DOA YESUS (Sebuah perenungan untuk Anda): Yohanes 17:1-26
Setiap orang Kristen pasti bisa berdoa. Namun jika kita mau menyimak Doa Yesus yang dicatat oleh Yohanes dalam InjilNya, maka itu merupakan suatu doa yang benar-benar indah, bermakna sangat dalam dan sangat berkuasa. Di dunia ini, tidak ada seorang manusia pun di sepanjang sejarah dapat berdoa seperti Yesus berdoa.
Untuk lebih memahami makna Doa Yesus tersebut, kita perlu membaginya dalam lima perikop, agar secara jelas dan rinci kita bisa memahami makna yang terkandung di dalam Doa Yesus tersebut, yang sangat penting bagi kehidupan kekristenan kita.
I). KEMULIAAN SALIB
“Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yohanes 17:1-5)
Bagi Yesus, kehidupan mempunyai suatu klimaks, dan itulah Salib. BagiNya, salib itu adalah kemuliaan hidup dan jalan kemuliaan kekekalan. “Telah tiba saatnya,” kataNya, “Anak Manusia akan dipermuliakan.” (Yohanes 12:23). Apakah yang Yesus maksudkan kalau Ia berkali-kali berkata-kata tentang Salib sebagai kemuliaanNya dan mempermuliakanNya? Ada lebih sari satu jawaban atas pertanyaan itu.
1). Adalah fakta dalam sejarah, bahwa orang-orang besar menerima kemuliaannya di dalam kematian. Kematian mereka dan cara kematian mereka itulah yang menunjukkan kepada orang banyak apa dan siapa mereka itu sebenarnya. Mereka mungkin telah disalah mengerti, dinilai kurang, dihukum sebagai penjahat-penjahat semasa hidup mereka, akan tetapi kematian merekalah yang menunjukkan tempat mereka yang sebenarnya di dalam kerangka sejarah.
Abraham Lincoln mempunyai musuh-musuh pada masa hidupnya, tetapi mereka yang telah mengecam dia pun melihat kebesarannya ketika dia mati. Seorang keluar dari tempat Lincoln dibaringkan setelah dia ditembak mati, mengatakan, “Sekarang dia menjadi milik segala abad.” Stanton, menteri urusan perangnya, yang selalu memandang Lincoln sebagai seorang yang kasar dan tidak tahu adat sebab tidak pernah menyembunyikan rasa amarahnya kepada orang lain, melihat kepada jenasah itu dengan mengucurkan airmata dan berkata, “Inilah seorang pemimpin manusia yang terbesar yang pernah ada di dunia.”
Kemuliaan seorang syahid nampak di dalam kematiannya. Demikian pula dengan Yesus, bahkan Kepala pasukan pada kaki Salib berkata, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (Matius 27:54). Salib menjadi kemuliaan bagi Yesus karena Dia tidak pernah nampak lebih mulia daripada di dalam kematianNya. Salib itu menjadi kemuliaanNya, karena daya tariknya menarik orang kepada Dia dengan cara yang tidak bisa dilakukan bahkan oleh hidupNya – dan sekarang masih demikian juga.
2). Salib adalah kemuliaan bagi Yesus karena merupakan penggenapan pekerjaanNya. “Aku telah menyelesaikan pekerjaan”, kata Yesus, “yang Engkau telah berikan kepadaKu untuk dilakukan.” BagiNya, untuk mengakhiri tugasNya tanpa Salib akan berarti, bahwa tugasNya belumlah lengkap. Mengapa harus demikian? Yesus telah datang ke dunia ini untuk memberitakan kasih itu kepada mereka. Seharusnya Dia tidak pergi ke Salib, seolah-olah kasih Allah akan berkata, “Sampai sekian saja dan tidak lebih jauh.” Dengan perginya Dia ke Salib, Yesus menunjukkan bahwa karena kasihNya Allah bersedia melakukan segala sesuatu dan menderita bagi manusia, bahwa benar-benar tidak ada batasnya.
Sebuah lukisan yang termasyhur dari Perang Dunia Pertama menunjukkan seorang insinyur sedang memperbaiki kawat telepon di lapangan. Ia baru saja menyelesaikan pemasangan kawat itu sehingga berita yang amat penting dapat dikirim melewatinya, maka tertembaklah dia. Gambar itu menunjukkan saat dia mati, dan di bawah lukisan itu hanya ada satu kata, “Selesai!” Dia telah memberikan hidupnya, agar berita itu dapat dikirim melalui kawat telepon itu.
Dalam suatu insiden perang di Bristol, ada seorang muda bernama Derek Bellfall yang menjadi pesuruh dan bertugas di suatu Pos Pencegahan Serangan Udara. Ia disuruh untuk membawa suatu pesan ke pos yang lain denganmenaiki sepeda. Pada perjalanan pulang, sebuah bom melukai dan menewaskan dia. Ketika orang menemukan dia, dia masih sadar. Kata-kata terakhir yang sempat ia bisikkan adalah, “Pesuruh Bellfall melaporkan – aku telah menyampaikan pesan.”
Itulah persis yang dilakukan Yesus. Dia telah menyelesaikan tugasNya. Dia menyampaikan kasih Allah kepada manusia. BagiNya itu berarti Salib, dan Salib adalah kemuliaanNya karena Ia menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Allah untuk dilaksanakanNya. Dia memberi kepastian kepada manusia mengenai kasih Allah.
3). Bagaimanakah Salib itu memuliakan Allah? Cara satu-satunya untuk memuliakan Allah ialah dengan mematuhi Dia. Seorang anak menyatakan hormatnya kepada orangtua, jika ia menyatakan kepatuhannya. Seorang warganegara menghormati negaranya, jika ia patuh. Seorang murid menghormati gurunya jika ia mematuhi gurunya. Yesus membawa kemuliaan dan hormat kepada Allah. Cerita Injil dengan jelas menyatakan bahwa Yesus sebenarnya dapat melarikan diri dari Salib. Berbicara secara manusia, Yesus sebenarnya dapat berbalik dan tidak lagi pergi ke Yerusalem. Kalau kita melihat kepada Yesus pada hari-hari terakhir, kita harus mengatakan, “Lihatlah, bagaimana Dia mencintai Allah! Lihatlah, sampai sedemikian jauhnya kepatuhanNya!” Yesus memuliakan Allah di kayu Salib dengan kepatuhan sempurna dari kasih yang sempurna.
4). Yesus berdoa kepada Allah untuk memuliakan Allah, dan untuk memuliakan diriNya sendiri. Salib bukanlah merupakan akhir. Kebangkitan masih menyusul. Inilah yang menjadi pemulihan bagi Yesus. Inilah bukti bahwa manusia dapat berbuat yang terburuk dan bahwa Yesus dapat tetap menang. Seolah-olah Allah menunjuk kepada Salib dan berkata, “Itulah yang manusia pikirkan tentang AnakKu”, dan kemudian menunjuk kepada Kebangkitan, dan berkata, “Itulah yang Aku pikirkan tentang AnakKu.” Salib adalah hal yang terburuk yang dapat diperbuat oleh manusia kepada Yesus, akan tetapi segala keburukan mereka tidak dapat menaklukkan Dia. Kemuliaan Kebangkitan meniadaklan rasa malu Salib.
5). Bagi Yesus, Salib merupakan jalan pulang. “Permuliakanlah Aku.”, doaNya, “dengan kemuliaan yang ada padaKu sebelum dunia ini dijadikan.” Dia adalah seperti seorang panglima yang meninggalkan istana raja untuk melakukan suatu yang amat berbahaya dan mengerikan, dan yang, setelah melakukannya, pulang kembali dalam kemenangan untuk memperoleh kemuliaan seorang pemenang. Yesus telah datang dari Allah, dan kembali kepadaNya.Pekerjaan yang luar biasa beraninya di antara kedatanganNya dan pulangNya kembali adalah Salib. Maka bagi Dia, Salib itu adalah pintu gerbang menuju kemuliaan, dan sekiranya Ia menolak untuk melaluinya, tidak akan ada kemuliaan yang diterimaNya. Bagi Yesus, Salib itu adalah jalan kembali kepada Allah.
Dalam perikop ini, ada gagasan lain lagi yang penting, karena di dalamnya ada definisi Perjanjian Baru tentang kehidupan yang kekal. Mengenal Allah dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus olehNya, adalah hidup yang kekal. Perlu kita ketahui , apa arti kekal itu. Kata Yunaninya ialah aionis. Kata ini tidak banyak dihubungkan dengan lamanya kehidupan, karena kehidupan yang berlangsung terus menerus tidak harus berarti suatu keuntungan.Artinya yang pokok adalah kualitas kehidupan. Hanya ada satu oknum kepada siapa kata aionis dapat diterapkan secara tepat. Dan itulah Allah. Oleh karena itu kehidupan yang kekal tidak lain adalah kehidupan Allah sendiri. Memiliki dan memasukinya, berarti mengalami di sini dan sekarang, secercah dan kesemarakan, dan kebesaran, kesukaan, damai, dan kesucian yang kesemuanya tak dapat dipisahkan dari kehidupan Allah.
Mengenal Allah adalah duatu gagasan yang khas dari Perjanjian Lama. Hikmat itu adalah “pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya” (Amsal3:18). Impian Habakuk mengenai zaman keemasan ialah “bahwa bumi akanpenuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan” (Habakuk 2:14). Pernah ada satu pertanyaan, ayat manakah dalam Alkitab yang paling pendek, tapi yang dalamnya tercakup semua pokok penting hukum Taurat? Jawabnya Amsal 3:6, yang berarti secara harfiah : “Kenallah Dia, maka Dia akan menuntun jalanmu.” Nabi Amos telah meringkaskan semua perintah-perintah dari Hukum Taurat menjadi satu hukum, ketika ia berkata : “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” (Amos 5:4), karena mencari Allah berarti mencari untuk mengenal Dia.
Apakah artinya mengenal Allah?
1. Tentu perlu ada unsur pengetahuan secara intelektual. Hal itu berarti bahwa setidak-tidaknya mengenai sebagian tentang bagaimanakah Allah itu sangat penting. Ambilah dua contoh. Orang-orang penyembah berhala percaya kepada sejumlah ilah. Tiap bukit,pohon, sungai, gunung, selokan, mempunyai ilah dan rohnya; semua roh itu bermusuhan dengan manusia, dan orang-orang itu selalu takut kepada ilah-ilah itu; mereka senantiasa hidup dalam ketakutan berbuat salah kepada salah satu ilah itu. Para missionaris menceritakan betapa berartinya kelepasan yang datang kepada mereka tatkala mereka mengetahui bahwa hanya ada satu Allah. Pengetahuan yang baru ini menyebabkan perubahan besar dalam hidup mereka. Selanjutnya, sesudah mereka mengetahui bahwa Allah tidaklah keras dan kejam, melainkan kasih, maka sikap hidup mereka berputar 180 derajat.
Sekarang kita mengetahui semua ini, tetapi kita tidak pernah mengetahuinya kalau Yesus tidak datang untuk menyatakannya. Kita memasuki hidup yang baru, kita mendapatkan sedikit bagian dari hidup Allah sendiri, melalui pekerjaan Yesus, kita mengetahui bagaimanakah Allah itu. Mengetahui bagaimanakah Allah itu, adalah kehidupan yang kekal.
2. Akan tetapi ada sesuatu lagi. Perjanjiian Lama biasa menggunakan kata mengetahui (mengenal) untuk kata ‘bersenggama’. “Adam mengenal Hawa isterinya, lalu Hawa menjadi hamil dan melahirkan kain.” (Kejadian 4:1). Pengenalan suami isteri merupakan hal yang paling intim yang bisa terjadi. Suami dan isteri tidak lagi dua; mereka merupakan satu daging. Persenggamaan itu pada dirinya bukanlah hal yang penting; hal yang penting ialah adanya keintiman hati, pikiran, dan jiwa di dalam cinta kasih sejati, yang mendahului tindakan sanggama itu. Mengenal Allah, oleh karenanya, tidak hanya mempunyai pengetahuan intelektual tentang Dia. Melainkan mempunyai hubungan pribadi yang intim dengan Dia, sama seperti hubungan yang paling dekat dan mesra dalam hidup. Sekali lagi, tanpa Yesus, hubungan intim semacam itu dengan Allah tidak akan mungkin dan tidak dapat dibayangkan. Yesuslah yang mengajarkan kepada manusia bahwa Allah tidaklah jauh dan tentu dapat didekati; tetapi Bapa, yang nama dan sifatNya adalah kasih.
Mengenal Allah berarti mengetahui bagaimana Allah itu dan mempunyai hubungan yang intim dengan Dia; dan kedua hal itu tidaklah mungkin tanpa Yesus Kristus.
II). PEKERJAAN YESUS
“Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 17:6-8)
Yesus memberikan kepada kita definisi pekerjaan yang Dia lakukan. Dia mengatakan kepada Allah : “Aku telah menyatakan namaMu.” Ada dua ide yang besar di sini, masing-pmasing akan sangat jelas bagi mereka yang mendengar ucapan ini untuk pertamakalinya.
1. Pandangan yang penting dan khas dari Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama nama sangat penting. Nama bukanlah sekedar nama untuk memangil seseorang; nama itu berarti seluruh sifat-sifat dan pribadiu orang sepanjang yang dapat diketahui.Pemazmus berkata, “Orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu.” (Mazmur 9:11). Jelaslah tidak berarti bahwa mwereka yang tahu nama sebutan Allah akan percaya kepadaNya; yang diartikan ialah bahwa mereka yang mengenal bagaimana Allah itu, mereka yang mengenal sifat dan hakekatNya akan bergembira untuk mempercayai Dia.
Pemazmur berkata, “Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.” (Mazmur 20:8). Ini berarti bahwa ia dapat mempercayai Allah karena ia mengetahui bagaimana Allah itu. Pemazmur berkata, “Aku akan memasyhurkan namaMu kepada saudara-saudaraku.” (Mazmur 22:23). Ini adalah mazmur yang menurut kepercayaan orang-orang Yahudi adalah nubuat tentang Messias dan pekerjaan Mesias adalah untuk menyatakan kepada saudara-saudaranya bagaimana Allah itu. Menurut penglihatan nabi Yesaya, pada zaman yang baru “UmatKu akan mengenal namaKu.” (Yesaya 52:6). Itu berarti bahwa pada hari-hari zaman keemasan itu orang akan mengenal sepenuhnya dan sebenarnya bagaimanakah Allah itu.
Maka ketika Yesus berkata, “Aku telah menyatakan namaMu”, Ia sebenarnya mengatakan : “Aku telah memberi kemungkinan kepada manusia untuk melihat bagaimana sebenarnya hakekat Allah itu.” Dengan lain kata Ia berkata, “Dia yang telah melihat Aku, telah melihat Bapa.” (Yohanes 14:9). Itulah tuntutan Yesus yang tertinggi bahwa di dalam Dia orang melihat pikiran, sifat dan hati Allah.
2. Akan tetapi masih ada ide yang lain di sini. Pada zaman yang kemudian, bila orang-orang Yahudi berbicara tentang nama Allah, mereka maksudkan simbol empat huruf suci, yang disebut tetragramaton, yaitu YHWH. Nama itu dipandang sedemikian sucinya sehingga tidak pernah diucapkan, kecuali oleh Imam Besar bila ia memasuki tempat yang mahakudus pada Hari Penebusan.
Empat huruf ini mewakili nama Yahweh. Kita biasanya menyebut Yehovah dan pergantian dalam bunyi vokal disebabkan bunyi vokal dari Yahweh adalah Adonai, yang berarti Tuhan. Dalam abjad Ibrani sama sekali tidak ada huruf vokal. Kemudian bunyi-bunyi vokal dinyatakan dengan tanda-tanda kecil yang dibubuhkan di bawah dan di atas huruf-huruf konsonan. Keempat huruf YHWH itu dipandang sedemikian suci sehingga huruf-huruf vokal dari Adonai dibubuhkan dibawahnya sehingga seorang pembaca yang menjumpai YHWH, dia tidak membacanya Yahweh, melainkan Adonai. Itu berarti bahwa pada zaman Yesus, nama Allah demikian sucinya sehingga rakyat biasa tidak boleh mengetahuinya, lebih-lebih mengucapkannya. Allah adalah raja yang jauh dan tidak kelihatan, dan namaNya tidak boleh dioucapkan oleh rakyat biasa. Maka Yesus berkata : “Aku telah memberitahukan kepadamu nama Allah; nama yang begitu suci itu dapat sekarang diucapkan karena apa yang telah Aku kerjakan. Aku telah mendekatkan Allah yang jauh dan tidak kelihatan itu sehingga orang yang paling sederhana pun dapat berkata-kata denganNya dan menyebutkan namaNya.”
Tuntutan Yesus yang besar ialah bahwa Dia telah menyatakan kepada manusia hakekat dan sifat sesungguhnya Allah; dan mendekatkanNya sedemikian rupa sehingga orang Kristen yang paling sederhana pun dapat mengucapkan nama itu.
Selanjutnya bagian ini juga memberi terang yang menerangi arti pemuridan.
1. Pemuridan didasarkan atas kesadaran bahwa Yesus datang dari Allah. Murid itu pada hakekatnya adalah seorang yang telah menyadari bahwa Yesus adalah duta dari Allah, dan bahwa di dalam kata-kataNya kita mendengar suara Allah, dan di dalam perbuatan-perbuatanNya kita melihat tindakan Allah. Murid itu adalah seorang yang melihat Allah di dalam Yesus dan yang menyadari bahwa tidak sesuatu pun dalam alam semesta ini yang satu dengan Allah seperti Yesus satu dengan Allah.
2. Pemuridan bermuara pada kepatuhan. Murid adalah seorang yang memegang perkataan Allah seperti yang ia dengar di dalam Yesus. Dia adalah seorang yang menerima Yesus sebagai tuannya. Selama kita ingin melakukan apa yang kita ingini sendiri, kita tidak bisa menjadi murid; karena pemuridan berarti penyerahan diri.
3. Pemuridan adalah sesuatu yang ditentukan. Murid-murid Yesus diberikan kepadaNya oleh Allah. Di dalam rencana Allah mereka ditentukan untuk menjadi murid. Ini tidak berarti bahwa Allah menentukan beberapa orang untuk menjadi murid dan beberapa orang lain ditolak untuk menjadi murid.
Pikirkanlah hal ini dengan cara berikut ini. Seorang ayah mempunyai rencana besar bagi anaknya; dia merencanakan suatu masa depan baginya; akan tetapi si anak dapat menolak masa depan itu dan mengikuti jalannya sendiri. Seorang guru memikirkan suatu masa depan yang besar bagi muridnya; dia melihat di dalam murid itu kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang besar bagi Allah dan manusia; tetapi si murid dapat menolak tugas yang ditawarkan itu karena kemalasan atau memikirkan kepentingan diri sendiri saja. Jika kita mengasihi seseorang, kita selalu memimpikan masa depannya dan merencanakan kebesarannya; tetapi impian dan rencana itu dapat digagalkan.
Orang-orang Farisi percaya kepada nasib, tetapi mereka percaya juga kepada kehendak yang bebas. Salah satu pepatah mereka yang besar ialah : “Segala sesuatu telah didekritkan, kecuali ketakutan akan Allah.” Allah mempunyai rencanaNya, impianNya, dan tujuan untuk tiap orang. Dan tanggung jawab kita yang hebat sekali ialah bahwa kita bisa menerima atau menolaknya. Seorang telah mengatakan, “Nasib (fate) adalah sesuatu yang diharuskan untuk kita lakukan, yang ditentukan (destiny) adalah apa yang dimaksudkan untuk kita lakukan.”
Dalam seluruh perikop dan malahan dalam seluruh pasal ini, jelas kelihatan keyakinan mengenai apa yang akan terjadi nanti. Dia ada bersama-sama dengan murid-muridNya, orang-orang yang Allah telah berikan kepadaNya; dan Dia tidak pernah meragukan bahwa mereka akan melaksanakan pekerjaan yang telah Dia berikan kepada mereka. Marilah kita ingat kembali siapakah dan apakah mereka itu.
Seorang penafsir yang besar mengatakan : “Sebelas orang sederhana dari Galilea setelah pekerjaanNya selama tiga tahun! Tetapi itu cukup bagi Yesus, sebab di dalam sebelas orang ini Dia melihat jaminan bagi dunia ini, nampaknya Dia tidak mempunyai cukup dasar untuk punya harapan. Yang telah Dia capai nampaknya begitu kecil dan yang Dia menangkan begitu sedikit, dan orang-orang yang besar, ortodoks dan kaum agama pada zaman itu melawan Dia. Tetapi Yesus mempunyai keyakinan, yakni keyakinan yang berasal dari Allah. Dia tidak takut terhadap permulaan yang kecil. Dia tidak pesimistis terhadap masa depan. Dia nampaknya berkata: “Aku hanya memenangkan sebelas orang yang biasa-biasa saja; tetapi berilah Aku yang sebelas orang yang biasa-biasa itu dan Aku akan mengubah dunia.”
Yesus mempunyai dua hal – percaya kepada Allah dan percaya kepada manusia. Salah satu hal yang menguatkan kita di dunia ini ialah bahwa Yesus menaruh kepercayaan kepada manusia yang seperti kita ini. Karenanya, kita juga tidak boleh menjadi kuatir karena kita adalah manusia lemah dan kecil. Kita pun harus maju terus dengan kepercayaan yang teguh kepada Allah dan kepada manusia. Maka kita tidak akan pernah menjadi orang pesimis, karena dengan kedua kepercayaan itu kemungkinan-kemungkinan hidup menjadi tidak terbatas.
III). DOA YESUS UNTUK MURID-MURIDNYA
“Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.” (Yohanes 17:9-19)
Perikop ini padat dengan kebenaran-keba\enaran yang begitu besar, sehingga kita hanya bisa menangkap bagian-bagian kecilnya saja.
Pertama-tama, ia menceritakan kepada kita sedikit tentang murid Yesus.
1. Murid-murid itu telah diberikan kepada Yesus oleh Allah. Apakah artinya itu? Itu artinya bahwa Roh Allah menggerakkan hati kita untuk menjawab panggilan Yesus.
2. Melalui murid-muridNya kemuliaan telah datang kepada Yesus. Pasien yang disembuhkan memberi kemuliaan kepada si dokter; seorang ilmuwan yang pernah menerima pengajaran dari gurunya akan membawa kehormatan bagi gurunya; seorang olahragawan yang pernah mendapat bimbingan akan membawa kehormatan bagi pelatihnya. Orang-orang yang telah diselamatkan Yesus akan membawa kehormatan bagi Dia. Orang jahat yang dijadikan baik menjadi kehormatan bagi Yesus.
3. Murid adalah orang yang diutus untuk melakukan suatu tugas. Seperti Allah telah mengutus Yesus, demikianlah Yesus mengutus murid-muridNya. Inilah keterangan yang membingungkan dalam perikop ini. Yesus memulai dengan mengatakan bahwa Dia tidak mendoakan dunia; namun Dia telah datang karena Allah sangat mengasihi dunia ini. Tetapi, seperti yang telah kita lihat, dalam Injil Yohanes kata ‘dunia’ mempunyai arti “masyarakat manusia yang mengorganisir dirinya sendiri tanpa Allah”. Yang Yesus lakukan bagi dunia ialah mengutus murid-muridNya ke dalam dunia supaya mereka dapat membawa dunia itu kembali kepada Allah dan menyadarkan dunia itu tentang Allah. Dia mendoakan orang-orangNya agar mereka menjadi sedemikian rupa sehinga dapat memenangkan dunia bagi Dia.
Selanjutnya bagian ini menceritakan kepada kita bahwa Yesus menawarkan dua hal kepada setiap orang-orangNya :
(1) Dia menawarkan sukacitaNya kepada mereka. Segala apa yang Dia katakan kepada mereka dimaksudkan untuk mnemberi sukacita kepada mereka.
(2) Dia memberikan juga kepada mereka peringatan. Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah lain daripada dunia, dan mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang lain daripadanya kecuali kebencian. Nilai-nilai dan standar-standar mereka adalah berbeda daripada yang dipakai oleh dunia. Akan tetapi ada sukacita dalam perjuangan melawan badai dan melawan arus. Dengan menghadapi permusuhan dari dunia, kita justru mengalami kesukaan Kristen.
Kemudian di dalam bagian ini Yesus mengucapkan pengakuan yang terbesar yang pernah dibuatNya : “Segala miliKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu.” Bagian pertama kalimat itu wajar dan mudah dimengerti, karena segala hal adalah milik Allah, dan Yesus telah mengatakannya berulang kali. Akan tetapi bagian kedua kalimat itu adalah tuntutan yang mengherankan – “MilikMu adalah milikKu”. Martin Luther telah mengatakan, “Tak ada makhluk ciptaan yang dapat berkata begitu.” Sebelumnya belum pernah Yesus menegaskan begitu jelas dan hidup mengenai kesatuanNya dengan Allah. Yesus begitu bersatu dengan Allah, sehingga Ia menggunakan kuasa dan hak-hak Allah yang istimewa.
Selanjutnya yang sangat penting dalam bagian ini ialah bahwa di bagian ini ia menceritakan kepada kita mengenai hal-hal yang Yesus doakan bagi murid-muridNya.
(1) Pokok yang pertama yang perlu diperhatikan ialah bahwa Yesus tidak mendoakan agar murid-muridNya diambil dari dunia ini. Dia tidak pernah berdoa agar mereka bisa mendapatkan jalan pelarian. Dia berdoa agar mereka bisa mendapatkan kemenangan.
Macam kekristenan yang mengisolasi diri dalam biara, sama sekali bagi Yesus nampaknya bukanlah kekristenan. Macam kekristenan yang intinyadoa dan meditasi pribadi dan hidup yang menarik diri dari dunia, dipandang oleh Yesus sebagai versi iman yang telah menyimpang daripada versi iman yang benar yang diwujudkan oleh kematianNya. Dia menyatakan dengan tegas bahwa kekristenan harus dihayati di tengah-tengah persoalan dan hiruk pikuk kehidupan.
Tentunya doa dan meditasi dan saat teduh itu perlu, di mana kita menutup pintu terhadap dunia ini dan ingin bersendirian dengan Allah. Akan tetapi semuanya itu bukanlah tujuan terakhir dari kehidupan, melainkan merupakan alat-alat untuk mencapai tujuan itu, dan tujuan itu lebih menampakkan kehidupan Kristen di dalam pekerjaan sehari-hari di dunia ini. Kekristenan tidak pernah dimaksudkan untuk menarik diri dari kehidupan sehari-hari, melainkan untuk memberikan perlengjkapan yang lebih baik baginya.
Kekristenan tidak menawarkan kelepasan dari masalah-masalah, melainkan suatu cara untuk memecahkannya. Kekristenan tidak menawarkan perdamaian yang indah, melainkan perang yang berkemenangan. Ia tidak menawarkan kepada kita suatu kehidupan yang terlepas dari segala kesulitan, melainkan kehidupan yang dapat menghadapi dan mengalahkan kesulitan-kesulitan itu. Betapapun juga benarnya bahwa orang Kristen bukanlah dari dunia ini, namun tetap benar bahwa ia berada di dalam dunia dan kekristenannya harus dihayati dalam dunia. Dia tidak pernah boleh mempunyai keinginan untuk meninggalkan dunia ini, akan tetapi selalu ingin untuk memenangkannya.
(2) Yesus mendoakan kesatuan murid-muridNya. Di mana ada perpecahan, di mana ada eksklusivisme, di mana ada persaingan di antara gereja-gereja, maka kekristenan dirugikan dan doa Yesus dibuyarkan. Injil tidak bisa diberitakan dengan sungguh-sungguh di jemaat mana pun juga yang tidak merupakan satu kelompok kesatuan saudara bersaudara. Dunia tidak bisa diinjili oleh gereja-gereja yang bersaing. Yesus berdoa agar murid-muridNya sepenuhnya bisa menjadi satu seperti Dia dan Bapa satu adanya. Doa Yesus yang satu inilah yang paling banyak dihalangi oleh pribadi-pribadi Kristen dan oleh gereja-gereja, sehingga doa itu tidak mendapat jawaban.
(3) Yesus berdoa agar Allah melindungi murid-muridNya dari serangan si jahat. Alkitab bukanlah sebuah kitab yang spekulatif; ia tidak membicarakan asal usul kejahatan, akan tetapi yang pasti ialah, bahwa di dalam dunia ini ada kuasa jahat yang melawan kuasa Allah. Allah adalah pengawal hidup kita dan menjaga kita terhadap serangan-serangan si jahat. Ini menguatkan kita. Kenyataan bahwa kita seringkali gagal adalah karena kita berusaha untuk menghadapi kehidupan dengan kekuatan kita sendiri dan lupa untuk mencarfi pertolongan dan untuk mengingat kehadiran Allah yang melindungi.
(4) Yesus berdoa agar murid-muridNya dikuduskan dalam kebenaran. Kata yang dipakai untuk menguduskan adalah hagiazein yang berasal dari kata sifat hagios. Di dalam Perjanjian Baru, kata hagios biasanya diterjemahkan dengan kudus, tetapi arti dasarnya ialah berbeda atau terpisah. Jadi Hagiazein mengandung dua arti :
(a) Kata itu berarti memisahkan (mengasingkan) untuk suatu tugas tertentu. Ketika Allah memangil nabi Yeremia, Dia berkata kepadanya : ”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5). Bahkan sebelum kelahirannya, Allah telah mengasingkan Yeremia untuk suatu tugas yang khusus. Ketika Allah menetapkan keimaman di Israel, Dia memerintahkan Musa untuk menahbiskan anak-anak Harun dan untuk menguduskan mereka agar mereka dapat melayani jabatan imam (Keluaran 28:4). Anak-anak Harun telah diasingkan bagi suatu jabatan yang khusus dan tugas yang khusus.
(b) Hagiazein tidak hanya berarti mengasingkan untuk jabatan dan tugas yang khusus, tetapi juga berarti melengkapi seorang dengan mutu akal budi dan hati dan sifat yang diperlukan bagi tugas itu. Jika seorang hendak melayani Allah, dia harus mempunyai sedikit dari kebaikan dan hikmat Allah di dalam dirinya. Orang yang ingin melayani Allah yang kudus, dia sendiri harus kudus juga. Dan dengan demikian Allah tidak hanya memilih orang bagi pelayananNya yang khusus dan mengasingkannya untuk itu, tetapi Dia juga melengkapi orang itu dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas itu.
Kita harus selalu ingat bahwa Allah telah memilih kita dan mengukuhkan kita bagi pelayananNya yang khusus. Pelayanan khusus itu ialah agar kita mengasihi dan mematuhi Dia dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan Allah tidak membiarkan kita untuk melaksanakan tugas besar itu dengan kekuatan kita sendiri, akan tetapi berdasarkan anugerahNya Dia membuat kita cakap bagi tugas kita, jika kita meletakkan hidup kita di dalam tanganNya.
IV). SEKILAS MASA DEPAN
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 17:20-21)
Secara bertahap dalam bagian ini, doa Yesus keluar mencapai ujung bumi. Pertama, Dia berdoa bagi diriNya sendiri. Waktu penyalibanNya sudah dekat. Kedua, Dia berdoa bagi murid-muridNya, dan supaya kuasa Allah memelihara mereka. Sekaramng doa-doaNya menjangkau jauh ke masa depan, dan Dia mendoakan mereka yang hidup dinegeri-negeri yang jauh dan zaman-zaman yang masih jauh yang akan memasuki iman Kristen.
Di sini ada dua ciri besar yang Yesus perlihatkan sepenuhnya. Pertama, kita melihat imanNya yang lengkap dan rasa kepastianNya yang jelas. Pada waktu itu pengikut-pengikutNya baru sedikit, dan sekali pun Dia sedang menghadapi salib, keyakinanNya tidak goyah, percaya kepada namaNya. Bagian ini sangat berharga bagi kita, karena doa Yesus itu adalah bagi kita. Kedua, Dia tahu bahwa dalam waktu yang amat dekat mereka akan meninggalkan Dia justru pada waktu Ia paling memerlukan mereka. Namun demikian kepada orang-orang yang sama inilah Dia memandang dengan penuh keyakinan, bahwa mereka kelak akan menyebarluaskan namaNya ke seluruh dunia. Yesus tidak pernah kehilangan kepercayaanNya kepada Allah dan keyakinanNya kepada manusia.
Apakah doa Yesus bagi Gereja yang masih akan terbentuk itu? Yaitu bahwa semua anggotanya hendaklah menjadi satu seperti juga Dia dan Bapa satu adanya. Kesatuan apakah yang didoakan oleh Yesus itu? Bukan kesatuan administrasi atau organisasi, bukan sekali-kali dimaksudkan kesatuan gerejawi. Yang dimaksudkan ialah kesatuan dalam hubungan pribadi. Kita telah melihat bahwa kesatuan antara Yesus dan Allah ialah kesatuan kasih dan kepatuhan.Kesatuan dalam kasih itulah yang didoakan oleh Yesus, suatu kesatuan yang di mana orang saling mengasihi karena mereka mengasihi Dia, suatu kesatuan yang sepenuhnya didasarkan atas hubungan hati dengan hati.
Orang-orang Kristen tidak akan pernah mengorganisir semua Gereja mereka dengan cara yang sama. Mereka tidak akan pernah beribadat kepada Allah dengan cara yang sama. Bahkan mereka nanti tidak akan mempercayai hal-hal yang sama. Tetapi kesatuan Kristen mengatasi semua perbedaan ini dan menyatukan manusia dalam kasih. Kesatuan Kristen dewasa ini, dan sesungguhnya sepanjang sejarah, telah dirugikan dan dirintangi, karena manusia lebih mencintai organisasi gerejawinya sendiri, pengakuan imannya sendiri, cara ibadatnya sendiri, daripada saling mangasihi. Kalau kita sungguh-sungguh saling mengasihi dan sungguh-sungguh mengasihi Kristus, tidak akan ada gereja yang mengucilkan seorang yang adalah murid Kristus. Hanya kasih yang ditanamkan oleh Allah dalam hati manusia yang dapat meruntuhkan rintangan-rintangan yang telah mereka dirikan di antara mereka sendiri dan di antara gereja-gereja mereka.
Selanjutnya, seperti Yesus melihatnya dan mendoakannya, justru kesatuan itulah yang akan meyakinkan dunia mengenai kebenaran kekristenan dan kebenaran mengenai kedudukan Kristus. Lebih sesuai dengan sifat manusia berpisah daripada bersatu. Adalah lebih sesuai dengan sifat manusia untuk berjalan sendiri-sendiri daripada berkumpul bersama. Kesatuan yang sejati antara semua orang Kristen akan merupakan “fakta supranatural yang membutuhkan keterangan supranatural.”
Adalah kenyataan tragis bahwa justru front kesdatuan inilah yang belum pernah dinampakkan oleh orang-orang Kristen kepada manusia. Melihat tidak adanya kesatuan Kristen itu, maka dunia tidak bisa melihat nilai tertinggi dari iman Kristen. Adalah kewajiban kita masing-masing untuk menampakkan kesatuan kasih itu dengan sesama kita, yang adalah jawaban atas doa Kristus. Anggota-anggota gereja dapat dan harus melakukan apa yang para pemimpin gereja secara resmi menolak untuk melakukannya.
V). PEMBERIAN DAN JANJI KEMULIAAN
“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:22-26)
Bengel, seorang penafsir, ketika dia mulai memberi komentarnya atas bagian ini, ia berseru : “O betapa besar kemuliaan orang Kristen itu.” Dan memang benar begitu.
Pertama, Yesus mengatakan bahwa Dia telah memberikan kepada murid-muridNya kemuliaan yang telah diberikan BapaNya kepadaNya. Kita harus mengerti sepenuhnya apa artinya itu. Apakah kemuliaan Yesus itu? Dia membicarakan hal itu dengan tiga cara.
1. Salib adalah kemuliaanNya. Yesus tidak bicara bahwa Ia disalibkan. Dia berkata bahwa Ia dimuliakan. Maka, pertama dan terutama, kemuliaan orang Kristen adalah salib yang harus ia pikul. Adalah suatu kehormatan untuk menderita bagi Kristus. Kita jangan berpikir bahwa salib itu sebagai hukuman atas kita. Kita harus memandangnya sebagai kemuliaan. Semakin berat tugas yang kita berikan kepada seorang mahasiswa, atau kepada seorang tukang, atau seorang ahli bedah, semakin besar hormat kita kepadanya. Sebetulnya dengan begitu kita mengatakan bahwa tidak ada orang lain kecuali dia yang dapat melakukan tugas itu. Karenanya, bila ada saat-saatnya kita merasa berat untuk menjadi seorang Kristen, kita harus memandangnya sebagai kemuliaan yang diberikan kepada kita oleh Allah.
2. Kepatuhan Kristus yang sempurna kepada kehendak Allah adalah kemuliaanNya. Kita mendapatkan kemuliaan kita, bukan dalam berbuat apa yang sesuai dengan keinginan kita, melainkan dalam berbuat sesuai dengan kehendak Allah. Jika kita mencoba berbuat sesuai dengan keinginan kita – seperti banyak di antara kita melakukannya – kita tidak lain akan mendapatkan dukacita dan malapetaka baik bagi kita sendiri maupun bagi orang-orang lain. Kita mendapatkan kemuliaan hidup yang sesungguhnya dalam melakukan kehendak Allah. Semakin besar kepatuhan, semakin besar kemuliaan yang kita peroleh.
3. Kemuliaan Yesus terletak pada kenyataan bahwa, dari hidpNya manusia melihat hubunganNya yang khusus dengan Allah. Mereka melihat bahwa tidak ada seorang dapat hidup seperti Dia kecuali kalau orang itu secara unik dekat dengan Allah. Sama seperti dengan Kristus, adalah kemuliaan bagiu kita kalau orang melihat pantulan Allah pada diri kita.
Kedua, Yesus mengatakan bahwa Dia menghendaki supaya murid-muridNya nanti melihat kemuliaanNya di sorga. Adalah menjadi keyakinan orang Kristen bahwa ia nanti akan mendapat bagian dalam semua pengalaman Kristus. Kalau orang Kristen itu harus mendapat bagian dalam Salib Kristus itu, maka ia juga akan mendapat bagian dalam kemuliaanNya. “Benarlah perkataan ini : “Jika kita mati dengan Dia, kita punb akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia.” (2 Timotius 2:11-12). “Di dunia ini paling-paling kita hanya dapat melihat gambaran yang samar-samar dalam cermin, tetapi nanti kita akan melihat muka berhadapan muka.” (1 Korintus 13:12).
Sukacita yang kita miliki sekarang adalah pendahuluan dari sukacita yang akan datang. Kristus menjanjikan bahwa jika kita mengambil bagian dalam kemuliaan dan penderitaanNya di bumi, kita juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan dan kemenangan nanti bila kehidupan di bumi ini telah berakhir. Adakah janji yang lebih besar daripada itu?
Sehabis berdoa ini, Yesus akan langsung memasuki detik-detik pengkhianatan, pengadilan, dan Salib. Dia tidak lagi akan berbicara dengan para muridNya. Adalah mengherankan dan amat berharga untuk mengingat bahwa sebelum saat-saat yang mengerikan itu tiba, kata-kataNya yang terakhir bukanlah mengenai keputusasaan, melainkan kemuliaan.
Kiranya kita semua boleh bersyukur untuk Doa Yesus bagi kita, orang-orang yang percaya kepadaNya, yang mempercayaiNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, sehingga hidup dan kehidupan kita senantiasa memiliki iman dan pengharapan akan Hidup Kekal seperti yang dijanjikanNya.
DOA YESUS (Sebuah perenungan untuk Anda): Yohanes 17:1-26
Amin.
Untuk lebih memahami makna Doa Yesus tersebut, kita perlu membaginya dalam lima perikop, agar secara jelas dan rinci kita bisa memahami makna yang terkandung di dalam Doa Yesus tersebut, yang sangat penting bagi kehidupan kekristenan kita.
I). KEMULIAAN SALIB
“Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.” (Yohanes 17:1-5)
Bagi Yesus, kehidupan mempunyai suatu klimaks, dan itulah Salib. BagiNya, salib itu adalah kemuliaan hidup dan jalan kemuliaan kekekalan. “Telah tiba saatnya,” kataNya, “Anak Manusia akan dipermuliakan.” (Yohanes 12:23). Apakah yang Yesus maksudkan kalau Ia berkali-kali berkata-kata tentang Salib sebagai kemuliaanNya dan mempermuliakanNya? Ada lebih sari satu jawaban atas pertanyaan itu.
1). Adalah fakta dalam sejarah, bahwa orang-orang besar menerima kemuliaannya di dalam kematian. Kematian mereka dan cara kematian mereka itulah yang menunjukkan kepada orang banyak apa dan siapa mereka itu sebenarnya. Mereka mungkin telah disalah mengerti, dinilai kurang, dihukum sebagai penjahat-penjahat semasa hidup mereka, akan tetapi kematian merekalah yang menunjukkan tempat mereka yang sebenarnya di dalam kerangka sejarah.
Abraham Lincoln mempunyai musuh-musuh pada masa hidupnya, tetapi mereka yang telah mengecam dia pun melihat kebesarannya ketika dia mati. Seorang keluar dari tempat Lincoln dibaringkan setelah dia ditembak mati, mengatakan, “Sekarang dia menjadi milik segala abad.” Stanton, menteri urusan perangnya, yang selalu memandang Lincoln sebagai seorang yang kasar dan tidak tahu adat sebab tidak pernah menyembunyikan rasa amarahnya kepada orang lain, melihat kepada jenasah itu dengan mengucurkan airmata dan berkata, “Inilah seorang pemimpin manusia yang terbesar yang pernah ada di dunia.”
Kemuliaan seorang syahid nampak di dalam kematiannya. Demikian pula dengan Yesus, bahkan Kepala pasukan pada kaki Salib berkata, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (Matius 27:54). Salib menjadi kemuliaan bagi Yesus karena Dia tidak pernah nampak lebih mulia daripada di dalam kematianNya. Salib itu menjadi kemuliaanNya, karena daya tariknya menarik orang kepada Dia dengan cara yang tidak bisa dilakukan bahkan oleh hidupNya – dan sekarang masih demikian juga.
2). Salib adalah kemuliaan bagi Yesus karena merupakan penggenapan pekerjaanNya. “Aku telah menyelesaikan pekerjaan”, kata Yesus, “yang Engkau telah berikan kepadaKu untuk dilakukan.” BagiNya, untuk mengakhiri tugasNya tanpa Salib akan berarti, bahwa tugasNya belumlah lengkap. Mengapa harus demikian? Yesus telah datang ke dunia ini untuk memberitakan kasih itu kepada mereka. Seharusnya Dia tidak pergi ke Salib, seolah-olah kasih Allah akan berkata, “Sampai sekian saja dan tidak lebih jauh.” Dengan perginya Dia ke Salib, Yesus menunjukkan bahwa karena kasihNya Allah bersedia melakukan segala sesuatu dan menderita bagi manusia, bahwa benar-benar tidak ada batasnya.
Sebuah lukisan yang termasyhur dari Perang Dunia Pertama menunjukkan seorang insinyur sedang memperbaiki kawat telepon di lapangan. Ia baru saja menyelesaikan pemasangan kawat itu sehingga berita yang amat penting dapat dikirim melewatinya, maka tertembaklah dia. Gambar itu menunjukkan saat dia mati, dan di bawah lukisan itu hanya ada satu kata, “Selesai!” Dia telah memberikan hidupnya, agar berita itu dapat dikirim melalui kawat telepon itu.
Dalam suatu insiden perang di Bristol, ada seorang muda bernama Derek Bellfall yang menjadi pesuruh dan bertugas di suatu Pos Pencegahan Serangan Udara. Ia disuruh untuk membawa suatu pesan ke pos yang lain denganmenaiki sepeda. Pada perjalanan pulang, sebuah bom melukai dan menewaskan dia. Ketika orang menemukan dia, dia masih sadar. Kata-kata terakhir yang sempat ia bisikkan adalah, “Pesuruh Bellfall melaporkan – aku telah menyampaikan pesan.”
Itulah persis yang dilakukan Yesus. Dia telah menyelesaikan tugasNya. Dia menyampaikan kasih Allah kepada manusia. BagiNya itu berarti Salib, dan Salib adalah kemuliaanNya karena Ia menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Allah untuk dilaksanakanNya. Dia memberi kepastian kepada manusia mengenai kasih Allah.
3). Bagaimanakah Salib itu memuliakan Allah? Cara satu-satunya untuk memuliakan Allah ialah dengan mematuhi Dia. Seorang anak menyatakan hormatnya kepada orangtua, jika ia menyatakan kepatuhannya. Seorang warganegara menghormati negaranya, jika ia patuh. Seorang murid menghormati gurunya jika ia mematuhi gurunya. Yesus membawa kemuliaan dan hormat kepada Allah. Cerita Injil dengan jelas menyatakan bahwa Yesus sebenarnya dapat melarikan diri dari Salib. Berbicara secara manusia, Yesus sebenarnya dapat berbalik dan tidak lagi pergi ke Yerusalem. Kalau kita melihat kepada Yesus pada hari-hari terakhir, kita harus mengatakan, “Lihatlah, bagaimana Dia mencintai Allah! Lihatlah, sampai sedemikian jauhnya kepatuhanNya!” Yesus memuliakan Allah di kayu Salib dengan kepatuhan sempurna dari kasih yang sempurna.
4). Yesus berdoa kepada Allah untuk memuliakan Allah, dan untuk memuliakan diriNya sendiri. Salib bukanlah merupakan akhir. Kebangkitan masih menyusul. Inilah yang menjadi pemulihan bagi Yesus. Inilah bukti bahwa manusia dapat berbuat yang terburuk dan bahwa Yesus dapat tetap menang. Seolah-olah Allah menunjuk kepada Salib dan berkata, “Itulah yang manusia pikirkan tentang AnakKu”, dan kemudian menunjuk kepada Kebangkitan, dan berkata, “Itulah yang Aku pikirkan tentang AnakKu.” Salib adalah hal yang terburuk yang dapat diperbuat oleh manusia kepada Yesus, akan tetapi segala keburukan mereka tidak dapat menaklukkan Dia. Kemuliaan Kebangkitan meniadaklan rasa malu Salib.
5). Bagi Yesus, Salib merupakan jalan pulang. “Permuliakanlah Aku.”, doaNya, “dengan kemuliaan yang ada padaKu sebelum dunia ini dijadikan.” Dia adalah seperti seorang panglima yang meninggalkan istana raja untuk melakukan suatu yang amat berbahaya dan mengerikan, dan yang, setelah melakukannya, pulang kembali dalam kemenangan untuk memperoleh kemuliaan seorang pemenang. Yesus telah datang dari Allah, dan kembali kepadaNya.Pekerjaan yang luar biasa beraninya di antara kedatanganNya dan pulangNya kembali adalah Salib. Maka bagi Dia, Salib itu adalah pintu gerbang menuju kemuliaan, dan sekiranya Ia menolak untuk melaluinya, tidak akan ada kemuliaan yang diterimaNya. Bagi Yesus, Salib itu adalah jalan kembali kepada Allah.
Dalam perikop ini, ada gagasan lain lagi yang penting, karena di dalamnya ada definisi Perjanjian Baru tentang kehidupan yang kekal. Mengenal Allah dan mengenal Yesus Kristus yang telah diutus olehNya, adalah hidup yang kekal. Perlu kita ketahui , apa arti kekal itu. Kata Yunaninya ialah aionis. Kata ini tidak banyak dihubungkan dengan lamanya kehidupan, karena kehidupan yang berlangsung terus menerus tidak harus berarti suatu keuntungan.Artinya yang pokok adalah kualitas kehidupan. Hanya ada satu oknum kepada siapa kata aionis dapat diterapkan secara tepat. Dan itulah Allah. Oleh karena itu kehidupan yang kekal tidak lain adalah kehidupan Allah sendiri. Memiliki dan memasukinya, berarti mengalami di sini dan sekarang, secercah dan kesemarakan, dan kebesaran, kesukaan, damai, dan kesucian yang kesemuanya tak dapat dipisahkan dari kehidupan Allah.
Mengenal Allah adalah duatu gagasan yang khas dari Perjanjian Lama. Hikmat itu adalah “pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya” (Amsal3:18). Impian Habakuk mengenai zaman keemasan ialah “bahwa bumi akanpenuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan” (Habakuk 2:14). Pernah ada satu pertanyaan, ayat manakah dalam Alkitab yang paling pendek, tapi yang dalamnya tercakup semua pokok penting hukum Taurat? Jawabnya Amsal 3:6, yang berarti secara harfiah : “Kenallah Dia, maka Dia akan menuntun jalanmu.” Nabi Amos telah meringkaskan semua perintah-perintah dari Hukum Taurat menjadi satu hukum, ketika ia berkata : “Carilah Aku, maka kamu akan hidup!” (Amos 5:4), karena mencari Allah berarti mencari untuk mengenal Dia.
Apakah artinya mengenal Allah?
1. Tentu perlu ada unsur pengetahuan secara intelektual. Hal itu berarti bahwa setidak-tidaknya mengenai sebagian tentang bagaimanakah Allah itu sangat penting. Ambilah dua contoh. Orang-orang penyembah berhala percaya kepada sejumlah ilah. Tiap bukit,pohon, sungai, gunung, selokan, mempunyai ilah dan rohnya; semua roh itu bermusuhan dengan manusia, dan orang-orang itu selalu takut kepada ilah-ilah itu; mereka senantiasa hidup dalam ketakutan berbuat salah kepada salah satu ilah itu. Para missionaris menceritakan betapa berartinya kelepasan yang datang kepada mereka tatkala mereka mengetahui bahwa hanya ada satu Allah. Pengetahuan yang baru ini menyebabkan perubahan besar dalam hidup mereka. Selanjutnya, sesudah mereka mengetahui bahwa Allah tidaklah keras dan kejam, melainkan kasih, maka sikap hidup mereka berputar 180 derajat.
Sekarang kita mengetahui semua ini, tetapi kita tidak pernah mengetahuinya kalau Yesus tidak datang untuk menyatakannya. Kita memasuki hidup yang baru, kita mendapatkan sedikit bagian dari hidup Allah sendiri, melalui pekerjaan Yesus, kita mengetahui bagaimanakah Allah itu. Mengetahui bagaimanakah Allah itu, adalah kehidupan yang kekal.
2. Akan tetapi ada sesuatu lagi. Perjanjiian Lama biasa menggunakan kata mengetahui (mengenal) untuk kata ‘bersenggama’. “Adam mengenal Hawa isterinya, lalu Hawa menjadi hamil dan melahirkan kain.” (Kejadian 4:1). Pengenalan suami isteri merupakan hal yang paling intim yang bisa terjadi. Suami dan isteri tidak lagi dua; mereka merupakan satu daging. Persenggamaan itu pada dirinya bukanlah hal yang penting; hal yang penting ialah adanya keintiman hati, pikiran, dan jiwa di dalam cinta kasih sejati, yang mendahului tindakan sanggama itu. Mengenal Allah, oleh karenanya, tidak hanya mempunyai pengetahuan intelektual tentang Dia. Melainkan mempunyai hubungan pribadi yang intim dengan Dia, sama seperti hubungan yang paling dekat dan mesra dalam hidup. Sekali lagi, tanpa Yesus, hubungan intim semacam itu dengan Allah tidak akan mungkin dan tidak dapat dibayangkan. Yesuslah yang mengajarkan kepada manusia bahwa Allah tidaklah jauh dan tentu dapat didekati; tetapi Bapa, yang nama dan sifatNya adalah kasih.
Mengenal Allah berarti mengetahui bagaimana Allah itu dan mempunyai hubungan yang intim dengan Dia; dan kedua hal itu tidaklah mungkin tanpa Yesus Kristus.
II). PEKERJAAN YESUS
“Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 17:6-8)
Yesus memberikan kepada kita definisi pekerjaan yang Dia lakukan. Dia mengatakan kepada Allah : “Aku telah menyatakan namaMu.” Ada dua ide yang besar di sini, masing-pmasing akan sangat jelas bagi mereka yang mendengar ucapan ini untuk pertamakalinya.
1. Pandangan yang penting dan khas dari Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama nama sangat penting. Nama bukanlah sekedar nama untuk memangil seseorang; nama itu berarti seluruh sifat-sifat dan pribadiu orang sepanjang yang dapat diketahui.Pemazmus berkata, “Orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu.” (Mazmur 9:11). Jelaslah tidak berarti bahwa mwereka yang tahu nama sebutan Allah akan percaya kepadaNya; yang diartikan ialah bahwa mereka yang mengenal bagaimana Allah itu, mereka yang mengenal sifat dan hakekatNya akan bergembira untuk mempercayai Dia.
Pemazmur berkata, “Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.” (Mazmur 20:8). Ini berarti bahwa ia dapat mempercayai Allah karena ia mengetahui bagaimana Allah itu. Pemazmur berkata, “Aku akan memasyhurkan namaMu kepada saudara-saudaraku.” (Mazmur 22:23). Ini adalah mazmur yang menurut kepercayaan orang-orang Yahudi adalah nubuat tentang Messias dan pekerjaan Mesias adalah untuk menyatakan kepada saudara-saudaranya bagaimana Allah itu. Menurut penglihatan nabi Yesaya, pada zaman yang baru “UmatKu akan mengenal namaKu.” (Yesaya 52:6). Itu berarti bahwa pada hari-hari zaman keemasan itu orang akan mengenal sepenuhnya dan sebenarnya bagaimanakah Allah itu.
Maka ketika Yesus berkata, “Aku telah menyatakan namaMu”, Ia sebenarnya mengatakan : “Aku telah memberi kemungkinan kepada manusia untuk melihat bagaimana sebenarnya hakekat Allah itu.” Dengan lain kata Ia berkata, “Dia yang telah melihat Aku, telah melihat Bapa.” (Yohanes 14:9). Itulah tuntutan Yesus yang tertinggi bahwa di dalam Dia orang melihat pikiran, sifat dan hati Allah.
2. Akan tetapi masih ada ide yang lain di sini. Pada zaman yang kemudian, bila orang-orang Yahudi berbicara tentang nama Allah, mereka maksudkan simbol empat huruf suci, yang disebut tetragramaton, yaitu YHWH. Nama itu dipandang sedemikian sucinya sehingga tidak pernah diucapkan, kecuali oleh Imam Besar bila ia memasuki tempat yang mahakudus pada Hari Penebusan.
Empat huruf ini mewakili nama Yahweh. Kita biasanya menyebut Yehovah dan pergantian dalam bunyi vokal disebabkan bunyi vokal dari Yahweh adalah Adonai, yang berarti Tuhan. Dalam abjad Ibrani sama sekali tidak ada huruf vokal. Kemudian bunyi-bunyi vokal dinyatakan dengan tanda-tanda kecil yang dibubuhkan di bawah dan di atas huruf-huruf konsonan. Keempat huruf YHWH itu dipandang sedemikian suci sehingga huruf-huruf vokal dari Adonai dibubuhkan dibawahnya sehingga seorang pembaca yang menjumpai YHWH, dia tidak membacanya Yahweh, melainkan Adonai. Itu berarti bahwa pada zaman Yesus, nama Allah demikian sucinya sehingga rakyat biasa tidak boleh mengetahuinya, lebih-lebih mengucapkannya. Allah adalah raja yang jauh dan tidak kelihatan, dan namaNya tidak boleh dioucapkan oleh rakyat biasa. Maka Yesus berkata : “Aku telah memberitahukan kepadamu nama Allah; nama yang begitu suci itu dapat sekarang diucapkan karena apa yang telah Aku kerjakan. Aku telah mendekatkan Allah yang jauh dan tidak kelihatan itu sehingga orang yang paling sederhana pun dapat berkata-kata denganNya dan menyebutkan namaNya.”
Tuntutan Yesus yang besar ialah bahwa Dia telah menyatakan kepada manusia hakekat dan sifat sesungguhnya Allah; dan mendekatkanNya sedemikian rupa sehingga orang Kristen yang paling sederhana pun dapat mengucapkan nama itu.
Selanjutnya bagian ini juga memberi terang yang menerangi arti pemuridan.
1. Pemuridan didasarkan atas kesadaran bahwa Yesus datang dari Allah. Murid itu pada hakekatnya adalah seorang yang telah menyadari bahwa Yesus adalah duta dari Allah, dan bahwa di dalam kata-kataNya kita mendengar suara Allah, dan di dalam perbuatan-perbuatanNya kita melihat tindakan Allah. Murid itu adalah seorang yang melihat Allah di dalam Yesus dan yang menyadari bahwa tidak sesuatu pun dalam alam semesta ini yang satu dengan Allah seperti Yesus satu dengan Allah.
2. Pemuridan bermuara pada kepatuhan. Murid adalah seorang yang memegang perkataan Allah seperti yang ia dengar di dalam Yesus. Dia adalah seorang yang menerima Yesus sebagai tuannya. Selama kita ingin melakukan apa yang kita ingini sendiri, kita tidak bisa menjadi murid; karena pemuridan berarti penyerahan diri.
3. Pemuridan adalah sesuatu yang ditentukan. Murid-murid Yesus diberikan kepadaNya oleh Allah. Di dalam rencana Allah mereka ditentukan untuk menjadi murid. Ini tidak berarti bahwa Allah menentukan beberapa orang untuk menjadi murid dan beberapa orang lain ditolak untuk menjadi murid.
Pikirkanlah hal ini dengan cara berikut ini. Seorang ayah mempunyai rencana besar bagi anaknya; dia merencanakan suatu masa depan baginya; akan tetapi si anak dapat menolak masa depan itu dan mengikuti jalannya sendiri. Seorang guru memikirkan suatu masa depan yang besar bagi muridnya; dia melihat di dalam murid itu kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang besar bagi Allah dan manusia; tetapi si murid dapat menolak tugas yang ditawarkan itu karena kemalasan atau memikirkan kepentingan diri sendiri saja. Jika kita mengasihi seseorang, kita selalu memimpikan masa depannya dan merencanakan kebesarannya; tetapi impian dan rencana itu dapat digagalkan.
Orang-orang Farisi percaya kepada nasib, tetapi mereka percaya juga kepada kehendak yang bebas. Salah satu pepatah mereka yang besar ialah : “Segala sesuatu telah didekritkan, kecuali ketakutan akan Allah.” Allah mempunyai rencanaNya, impianNya, dan tujuan untuk tiap orang. Dan tanggung jawab kita yang hebat sekali ialah bahwa kita bisa menerima atau menolaknya. Seorang telah mengatakan, “Nasib (fate) adalah sesuatu yang diharuskan untuk kita lakukan, yang ditentukan (destiny) adalah apa yang dimaksudkan untuk kita lakukan.”
Dalam seluruh perikop dan malahan dalam seluruh pasal ini, jelas kelihatan keyakinan mengenai apa yang akan terjadi nanti. Dia ada bersama-sama dengan murid-muridNya, orang-orang yang Allah telah berikan kepadaNya; dan Dia tidak pernah meragukan bahwa mereka akan melaksanakan pekerjaan yang telah Dia berikan kepada mereka. Marilah kita ingat kembali siapakah dan apakah mereka itu.
Seorang penafsir yang besar mengatakan : “Sebelas orang sederhana dari Galilea setelah pekerjaanNya selama tiga tahun! Tetapi itu cukup bagi Yesus, sebab di dalam sebelas orang ini Dia melihat jaminan bagi dunia ini, nampaknya Dia tidak mempunyai cukup dasar untuk punya harapan. Yang telah Dia capai nampaknya begitu kecil dan yang Dia menangkan begitu sedikit, dan orang-orang yang besar, ortodoks dan kaum agama pada zaman itu melawan Dia. Tetapi Yesus mempunyai keyakinan, yakni keyakinan yang berasal dari Allah. Dia tidak takut terhadap permulaan yang kecil. Dia tidak pesimistis terhadap masa depan. Dia nampaknya berkata: “Aku hanya memenangkan sebelas orang yang biasa-biasa saja; tetapi berilah Aku yang sebelas orang yang biasa-biasa itu dan Aku akan mengubah dunia.”
Yesus mempunyai dua hal – percaya kepada Allah dan percaya kepada manusia. Salah satu hal yang menguatkan kita di dunia ini ialah bahwa Yesus menaruh kepercayaan kepada manusia yang seperti kita ini. Karenanya, kita juga tidak boleh menjadi kuatir karena kita adalah manusia lemah dan kecil. Kita pun harus maju terus dengan kepercayaan yang teguh kepada Allah dan kepada manusia. Maka kita tidak akan pernah menjadi orang pesimis, karena dengan kedua kepercayaan itu kemungkinan-kemungkinan hidup menjadi tidak terbatas.
III). DOA YESUS UNTUK MURID-MURIDNYA
“Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka. Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia. Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.” (Yohanes 17:9-19)
Perikop ini padat dengan kebenaran-keba\enaran yang begitu besar, sehingga kita hanya bisa menangkap bagian-bagian kecilnya saja.
Pertama-tama, ia menceritakan kepada kita sedikit tentang murid Yesus.
1. Murid-murid itu telah diberikan kepada Yesus oleh Allah. Apakah artinya itu? Itu artinya bahwa Roh Allah menggerakkan hati kita untuk menjawab panggilan Yesus.
2. Melalui murid-muridNya kemuliaan telah datang kepada Yesus. Pasien yang disembuhkan memberi kemuliaan kepada si dokter; seorang ilmuwan yang pernah menerima pengajaran dari gurunya akan membawa kehormatan bagi gurunya; seorang olahragawan yang pernah mendapat bimbingan akan membawa kehormatan bagi pelatihnya. Orang-orang yang telah diselamatkan Yesus akan membawa kehormatan bagi Dia. Orang jahat yang dijadikan baik menjadi kehormatan bagi Yesus.
3. Murid adalah orang yang diutus untuk melakukan suatu tugas. Seperti Allah telah mengutus Yesus, demikianlah Yesus mengutus murid-muridNya. Inilah keterangan yang membingungkan dalam perikop ini. Yesus memulai dengan mengatakan bahwa Dia tidak mendoakan dunia; namun Dia telah datang karena Allah sangat mengasihi dunia ini. Tetapi, seperti yang telah kita lihat, dalam Injil Yohanes kata ‘dunia’ mempunyai arti “masyarakat manusia yang mengorganisir dirinya sendiri tanpa Allah”. Yang Yesus lakukan bagi dunia ialah mengutus murid-muridNya ke dalam dunia supaya mereka dapat membawa dunia itu kembali kepada Allah dan menyadarkan dunia itu tentang Allah. Dia mendoakan orang-orangNya agar mereka menjadi sedemikian rupa sehinga dapat memenangkan dunia bagi Dia.
Selanjutnya bagian ini menceritakan kepada kita bahwa Yesus menawarkan dua hal kepada setiap orang-orangNya :
(1) Dia menawarkan sukacitaNya kepada mereka. Segala apa yang Dia katakan kepada mereka dimaksudkan untuk mnemberi sukacita kepada mereka.
(2) Dia memberikan juga kepada mereka peringatan. Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka adalah lain daripada dunia, dan mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang lain daripadanya kecuali kebencian. Nilai-nilai dan standar-standar mereka adalah berbeda daripada yang dipakai oleh dunia. Akan tetapi ada sukacita dalam perjuangan melawan badai dan melawan arus. Dengan menghadapi permusuhan dari dunia, kita justru mengalami kesukaan Kristen.
Kemudian di dalam bagian ini Yesus mengucapkan pengakuan yang terbesar yang pernah dibuatNya : “Segala miliKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu.” Bagian pertama kalimat itu wajar dan mudah dimengerti, karena segala hal adalah milik Allah, dan Yesus telah mengatakannya berulang kali. Akan tetapi bagian kedua kalimat itu adalah tuntutan yang mengherankan – “MilikMu adalah milikKu”. Martin Luther telah mengatakan, “Tak ada makhluk ciptaan yang dapat berkata begitu.” Sebelumnya belum pernah Yesus menegaskan begitu jelas dan hidup mengenai kesatuanNya dengan Allah. Yesus begitu bersatu dengan Allah, sehingga Ia menggunakan kuasa dan hak-hak Allah yang istimewa.
Selanjutnya yang sangat penting dalam bagian ini ialah bahwa di bagian ini ia menceritakan kepada kita mengenai hal-hal yang Yesus doakan bagi murid-muridNya.
(1) Pokok yang pertama yang perlu diperhatikan ialah bahwa Yesus tidak mendoakan agar murid-muridNya diambil dari dunia ini. Dia tidak pernah berdoa agar mereka bisa mendapatkan jalan pelarian. Dia berdoa agar mereka bisa mendapatkan kemenangan.
Macam kekristenan yang mengisolasi diri dalam biara, sama sekali bagi Yesus nampaknya bukanlah kekristenan. Macam kekristenan yang intinyadoa dan meditasi pribadi dan hidup yang menarik diri dari dunia, dipandang oleh Yesus sebagai versi iman yang telah menyimpang daripada versi iman yang benar yang diwujudkan oleh kematianNya. Dia menyatakan dengan tegas bahwa kekristenan harus dihayati di tengah-tengah persoalan dan hiruk pikuk kehidupan.
Tentunya doa dan meditasi dan saat teduh itu perlu, di mana kita menutup pintu terhadap dunia ini dan ingin bersendirian dengan Allah. Akan tetapi semuanya itu bukanlah tujuan terakhir dari kehidupan, melainkan merupakan alat-alat untuk mencapai tujuan itu, dan tujuan itu lebih menampakkan kehidupan Kristen di dalam pekerjaan sehari-hari di dunia ini. Kekristenan tidak pernah dimaksudkan untuk menarik diri dari kehidupan sehari-hari, melainkan untuk memberikan perlengjkapan yang lebih baik baginya.
Kekristenan tidak menawarkan kelepasan dari masalah-masalah, melainkan suatu cara untuk memecahkannya. Kekristenan tidak menawarkan perdamaian yang indah, melainkan perang yang berkemenangan. Ia tidak menawarkan kepada kita suatu kehidupan yang terlepas dari segala kesulitan, melainkan kehidupan yang dapat menghadapi dan mengalahkan kesulitan-kesulitan itu. Betapapun juga benarnya bahwa orang Kristen bukanlah dari dunia ini, namun tetap benar bahwa ia berada di dalam dunia dan kekristenannya harus dihayati dalam dunia. Dia tidak pernah boleh mempunyai keinginan untuk meninggalkan dunia ini, akan tetapi selalu ingin untuk memenangkannya.
(2) Yesus mendoakan kesatuan murid-muridNya. Di mana ada perpecahan, di mana ada eksklusivisme, di mana ada persaingan di antara gereja-gereja, maka kekristenan dirugikan dan doa Yesus dibuyarkan. Injil tidak bisa diberitakan dengan sungguh-sungguh di jemaat mana pun juga yang tidak merupakan satu kelompok kesatuan saudara bersaudara. Dunia tidak bisa diinjili oleh gereja-gereja yang bersaing. Yesus berdoa agar murid-muridNya sepenuhnya bisa menjadi satu seperti Dia dan Bapa satu adanya. Doa Yesus yang satu inilah yang paling banyak dihalangi oleh pribadi-pribadi Kristen dan oleh gereja-gereja, sehingga doa itu tidak mendapat jawaban.
(3) Yesus berdoa agar Allah melindungi murid-muridNya dari serangan si jahat. Alkitab bukanlah sebuah kitab yang spekulatif; ia tidak membicarakan asal usul kejahatan, akan tetapi yang pasti ialah, bahwa di dalam dunia ini ada kuasa jahat yang melawan kuasa Allah. Allah adalah pengawal hidup kita dan menjaga kita terhadap serangan-serangan si jahat. Ini menguatkan kita. Kenyataan bahwa kita seringkali gagal adalah karena kita berusaha untuk menghadapi kehidupan dengan kekuatan kita sendiri dan lupa untuk mencarfi pertolongan dan untuk mengingat kehadiran Allah yang melindungi.
(4) Yesus berdoa agar murid-muridNya dikuduskan dalam kebenaran. Kata yang dipakai untuk menguduskan adalah hagiazein yang berasal dari kata sifat hagios. Di dalam Perjanjian Baru, kata hagios biasanya diterjemahkan dengan kudus, tetapi arti dasarnya ialah berbeda atau terpisah. Jadi Hagiazein mengandung dua arti :
(a) Kata itu berarti memisahkan (mengasingkan) untuk suatu tugas tertentu. Ketika Allah memangil nabi Yeremia, Dia berkata kepadanya : ”Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yeremia 1:5). Bahkan sebelum kelahirannya, Allah telah mengasingkan Yeremia untuk suatu tugas yang khusus. Ketika Allah menetapkan keimaman di Israel, Dia memerintahkan Musa untuk menahbiskan anak-anak Harun dan untuk menguduskan mereka agar mereka dapat melayani jabatan imam (Keluaran 28:4). Anak-anak Harun telah diasingkan bagi suatu jabatan yang khusus dan tugas yang khusus.
(b) Hagiazein tidak hanya berarti mengasingkan untuk jabatan dan tugas yang khusus, tetapi juga berarti melengkapi seorang dengan mutu akal budi dan hati dan sifat yang diperlukan bagi tugas itu. Jika seorang hendak melayani Allah, dia harus mempunyai sedikit dari kebaikan dan hikmat Allah di dalam dirinya. Orang yang ingin melayani Allah yang kudus, dia sendiri harus kudus juga. Dan dengan demikian Allah tidak hanya memilih orang bagi pelayananNya yang khusus dan mengasingkannya untuk itu, tetapi Dia juga melengkapi orang itu dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas itu.
Kita harus selalu ingat bahwa Allah telah memilih kita dan mengukuhkan kita bagi pelayananNya yang khusus. Pelayanan khusus itu ialah agar kita mengasihi dan mematuhi Dia dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Dan Allah tidak membiarkan kita untuk melaksanakan tugas besar itu dengan kekuatan kita sendiri, akan tetapi berdasarkan anugerahNya Dia membuat kita cakap bagi tugas kita, jika kita meletakkan hidup kita di dalam tanganNya.
IV). SEKILAS MASA DEPAN
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 17:20-21)
Secara bertahap dalam bagian ini, doa Yesus keluar mencapai ujung bumi. Pertama, Dia berdoa bagi diriNya sendiri. Waktu penyalibanNya sudah dekat. Kedua, Dia berdoa bagi murid-muridNya, dan supaya kuasa Allah memelihara mereka. Sekaramng doa-doaNya menjangkau jauh ke masa depan, dan Dia mendoakan mereka yang hidup dinegeri-negeri yang jauh dan zaman-zaman yang masih jauh yang akan memasuki iman Kristen.
Di sini ada dua ciri besar yang Yesus perlihatkan sepenuhnya. Pertama, kita melihat imanNya yang lengkap dan rasa kepastianNya yang jelas. Pada waktu itu pengikut-pengikutNya baru sedikit, dan sekali pun Dia sedang menghadapi salib, keyakinanNya tidak goyah, percaya kepada namaNya. Bagian ini sangat berharga bagi kita, karena doa Yesus itu adalah bagi kita. Kedua, Dia tahu bahwa dalam waktu yang amat dekat mereka akan meninggalkan Dia justru pada waktu Ia paling memerlukan mereka. Namun demikian kepada orang-orang yang sama inilah Dia memandang dengan penuh keyakinan, bahwa mereka kelak akan menyebarluaskan namaNya ke seluruh dunia. Yesus tidak pernah kehilangan kepercayaanNya kepada Allah dan keyakinanNya kepada manusia.
Apakah doa Yesus bagi Gereja yang masih akan terbentuk itu? Yaitu bahwa semua anggotanya hendaklah menjadi satu seperti juga Dia dan Bapa satu adanya. Kesatuan apakah yang didoakan oleh Yesus itu? Bukan kesatuan administrasi atau organisasi, bukan sekali-kali dimaksudkan kesatuan gerejawi. Yang dimaksudkan ialah kesatuan dalam hubungan pribadi. Kita telah melihat bahwa kesatuan antara Yesus dan Allah ialah kesatuan kasih dan kepatuhan.Kesatuan dalam kasih itulah yang didoakan oleh Yesus, suatu kesatuan yang di mana orang saling mengasihi karena mereka mengasihi Dia, suatu kesatuan yang sepenuhnya didasarkan atas hubungan hati dengan hati.
Orang-orang Kristen tidak akan pernah mengorganisir semua Gereja mereka dengan cara yang sama. Mereka tidak akan pernah beribadat kepada Allah dengan cara yang sama. Bahkan mereka nanti tidak akan mempercayai hal-hal yang sama. Tetapi kesatuan Kristen mengatasi semua perbedaan ini dan menyatukan manusia dalam kasih. Kesatuan Kristen dewasa ini, dan sesungguhnya sepanjang sejarah, telah dirugikan dan dirintangi, karena manusia lebih mencintai organisasi gerejawinya sendiri, pengakuan imannya sendiri, cara ibadatnya sendiri, daripada saling mangasihi. Kalau kita sungguh-sungguh saling mengasihi dan sungguh-sungguh mengasihi Kristus, tidak akan ada gereja yang mengucilkan seorang yang adalah murid Kristus. Hanya kasih yang ditanamkan oleh Allah dalam hati manusia yang dapat meruntuhkan rintangan-rintangan yang telah mereka dirikan di antara mereka sendiri dan di antara gereja-gereja mereka.
Selanjutnya, seperti Yesus melihatnya dan mendoakannya, justru kesatuan itulah yang akan meyakinkan dunia mengenai kebenaran kekristenan dan kebenaran mengenai kedudukan Kristus. Lebih sesuai dengan sifat manusia berpisah daripada bersatu. Adalah lebih sesuai dengan sifat manusia untuk berjalan sendiri-sendiri daripada berkumpul bersama. Kesatuan yang sejati antara semua orang Kristen akan merupakan “fakta supranatural yang membutuhkan keterangan supranatural.”
Adalah kenyataan tragis bahwa justru front kesdatuan inilah yang belum pernah dinampakkan oleh orang-orang Kristen kepada manusia. Melihat tidak adanya kesatuan Kristen itu, maka dunia tidak bisa melihat nilai tertinggi dari iman Kristen. Adalah kewajiban kita masing-masing untuk menampakkan kesatuan kasih itu dengan sesama kita, yang adalah jawaban atas doa Kristus. Anggota-anggota gereja dapat dan harus melakukan apa yang para pemimpin gereja secara resmi menolak untuk melakukannya.
V). PEMBERIAN DAN JANJI KEMULIAAN
“Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka." (Yohanes 17:22-26)
Bengel, seorang penafsir, ketika dia mulai memberi komentarnya atas bagian ini, ia berseru : “O betapa besar kemuliaan orang Kristen itu.” Dan memang benar begitu.
Pertama, Yesus mengatakan bahwa Dia telah memberikan kepada murid-muridNya kemuliaan yang telah diberikan BapaNya kepadaNya. Kita harus mengerti sepenuhnya apa artinya itu. Apakah kemuliaan Yesus itu? Dia membicarakan hal itu dengan tiga cara.
1. Salib adalah kemuliaanNya. Yesus tidak bicara bahwa Ia disalibkan. Dia berkata bahwa Ia dimuliakan. Maka, pertama dan terutama, kemuliaan orang Kristen adalah salib yang harus ia pikul. Adalah suatu kehormatan untuk menderita bagi Kristus. Kita jangan berpikir bahwa salib itu sebagai hukuman atas kita. Kita harus memandangnya sebagai kemuliaan. Semakin berat tugas yang kita berikan kepada seorang mahasiswa, atau kepada seorang tukang, atau seorang ahli bedah, semakin besar hormat kita kepadanya. Sebetulnya dengan begitu kita mengatakan bahwa tidak ada orang lain kecuali dia yang dapat melakukan tugas itu. Karenanya, bila ada saat-saatnya kita merasa berat untuk menjadi seorang Kristen, kita harus memandangnya sebagai kemuliaan yang diberikan kepada kita oleh Allah.
2. Kepatuhan Kristus yang sempurna kepada kehendak Allah adalah kemuliaanNya. Kita mendapatkan kemuliaan kita, bukan dalam berbuat apa yang sesuai dengan keinginan kita, melainkan dalam berbuat sesuai dengan kehendak Allah. Jika kita mencoba berbuat sesuai dengan keinginan kita – seperti banyak di antara kita melakukannya – kita tidak lain akan mendapatkan dukacita dan malapetaka baik bagi kita sendiri maupun bagi orang-orang lain. Kita mendapatkan kemuliaan hidup yang sesungguhnya dalam melakukan kehendak Allah. Semakin besar kepatuhan, semakin besar kemuliaan yang kita peroleh.
3. Kemuliaan Yesus terletak pada kenyataan bahwa, dari hidpNya manusia melihat hubunganNya yang khusus dengan Allah. Mereka melihat bahwa tidak ada seorang dapat hidup seperti Dia kecuali kalau orang itu secara unik dekat dengan Allah. Sama seperti dengan Kristus, adalah kemuliaan bagiu kita kalau orang melihat pantulan Allah pada diri kita.
Kedua, Yesus mengatakan bahwa Dia menghendaki supaya murid-muridNya nanti melihat kemuliaanNya di sorga. Adalah menjadi keyakinan orang Kristen bahwa ia nanti akan mendapat bagian dalam semua pengalaman Kristus. Kalau orang Kristen itu harus mendapat bagian dalam Salib Kristus itu, maka ia juga akan mendapat bagian dalam kemuliaanNya. “Benarlah perkataan ini : “Jika kita mati dengan Dia, kita punb akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia.” (2 Timotius 2:11-12). “Di dunia ini paling-paling kita hanya dapat melihat gambaran yang samar-samar dalam cermin, tetapi nanti kita akan melihat muka berhadapan muka.” (1 Korintus 13:12).
Sukacita yang kita miliki sekarang adalah pendahuluan dari sukacita yang akan datang. Kristus menjanjikan bahwa jika kita mengambil bagian dalam kemuliaan dan penderitaanNya di bumi, kita juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan dan kemenangan nanti bila kehidupan di bumi ini telah berakhir. Adakah janji yang lebih besar daripada itu?
Sehabis berdoa ini, Yesus akan langsung memasuki detik-detik pengkhianatan, pengadilan, dan Salib. Dia tidak lagi akan berbicara dengan para muridNya. Adalah mengherankan dan amat berharga untuk mengingat bahwa sebelum saat-saat yang mengerikan itu tiba, kata-kataNya yang terakhir bukanlah mengenai keputusasaan, melainkan kemuliaan.
Kiranya kita semua boleh bersyukur untuk Doa Yesus bagi kita, orang-orang yang percaya kepadaNya, yang mempercayaiNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, sehingga hidup dan kehidupan kita senantiasa memiliki iman dan pengharapan akan Hidup Kekal seperti yang dijanjikanNya.
DOA YESUS (Sebuah perenungan untuk Anda): Yohanes 17:1-26
Amin.