.

Dalam ay 22 Kitab Suci Indonesia menyebutkan Kornelius sebagai seorang perwira yang ‘tulus hati’. Ini terjemahan yang salah.

KJV: ‘a just man’ (= seorang yang adil / benar).

RSV: ‘an upright ... man’ (= seorang ... yang lurus / jujur).

NIV/NASB: ‘a righteous ... man’ (= seorang ... yang benar).

Kata Yunani yang dipakai adalah DIKAIOS, dan menurut saya terjemahan ‘orang benar’ adalah yang terbaik.

Bdk. Ro 3:10 - “seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”.

Ia hanya bisa dikatakan sebagai ‘orang benar’ kalau ia mempunyai iman, dan ia tidak mungkin bisa mempunyai iman Perjanjian Baru, karena ia belum pernah mendengar Injil Perjanjian Baru sepenuhnya.

5.   Juga kalau dilihat dari Kis 10:4,31,35 jelas bahwa Kornelius berkenan di hadapan Allah.

Kis 10:4,31,35 - “(4) Ia menatap malaikat itu dan dengan takut ia berkata: ‘Ada apa, Tuhan?’ Jawab malaikat itu: ‘Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. ... (31) dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapanNya. ... (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya..

Ia tidak mungkin bisa berkenan kepada Allah kecuali ia beriman!

Bdk. Ibr 11:4-6 - “(4) Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenanakan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati. (5) Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenankepada Allah. (6) Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”.

Jadi, kalau Kornelius bisa dipuji-puji karena tindakan-tindakan salehnya, tidak bisa tidak, ia pasti adalah orang beriman.

d)   Tetapi bagaimanapun juga Kornelius perlu ditambah pengetahuannya tentang Injil, dan karena itu kalau kita lihat Kis 10:36-43, Petrus memberitakan Injil kepada dia dan keluarganya.

Kis 10:36-43 - “(36) Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang. (37) Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, (38) yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia. (39) Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuatNya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib. (40) Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, (41) bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. (42) Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. (43) Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya.’”.

Kesimpulan: jelaslah bahwa Kornelius pada saat itu adalah orang beriman, biarpun imannya adalah iman Perjanjian Lama, tetapi ini tetap menyebabkan ia sudah bisa membuahkan perbuatan baik dalam kehidupannya.

Jadi jelas, bahwa Kis 10:34-35 tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk mengajar keselamatan karena perbuatan baik

10) Yak 2:14-26 - “(14) Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? (15) Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, (16) dan seorang dari antara kamu berkata: ‘Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!’, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? (17) Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. (18) Tetapi mungkin ada orang berkata: ‘Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan’, aku akan menjawab dia: ‘Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.’ (19) Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. (20) Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? (21) Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? (22) Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. (23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’ (24) Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman. (25) Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (26) Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.”.

Jawab:

Kalau kita sudah pernah membaca surat-surat Paulus, maka kita akan melihat bahwa kelihatannya bagian surat Yakobus ini ber­tentangan dengan banyak bagian surat-surat Paulus.

Contoh:

a)   Ro 3:28 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.

Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.”.

Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”.

b)   Ro 4:1-4 dan Gal 3:6 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:21.

Ro 4:1-4 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ (4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.”.

Gal 3:6 - “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”.

Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?”.

c)   Ef 2:8-9 kelihatannya bertentangan dengan Yak 2:24.

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”.

Yak 2:24 - “Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.”.

Juga kelihatannya Ibr 11:31 bertentangan dengan Yak 2:25.

Ibr 11:31 - “Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”.

Yak 2:25 - “Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?”.

Ada beberapa hal yang perlu dimengerti untuk bisa memperdamai­kan / mengharmoniskan Paulus dan Yakobus:

1.   Adanya perbedaan tujuan.

Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh ajaran Yahudi yang menekankan keselamatan karena perbuatan baik.

Bdk. Kis 15:1-2 - “(1) Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’ (2) Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.”.

Karena itu Paulus justru mene­kankan habis-habisan bahwa hanya imanlah yang menyebabkan kita diselamatkan (Gal 2:16,21  Ef 2:8-9).

Tetapi Yakobus menulis kepada orang-orang yang sekalipun mengaku sebagai orang kristen, tetapi hidupnya sama sekali tidak mirip hidup kristen. Karena itu ia justru menekankan perbuatan baik.

2.   Adanya perbedaan penggunaan istilah.

a.         Istilah ‘pekerjaan / perbuatan baik’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini maka ia memaksudkannya sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyelamatkan diri kita. Karena itu maka ia berkata bahwa perbuatan baik tidak diperlukan (yang menyebabkan kita selamat hanyalah iman!).

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, ia memaksud­kannya sebagai akibat / hasil dari keselamatan. Karena itu ia mengatakan bahwa perbuatan baik harus ada dalam diri orang kristen.

b.         Istilah ‘iman / percaya’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka ia menunjuk pada iman kepada Yesus Kristus.

Tetapi kalau Yakobus menggunakan istilah ini, maka ia memaksudkan ‘pengakuan percaya dengan mulut’ (bdk. ay 14 - ‘seorang mengatakanbahwa ia mempunyai iman’). Perkecualiannya adalah Yak 2:23, karena di sana Yakobus mengutip dari Kej 15:6.

c.         Istilah ‘dibenarkan’.

Kalau Paulus menggunakan istilah ini, maka artinya adalah ‘orangnya dibenarkan oleh Allah’.

Tetapi kalau Yakobus memakai istilah ini, maka maksudnya adalah ‘pengakuan orang itu yang dibenarkan’ (artinya: pengakuannya benar / tidak dusta).

Catatan:

(1)  Kita harus membedakan arti dari istilah-istilah ini, karena kalau tidak, maka kita akan betul-betul mendapatkan kontradiksi yang tidak terhamoniskan antara Yakobus dan Paulus.

Pembedaan arti untuk istilah yang sama juga terjadi dalam kasus di bawah ini:

Mat 5:17-18 - “(17) ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”.

Ef 2:15 - “sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.

Dalam kedua text di atas ada istilah ‘hukum Taurat’. Tetapi kalau dalam Mat 5:17-18 dikatakan bahwa hukum Taurat tidak akan ditiadakan, maka dalam Ef 2:15 dikatakan bahwa pada saat kematian Yesus hukum Taurat itu dibatalkan. Satu-satunya cara untuk mengharmoniskan kedua text ini adalah dengan memberikan arti yang berbeda untuk istilah ‘hukum Taurat’ itu. Dalam Mat 5:17-18, istilah ‘hukum Taurat’ harus diartikan hukum moral, sedangkan dalam Ef 2:15, istilah ‘hukum Taurat’ itu harus diartikan ‘ceremonial law’ (= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan).

Kalau pembedaan arti untuk istilah yang sama boleh dilakukan di sini, mengapa tidak boleh juga dilakukan untuk mengharmoniskan Yakobus dengan Paulus?

(2)  Kalau saudara mau mengerti Yak 2:14-26 ini dengan benar, maka adalah sesuatu yang mutlak penting bagi saudara untuk mengingat dengan baik cara Yakobus menggunakan istilah-istilah di atas!

Kesimpulan:

Dalam Yak 2:14-26 ini Yakobus punya satu tujuan pengajaran: pengakuan percaya tidak boleh / tidak bisa dipisahkan dari perbuatan baik. Sebaliknya pengakuan percaya harus dibuktikan kebenarannya melalui perbuatan baik.

Mungkin ia menuliskan bagian ini untuk memberi keseimbangan terhadap doktrin salvation by faith (= keselamatan oleh iman) yang diajarkan oleh Paulus.

Kemungkinan yang lain adalah: ia menuliskan ini untuk memberi keseimbangan terhadap tulisannya sendiri tentang ‘hukum yang memerdekakan’ (Yak 1:25  2:12). Dengan demikian secara keselu­ruhan ia mengajarkan bahwa sekalipun orang kristen sudah dimer­dekakan dari dosa oleh iman kepada Kristus, itu tidak boleh diartikan bahwa orang kristen lalu merdeka untuk berbuat dosa!

Satu hal yang tak boleh dilupakan adalah bahwa dalam kontext Yak 2:14-26 itu sendiri, Yakobus tetap menunjukkan kepercayaan yang sama dengan Paulus, yaitu keselamatan karena iman saja, yaitu dalam Yak 2:23 dimana ia mengutip Kej 15:6.

Yak 2:23 - “Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: ‘Lalu percayalahAbraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’ Karena itu Abraham disebut: ‘Sahabat Allah.’”.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah bahwa iman tidak mungkin digabungkan dengan perbuatan baik sebagai syarat keselamatan, karena adanya ayat ini.

Ro 11:5-6 - “(5) Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. (6) Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.”.


Kesimpulan tentang semua ayat-ayat yang seakan-akan menunjukkan keselamatan karena perbuatan baik. Ada beberapa kemungkinan:
1.   Perbuatan baik merupakan bukti dari iman, dan adanya perbuatan baik menunjukkan adanya iman, dan sebaliknya, adanya iman pasti menimbulkan perbuatan baik.
2.   Tujuannya ayat-ayat seperti itu adalah mendorong orang Kristen supaya berbuat baik.
3.   Perbuatan baik hanya menyelamatkan, kalau perbuatan baik itu dilakukan secara sempurna (tanpa pernah gagal / berbuat dosa).
4.         Perbuatan baik itu merupakan tanggung jawab orang percaya.

Yang jelas, tidak ada ayat dimana perbuatan baik betul-betul dinyatakan sebagai sesuatu yang bisa menyelamatkan kita, atau membantu kita dalam keselamatan kita. Kalau untuk keselamatan, maka karya Kristus di atas kayu salib sudah cukup, dan kita hanya perlu percaya kepada Dia.
Ayat-ayat yang Seolah-olah Menunjukkan Keselamatan Karena Perbuatan Baik
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url