Kontroversi Nama ALLAH

Kontroversi Nama ALLAH

Penggunaan nama Allah dalam Alkitab terjemahan LAI masih saja dipolemikan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam kekristenan. Argumentasi penolakannya berdasarkan pemahaman bahwa kata Allah merupakan proper noun dan bukan common noun merujuk penggunaannya dalam Islam sebagai nama diri. Seorang scholar/apologet Islam Menachem Ali mencoba mengangkat kembali persoalan ini dan mendapat sambutan hangat dari pihak tertentu dalam kekristenan yang menolak penggunaan nama Allah.
Dalam tulisan ini akan coba dirumuskan secara ringkas dan padat perihal nama "Allah" dalam beberapa point. Pembahasan tiap point dapat dikembangkan lebih lanjut melalui diskusi mendalam ditunjang dengan data dan referensi yang relevan.
1. Dalam PL/Tanakh kita menjumpai variasi nama-nama ilahi seperti El/Eloah/Elohim yang umumnya dikenal sebagai common noun atau kata generik, serta YHWH yang umumnya dikenal sebagai nama diri (proper noun). Tetapi jika mencermati penggunaannya dalam PL/Tanakh kata El/Eloah/Elohim dalam teks tertentu dapat juga dipahami sebagai nama diri sesuai konteks yang ada (mis Kejadian 33:30). Demikian pula nama diri YHWH digunakan nama pengganti seperti Adonai, Ha Shem. Maka.. di sini kita bisa melihat tidak ada keharusan menggunakan nama YHWH.
2. Dalam PB berbahasa Yunani kita menjumpai nama-nama ilahi yang lain yaitu Theos sebagai padanan kata Elohim dan Kurios sebagai nama pengganti untuk YHWH. Berbagai manuscript PB berbahasa Yunani yang telah dikatalogkan (sekitar 5800an MSS) tidak satupun teksnya menuliskan Elohim dan YHWH melainkan Theos dan Kurios. Demikian pula dlm Septuagint terjemahan Yunani dari Tanakh umumnya digunakan kata Theos dan Kurios yg bisa dijumpai dlm berbagai manuscript LXX awal seperti kajian bible scholar Albert Pietersma dan Larry Hurtado. Hal ini menunjukan pd masa Yesus dan para rasul jelas tidak ada keharusan untuk tetap menggunakan Elohim dan YHWH, lalu mengapa ada pihak-pihak tertentu di Indonesia yang mengharuskan menggunakan kata-kata tersebut?
3. Dalam Bible terjemahan Inggris seperti KJV, NIV, RSV etc untuk kata Common Noun seperti Elohim diterjemahkan menjadi God dan untuk YHWH digunakan nama pengganti LORD. Bahkan pihak Yudaisme sendiri tidak mempertahankan kata-kata tersebut, seperti versi JPS(Jewish Publication Society) yg merupakan the official Torah of Conservative Judaism, menggunakan term THE LORD utk YHWH termasuk commentary-nya The Jewish Study Bible. Versi lain yang lebih konservatif/ortodoks, the Stone Edition (Chumash Artscoll Series) menggunakan term HASHEM untuk YHWH dan The Complete Tanach yang dilengkapi dengan Rashi Commentary (Rabbi A.J. Rosenberg, The Judaica Press orthodox Jewish Publisher) menggunakan kata Lord untuk nama YHWH. Jika pihak Yudaisme sendiri tidak kaku mempertahankan keharusan nama Elohim dan YHWH, lalu mengapa pihak lainnya harus mempertahankannya?
4. Dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia versi LAI digunakan kata Allah untuk Elohim (Ibrani) sejajar dengan Theos (Yunani), God (Inggris), Elah/Alaha (Aramik/Syriac) dll. Dan nama pengganti YHWH yaitu kata TUHAN yg sejajar dgn KURIOS & LORD, kata Adonai=Tuhan atau Tuan (sesuai konteksnya). Untuk kombinasi nama YHWH Elohim menjadi TUHAN Allah dan kombinasi Adonai YHWH mengalami perubahan bentuk menjadi Tuhan ALLAH (bukan Tuhan TUHAN). Pola yang diterapkan LAI juga digunakan pada Bible versi bahasa Inggris termasuk Tanakh dari pihak Yudaisme seperti kata LORD God, Lord GOD dll.
5. Kata Allah itu sendiri juga digunakan di kalangan komunitas kristen Arab baik dalam teks tertulis seperti Arabic Bible versi Van Dyke dll juga dalam percakapan sehari-hari. Jika menelusuri berbagai manuscript Bible dlm Arabic kita bisa jumpai penggunaan nama Allah bahkan beberapa manuscript kemungkinan telah ada sebelum lahirnya Islam seperti The Palestinia Gospels atau dikenal dgn istilah "Mt. Sinai Family A", The Elegants Gospels & Vatican Arabic 13 Gospels. Dan ada banyak manuscript lainnya pasca lahirnya Islam. Daftar lebih lengkap bisa dibaca pada tulisan Hikmat Kachouh (The Arabaic Versions of the Gospels: A Case Study of John 1.1 and 1.18). Selain itu dlm berbagai teks puisi kekristenan Arab pra Islam telah dikenal penggunaan nama Allah, bisa dilihat dlm tulisan Irfan Sahid (Byzantium and the Arabs), Trimingham (Christianity among the Arabs) etc.
6. Makna sebuah kata bisa dikaji secara etimologis, leksikal dan terminologis. Kata Allah dalam teologi Islam dikenal sebagai nama diri sedangkan dalam kekristenan umumnya dipahami sebagai kata generik seperti Elohim sedangkan untyuk nama diri (YHWH) digunakan kata pengganti Ar-Rabb dalam Arabic Bible atau TUHAN dlm Alkitab versi LAI . Memang secara etimologi/leksikal ada kemiripannya, namun pada makna terminologisnya telah berbeda antara Islam dan kekristenan. Maka.. hal ini tidak perlu dipertentangkan apalagi menghakimi penggunaan kata Allah sebagai kata generik oleh kekristenan di Indonesia/Arab menurut perspektif teologi Islam bahwa kata itu adalah nama diri. Bukankah penggunaan nama Allah dengan pemahaman demikian telah ada di kekristenan Arab sebelum lahirnya Islam di abad ke-7?
7. Kajian etimologi untuk nama Allah memang terdapat perbedaan pendapat, meminjam pengkategorian menurut Bambang Noorsena (The History of Allah) ada 2 pendapat di kalangan umat Islam sendiri tentang hal ini. Pertama, ghayr al-musytag (tidak berasal dr kata lain) dan kedua musytag (berasal dari kata lain). Pendapat pertama lebih menekankan argumentasi teologis untuk mengukuhkan pandangan bahwa Allah itu adalah nama diri (proper noun). Sedangkan pendapat kedua menekankan argumentasi kebahasaan yaitu kata Allah berasal dari kontraksi Al-Ilah. Justru pendapat kedua inilah yg banyak dianut para ahli tafsir dan grammarian pada masa-masa awal seperti al-Zamakhsyari, al-Baidhawi dan ahli nahwu awal Sibawaih. Namun pendapat kedua ini kurang populer pada masa kini yg lebih didominasi pemahaman teologis. Namun yang menarik, berbagai Quran terjemahan Inggris justru tidak mempertahankan kata Allah dalam terjemahan melainkan God.
8. Berdasarkan kajian sejarah Arab pra Islam terdapat alternatif lain tentang asal usul nama Allah selain dr kontraksi Al-ilah, yaitu berasal dr kata Alaha bahasa Aramic/Syriac. J. Dudley Woodbery dlm tulisannya di International Journal of Frontier Missions menyebutkan "allah is of Christian Syriac origin and was in use long before Muhammad's time". Arthur Jeffrey menyatakan term Allah telah dikenal pd masa pra Islam sebagaimana ditunjukan dlm inskripsi di Arabia utara (Nabatean). Bob Cox dlm studi etimologi untuk kata Allah menyatakan keterkaitan secara linguistik (cognate) dengan Elohim dlm Hebrew. Maka.. kata allah dalam Arabic ini kemungkinan besar kata serapan dari kata alah(a) dalam Aramaic/Syriac. Kajian lebih detail tentang hal ini perlu pembahasan tersendiri.
9. Aspek grammatikal penggunaan kata Allah dalam Alkitab versi LAI tidak lepas dari kajian etimologi atas kata ini. Jika mengacu pada pendapat bahwa kata Allah dr kontraksi Al-ilah maka kata Allah bisa disejajarkan dengan kata Ha-Elohim/Ha-eloah, The God (menggunakan artikel). Misalnya 1 Raja-raja 18:39 (Hebrew: YHWH hu ha elohim! YHWH hu ha elohim), (Arabic: Ar-Rabb, Huwa al-Lah! Ar-Rabb, Huwa al-Lah). Maka untuk kata Elohim tanpa kata sandang digunakan kata "Ilah" bukan "Allah" seperti saran Bambang Noorsena. Namun jika mengacu pada kata Allah sebagai serapan (loanword) dari kata Alaha yang sejajar dgn Eloah/Elohim, maka masalah itu bukanlah persoalan termasuk pengguna prononima "Allahku" etc.
10. Lepas dari kajian etimologis untuk kata Allah yang debatable, saya kira hal yang substansii terletak pada makna terminologis yang telah terbentuk menurut sistem teologi masing-masing. Kata Theos dan Kurios pada masa pra kekristenan banyak digunakan dalam konteks paganism seperti ditujukan ke Kaisar sebagai dewa, namun kata ini digunakan dalam pengertian ilahi dalam konteks kekristenan. Kata "Tuhan" justru berasal dari bahasa Sanskerta yang diadopsi oleh kekristenan termasuk Islam. Maka penggunaan kata Allah oleh kekristenan bukanlah mengadopsi dari Islam tetapi dari bahasa Arab. Bukankah dalam Quran sendiri juga menyerap bahasa-bahasa Lain (loanwords) non arabic. Dan penggunaan kata Allah telah ada sebelum lahirnya Islam di lingkungan kekristenan Arab. Maka.. masalah ini saya kira tidak perlu dipersoalkan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url