MAKNA PENTAKOSTA BAGI ORANG PERCAYA

Samuel T. Gunawan, S.Th.,SE.,M.Th.
MAKNA PENTAKOSTA BAGI ORANG PERCAYA

MAKNA PENTAKOSTA BAGI ORANG PERCAYA . “(
Kisah Para Rasul 1:4) Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku. (1:5) Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” (Kisah Para Rasul 1:4-5). “(2:1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2:2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (2:3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (Kisah Para Rasul 2:4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kisah Para Rasul 1:4-5).

PENDAHULUAN

Hari Pentakosta adalah hari yang sangat penting baik bagi orang Yahudi maupun bagi orang Kristen. Hari Pentakosta adalah hari kelima puluh setelah persembahan buah sulung. Kata Yunani “Pentakosta” adalah “πεντηκοντα-pentêkonta”, yang secara harfiah berarti “limapuluh”. Kata ini merupakan istilah Yunani yang dipakai untuk menterjemahkan kata Ibrani “KHAG SYAVU’OT” (Hari Raya Tujuh Minggu) yang dicatat dalam Imamat 23. Hari Raya ini pertama kali ditulis dalam Keluaran 23:16 sebagai hari raya panen atau hari raya menuai “KHAG HAQATSIR”.

Sesuai tadisi Yahudi menurut Perjanjian Lama yakni hukum Taurat Musa, khususnya dalam Imamat 23, maka pada hari Pentakosta tersebut roti-roti pertama yang terbuat dari gandum hasil panen baru harus dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban. Kemudian harus juga mempersembahkan tujuh ekor domba yang tidak bercacat sebagai korban bakaran wangi-wangian bagi Tuhan, ditambah lagi seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa.

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, hari Pentakosta disebut juga sebagai “hari turunnya Roh Kudus” atau “hari pencurahan Roh Kudus”, yaitu hari di mana gereja (εκκλησια-ekklêsia”) lahir, tepat lima puluh hari setelah kebangkitan Kristus.

PENGGENAPAN PERAYAAN PASKAH DAN PENTAKOSTA

Penting untuk mengetahui beberapa penanggalan Yahudi dalam Perjanjian Lama yang berhubungan dengan hari raya Paskah dan Pentakosta telah digenapi dalam Perjanjian Baru. 1. Menurut tradisi Yahudi pada hari yang ke 14 dari bulan yang pertama, anak domba Paskah disembelih pada waktu petang dan hari raya paskah dirayakan (Imamat 23:5).

Dalam Perjanjian Baru, Kristus telah “disembelih” bagi kita di Minggu Paskah itu. Dengan demikian memenuhi hari raya itu, yang setelah berabad-abad lamanya melambangkan korbanNya sebagai Anak Domba Allah yang tersembelih dari awal kejadian dunia (1 Korintus 5:7; Yohanes 13:1) 2. Pada keesokan harinya, yaitu pada tanggal 15 dari bulan yang pertama, suatu Sabat dirayakan yang menandai hari yang pertama dala tujuh hari yang dikenal sebagai sebagai hari raya Roti Tidak Beragi (Imamat 23:6).

Pada tanggal 16 dari bulan yang pertama itu, yaitu hari kedua dari perayaan Roti Tidak Beragi tersebut, suatu persebahan hasil pertama (buah sulung) dipersembahkan kepada Tuhan (Imamat 23:9-11). Ini mengingatkan kita, pada hari yang ketiga, Kristus bangkit dari antara orang mati, serta menggenapi persembahan hasil pertama itu (1 Korintus 15:20). Perlu diketahui, dalam kebiasaan Yahudi bagian-bagian hari pada permulaan dan akhir suatu hari dihitung sebagai satu hari. Jadi, dari Jumat petang sampai Minggu pagi dihitung selama tiga hari. 3. Lima puluh hari setelah korban hasil pertama ini (Imamat 23:9-11), tibalah hari Pentakosta.

Hal-hal yang berhubungan dengan hari raya Pentakosta ini antara lain: (1) Hari raya ini terjadi pada permulan penuaian tahun itu; (2) Suatu korban yang baru dipersembahkan pada hari itu, yaitu korban dua ketul roti yang telah dibuat dari hasil pertama (buah sulung) gandum masa penuaian itu, dan yang dibakar dengan ragi; (3) Hari itu juga merayakan pemberian Taurat di Gunung Sinai, yang terjadi lima puluh hari setelah paskah di Mesir.

Hal-hal di atas tersebut mengingatkan kita bahwa: (1) Lima puluh hari sesudah kebangkitan Kristus yang telah kembali kesebelah kanan Bapa di surga, Ia mencurahkan Roh Kudus ke atas murid-muridNya di hari Pentakosta. Sama seperti hari Pentakosta Yahudi menandai permulaan penuaian gandum yang alami, demikianlah hari Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 menandai permulaan penuaian jiwa-jiwa, yang penuaian yang terus berlangsung hingga saat ini; (2) Pada hari itu, persembahan baru yang terdiri dari dua ketul roti yang beragi itu digenapi. Karena pada waktu itu di mulai masa gereja yang terdiri dari dua kelompok, yaitu Yahudi dan Non Yahudi; (3) Sebagaimana orang Yahudi pada hari Pentakosta memperingati Sinai dan pengumuman Taurat, demikianlah di hari Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 menandai pengumuman Injil kasih karunia dalam Kristus oleh Gereja (bandingkan Yohanes 1:17).

MAKNA PENTAKOSTA BAGI ORANG KRISTEN MASA KINI

Telah disebutkan di atas bahwa hari Pentakosta adalah hari yang tidak hanya merupakan perayaan bagi orang Yahudi tetapi juga bagi orang Kristen dengan makna yang berbeda. Bagi orang Kristen, pada hari Pentakosta itu Roh Kudus di curahkan dan gereja lahir. Namun, bukan hanya itu Pentakosta mempunyai makna penting lainnya bagi orang Kristen saat ini.

Pertama, pentakosta menguatkan keyakinan kita bahwa Kristus yang saat ini berada di surga menepati janji-janjiNya (Yohanes 14:16-18; 15:26; 16:17).

Sebelum kematianNya, Kristus pernah menjanjikan bahwa Ia akan mengirim “Seorang Penolong yang lain” bagi para muridNya (Yohanes 14:16-18; 15:26; 16:17). Berdasarkan Yohanes 16:17, jelaslah bahwa kedatangan “Penolong yang lain” tersebut akan terjadi setelah kenaikan Kristus ke surga. Petrus menunjukkan pemenuhan janji Kristus ini pada hari Pentakosta, dengan mengatakan bahwa “Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga” itulah yang mengirim Roh Kudus dan bukti-bukti yang menyertainya, yang disaksikan pada hari itu (Kisah Para Rasul 2:23).

Peristiwa kebangkitan dan kenaikkan (Kisah Para Rasul 2:32,34) secara khusus disebut oleh Petrus sebagai syarat utama untuk mengirimkan Roh Kudus. Penting untuk mengetahui bahwa Roh Kudus disebut “Parakletos”atau “Penolong” yang lain (Yohanes 14:16).

Kata “yang lain” disini adalah “allos”, menunjuk pada seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Perlu diketahui, ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite.

Jika saya mengingin­kan satu botol sprite “yang lain”, tetapi sama dengan yang ada pada saya, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain” yang berbeda, misalnya minuman coca-cola, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada saat Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong yang lain”, untuk menggantikanNya setelah kenaikkanNya, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama dengan Yesus.

Jadi, dengan kedatangan Roh Kudus maka Kristus telah menepati janjiNya, dengan demikian kita dapat mempercayai semua janji-janji Kristus lainnya akan digenapiNya juga (bandingkan Yohanes 14:1-3; Matius 28:20; dan lain sebagainya). Beberapa waktu yang lalu saya diberitahu oleh seorang pendeta yang masih muda dan bersemangat bahwa di gereja lokalnya, mereka sedang melaksanakan berdoa sepuluh hari menantikan janji pencurahan Roh Kudus seperti yang dilakukan oleh kira-kira 120 murid Kristus di masa lalu (Kisah Para Rasul 1:4,15).

Dan nampaknya, beberapa gereja lokal / denominasi lainnya juga melakukan hal yang sama, yaitu “menanti janji Bapa, menanti pencurahan Roh Kudus”. Saya tidak mengerti bagaimana cara mereka menginterpretasi ayat-ayat Alkitab, sehingga melakukan apa yang tidak diperintah untuk dilakukan oleh gereja saat ini.

Yang saya tahu perintah untuk menantikan pencurahan Roh Kudus yang hanya ditujukan kepada para rasul dan murid-murid Kristus tersebut, tidak berlaku bagi gereja setelah hari Pentakosta, karena sejak hari Pentakosta itu, Roh Kudus sudah dicurahkan, sudah datang, dan terus berkarya hingga saat ini dan akan datang. Jadi gereja saat ini tidak perlu lagi memanti Roh Kudus, melainkan menerima dan hendaklah penuh dengan Roh Kudus.

Kedua, pentakosta mengingatkan kita bahwa Kristus yang mencurahkan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah Kepala Gereja yang senantiasa memelihara GerejaNya (Efesus 1:19-23; 5:23-32; Kolose 2:19).

Yesus Kristus Tuhan kita adalah pendiri Gereja. Ia berkata ”Aku akan mendirikan jemaatKu” jelas tertulis dalam bentuk kata kerja yang akan datang yang menunjukkan pada sesuatu yang akan digenapi dikemudian hari. Gereja adalah milikNya (Matius 16:18). Dia adalah dasar Gereja (1 Korintus 3:11).

Sebagai pendiri ada beberapa hal yang dilakukan oleh Kristus : (1) Dia memilih murid-murid yang juga akan menempati suatu posisi sebagai dasar bangunan yang akan didirikanNya (efesus 2:20); (2) Dia mengajar murid-muridNya tentang perkara-perkara yang akan menjadi efektif apabila gereja mulai berfungsi. Sebagian besar dari pengajaranNya itu disampaikan selama percakapan di kamar atas (Yohanes 13-17); (3) Dia menjadi Batu Penjuru melalui kematian dan kebangkitanNya (kisah Para Rasul 4:11; Efesus 2:20). Ia menebus Gereja dengan darahnya sendiri (Kisah Para Rasul 20:28).

Kebangkitan dan kenaikanNya ke surga menjadikan Dia sebagai Kepala dari Gereja (Efesus 1:20-23). Ia memberikan karunia-karunia kepada anggota-anggota tubuhNya (Efesus 4:8); (4) Dia juga mengirim Roh Kudus yang menghidupkan Gereja sehingga dapat sungguh-sungguh berfungsi (Kisah Para Rasul 2:23).

Kapankah gereja berdiri? Pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan untuk pertama kalinya di Yerusalem ke atas kira-kira 120 murid. Jadi Pentakosta menandai dimulainya gereja sebagai suatu tubuh yang berfungsi melalui pencurahan Roh Kudus. Sebelum naik ke surga, Kristus berjanji tidak lama lagi murid-muridNya akan dibaptis dengan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:5).

Peristiwa “pencurahan Roh Kudus” pada hari Pentakosta tersebut indentik dengan “baptisan Roh Kudus” yang dijanjikan oleh Kristus kepada murid-muridNya. Petrus menyebutnya sebagai penggenapan nubuat Nabi Yoel (Kisah Para Rasul 2:16). Peristiwa pentakosta ini menandai ditempatkannya orang percaya di dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13; Efesus 1:22,23).

Kristus yang telah membentuk gereja (tubuhNya) dengan mengirim Roh Kudus pada hari Pentakosta untuk membaptis orang-orang percaya ke dalam tubuh tersebut, dengan berbagai cara memelihara tubuhNya dan menguduskanNya (Efesus 5:26). Ia juga memberikan berbagai karunia (Efesus 4:7:13) dan kuasa kepada tubuhNya (Yohanes 15:1-10).

Karena Kristus adalah Pendiri dan Kepala Gereja maka dapat dipastikan gereja akan tetapi berdiri kokoh hingga akhir zaman, bahkan alam mautpun tidak dapat mengalahkan gereja (Matius 16:18). Orang-orang yang mengatakan bahwa gereja saat ini sedang berada di ambang kehancuran atau sedang berada di ujung jurang kebinasaan adalah mereka yang tidak memahami supremasi Kristus, kemahakuasaan dan kesetiaanNya yang telah memelihara gereja sejak berdirinya hingga saat ini lebih dari 2000 tahun.

Lembaga-lembaga dan berbagai denominasi Kristen bisa saja hancur dan tumbang, tetapi gereja akan tetap berdiri tegak dan tidak terguncangkan di atas batu karang, yaitu Kristus.

Ketiga, Pentakosta mengingatkan kita bahwa masa ini adalah masa anugerah dari pelayanan Roh Kudus dalam penerapaan keselamatan (Efesus 1:19-23; 5:23-32; Kolose 2:19).

Pentakosta bukan hanya menandai dimulainya masa gereja, tetapi juga menandai dimulainya masa pelayanan Roh Kudus secara khusus dalam penerapan keselamatan.

Dengan demikian Pentakosta tidak hanya memiliki nilai historis karena terjadi di satu tempat khusus (Yerusalem) dan pada hari yang khusus (hari Raya Pentakosta orang Yahudi) pada sekumpulan orang-orang yang khusus (120 orang murid), tetapi Pentakosta juga merupakan peristiwa eksistensial (hakiki) dan memiliki konsekuensi-konsekuensi kekal, karena Roh Kudus bukan sekedar datang, melainkan Ia datang dan tinggal untuk mewujudkan rencana dan maksud Allah Tritunggal dalam dunia ini. Roh Kudus datang untuk menjadikan keselamatan Allah nyata melalui Kristus dalam kehidupan perorangan, umat, suku, dan bangsa.

Pelayanan Roh Kudus masa kini dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk hubungan, yaitu: Pelayanan Roh Kudus dalam hubungan dengan gereja, dengan orang percaya, dan dengan orang-orang yang belum percaya.

1. Pelayanan Roh Kudus dalam hubungannya dengan Gereja, antara lain: memberi kuasa untuk bersaksi dan memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 1:8); memberikan pertumbuhan kepada gereja (Kisah Para Rasul 2:14-47), Memberikan kuasa kesembuhan dan mujizat (Kisah Para Rasul 3:1-10); memberikan karunia dan jawatan pelayanan kepada gereja (Roma 12:3-9; 1 Korintus 12:4-31; Efesus 4:11), memberi kuasa kesatuan kepada gereja (Kolose 3:14), mempersiapkan gereja sebagai mempelai Kristus (2 Korintus 11:2; Efesus 5:22-23).

2. Pelayanan Roh Kudus dalam hubunganNya dengan orang percaya dapat dilihat dalam kaitannya dengan keselamatan dan kehidupan pribadi. Karya Roh Kudus ketika menyelamatkan antara lain: Roh Kudus membaharui dengan cara melahirbarukan (Yohanes 3:3-8; 6:63; Titus 3:5); Roh Kudus membaptis orang percaya ke dalam tubuh Kristus (Matius 3:11; 1 Korintus 12:13); Roh Kudus berdiam dalam orang percaya (Yohanes 14:17); Roh Kudus memeteraikan orang percaya (Efesus 1:13,14; 4:30).

Setelah diselamatkan Roh Kudus melanjutkan pelayanan yang aktif di dalam kehidupan orang percaya antara lain: Roh Kudus memenuhi orang percaya (Kisah Para Rasul 2:4; 6:3; 11:24; Efesus 5:18); Roh Kudus membimbing orang percaya (Galatia 5:16,25); Roh Kudus memberi kuasa dalam kehidupan orang percaya (Kisah Para Rasul 1:8; Roma 8:13; Galatia 5:17); Roh Kudus memberikan buah-buah Roh Kudus (Galatia 5:22,23; Efesus 5:9; Filipi 1:11); Roh Kudus mengajar orang percaya (Yohanes 14:26; 16:13; 1 Yohanes 2:20,27).

3. Pelayanan Roh Kudus dalam kehidupan orang yang belum percaya. Roh kudus telah datang untuk menginsyafkan orang-orang yang tidak percaya akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yohanes 17:7-11). Roh Kudus menempelak orang-orang yang tidak percaya akan dosa-dosa mereka.

Keempat, pentakosta memberi semangat kepada kita untuk semakin giat dalam melaksanakan Amanat Agung Kristus dalam kuasa Roh Kudus (Matius 28:18-20; Markus 16:15-20; Lukas 24:47-51; Kisah Para Rasul 1:4-9).

Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi gereja. Memenuhi Amanat Agung adalah tujuan utama gereja. Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus adalah misi kita yang merupakan kesinambungan dari misi Yesus Kristus. Dalam Matius 28:19,20 dan ayat-ayat pararlel lainnya, Yesus memberikan perintah kepada murid-muridnya, yang kita kenal dengan istilah Amanat atau Perintah Agung.

Perintah ini bukan sekedar ayat agung yang berlaku hanya pada zaman rasul-rasul dan bersifat sementara, melainkan terus berlaku (kontinuitas) “Sampai akhir zaman (εως της συντελειας του αιωνος - heôs tês sunteleias tou aiônos) ”.

Jadi gereja adalah gereja yang mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus untuk menjadikan “menjadikan semua bangsa murid Kristus”. Bagaimana hal ini dilakukan oleh gereja? Dengan pertolongan dan kuasa Roh Kudus. Roh Kudus memperlengkapi orang percaya dengan karunia-karuniaNya dan kuasa sehingga dapat bersaksi dan melayani Tuhan (Roma 12:3-9; 1 Korintus 12:4-31).

Kata Yunani untuk “karunia-karunia” adalah “charismata” bentuk tunggalnya “charis”. Karunia-karunia yang diberikan oleh Roh kudus kepada setiap orang percaya berbeda satu sama lain tetapi sama pentingnya. Tujuan dari karunia-karunia Roh adalah memampukan orang-orang percaya untuk melakukan berbagai bentuk pelayanan guna pembangunan tubuh Kristus. Tanpa pertolongan Roh Kudus, kita tidak mungkin memiliki kuasa untuk bersaksi dan melayani.

Itulah sebabnya sebelum murid-murid-Nya pergi untuk bersaksi dan melayani, mereka diperintahkan untuk menunggu di Yerusalem, sampai mereka menerima baptisan (pencurahan) Roh Kudus dan diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Lukas 24:47-49; Kisah Para Rasul 1:4-5,8). Pemberitaan Injil dalam Perjanjian Baru bukanlah sebuah aktivitas yang lemah, tumpul atau netral. Penginjilan adalah pertemuan (konfrontasi) antara kuasa Roh Kudus dan kekuatan roh jahat. Roh kudus dengan semua buah, karunia, dan kuasaNya harus menjadi nyata dalam hidup kita.

Firman harus diberitakan dan diajarkan dengan kuasa yang nyata. Injil harus diberitakan bukan untuk disembunyikan. Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi Kristus yang efektif. Paulus mengakui bahwa ia mengadakan tanda-tanda mujizat yang berhubungan dengan pemberitaan Injil seperti yang ditertulis dalam Roma 15:18-19 “Sebab aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh.

Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirikum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus”. Menarik untuk memperhatikan bahwa seringkali kata ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat” digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang mengacu kepada mujizat yang dihubungkan dengan kuasa Roh Kudus (keluaran 7:3; Ulangan 6:22; Mazmur 135:9; Kisah Para Rasul 4:30; 5:12; Roma 15:19, dan seterusnya.

Kadangkala ketiga istilah ini dikombinasikan ”kekuatan-kekuatan dan tanda-tanda dan mujizat-mujizat” (Kisah Para Rasul 2:22), atau ”tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa” (2 Korintus 12:12; Ibrani 2:4). Berikut ini beberapa contoh ayat Alkitab Perjanjian Baru untuk penggunaan kata di atas.

Kisah Para Rasul 4:22 “Sebab orang yang disembuhkan oleh mujizat itu sudah lebih dari empat puluh tahun umurnya” (kata Yunani untuk “disembuhkan oleh mujizat” dalam ayat ini adalah “to semeion touto tes iaseos” yang berarti “mujizat kesembuhan”). Kisah Para Rasul 5:12 “Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak” (kata Yunani untuk “banyak tanda dan mujizat” dalam ayat ini adalah “semeia kai terata”).

Kisah Para Rasul 8:13 “Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi” (Kata Yunani untuk kalimat “tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar” adalah “semeia kai dunameis”).

Ibrani 2:4 “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat (semeiois te kai terasin) dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan (dunamesin) dan karunia Roh Kudus (pneumatos hagiou merismois), yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya”. Disini mujizat dihubungkan dengan karunia Roh Kudus.

DAFTAR REFERENSI : MAKNA PENTAKOSTA BAGI ORANG PERCAYA
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang. Douglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta. Enns, Paul., 2004. The Moody Handbook of Theology. Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang. Erickson J. Millard., 2003. Teologi Kristen, Jilid 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. Greig, Gary. S & Kevin N. Spinger, ed., 2001. Kebutuhan Gereja Saat Ini. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan. Gunawan, Samuel., 2014. Kharismatik Yang Kukenal dan Kuyakini. Penerbit Bintang Fajar Ministries: Palangka Raya. Guthrie, Donald, dkk., 1982. Tafsiran Alkitab Masa Kini. Jilid 3. Terjemahan. Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta. Hoekema, Anthony A., 2010. Diselamatkan Oleh Anugerah, Penerbit Momentum : Jakarta. Iverson, Dick., 1994. Kebenaran Masa Kini, diktat. Harvest International Theological Seminary/Harvest Publication House: Jakarta. Murray, John., 1999. Penerapan dan Penggenapan Penebusan. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta. Peters, George W.., 2006. A Biblical Theology Of Missions. Terj, Penerbit Gandum Mas: Malang. Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang. Robinson, Darrel W., 2004. Total Church Life. Terj, diterbitkan oleh Lembaga Literatur Baptis: Bandung. Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 2, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset: Yogyakarta. Scahnabal, Echhard J., 2010. Rasul Paulus Sang Misionaris: Perjalanan, Stategi dan Metode Misi Rasul Paulus. Terj, Penerbit ANDI: Yogyakarta. Sills, M. David., 2011. Panggilan Misi: Menemukan Tempat Anda Dalam Rancangan Allah Bagi Dunia Ini. Terj, Penerbit Momentum: Jakarta. Sproul, R.C., 1997. Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang. Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang. Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang. Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang. Wagner, C. Peter., 1993. Strategi Perkembangan Gereja. Terj, Penerbit Gandum Mas: Malang. Wongso, Peter,. 1981. Tugas Gereja dan Missi Masa Kini. Penerbit Seminari Alkitab Asia Tenggara: Malang. Zuck, Roy B, editor., 2011. A Biblical of Theology The New Testamen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url