Reprobation (= penentuan binasa)

Pdt.Budi Asali, M.Div.

Reprobation (= penentuan binasa). Kita sudah membahas banyak tentang pemilihan / penentuan untuk selamat yang Allah lakukan (election). Sekarang kita akan membahas tentang Reprobation (= penentuan binasa).

a) Calvin sendiri jelas percaya pada doktrin reprobation / penentuan binasa ini.
Ini terlihat dari kutipan-kutipan dari kata-kata Calvin di bawah ini:

· “... eternal life is foreordained for some, eternal damnation for others” (= ... hidup yang kekal ditentukan lebih dulu untuk sebagian manusia, penghukuman kekal untuk yang lain) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.

· “... predestination, by which God adopts some to hope of life, and sentences others to eternal death” (= ... predestinasi, dengan mana Allah mengadopsi sebagian manusia kepada pengharapan kehidupan, dan memvonis yang lain pada kebinasaan kekal) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXI, no 5.

· “Indeed many, as if they wished to avert a reproach from God, accept election in such terms as to deny that anyone is condemned. But they do this very ignorantly and childishly, since election itself could not stand except as set over against reprobation” (= Memang banyak orang, karena mereka tidak ingin Allah dicela, menerima pemilihan dalam istilah-istilah sedemikian rupa sehingga menolak adanya penentuan binasa. Tetapi mereka melakukan hal ini secara bodoh dan kekanak-kanakan, karena pemilihan itu sendiri tidak bisa berdiri / bertahan kecuali diimbangi oleh penentuan binasa) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no 1.

b) Dasar dari doktrin reprobation.

1. Ini merupakan konsekwensi logis dari doktrin pemilihan (election).
Ada orang-orang yang percaya pada ‘single predestination’, dimana mereka hanya percaya bahwa Allah menentukan / memilih sebagian manusia untuk diselamatkan, tetapi Allah tidak menetap-kan sisanya untuk dibinasakan. Tetapi ini adalah pandangan yang tidak konsekwen dari orang yang kurang bisa menggunakan logi-kanya, karena doktrin reprobation memang merupakan konse-kwensi logis dari doktrin election. Kalau hanya sebagian manusia yang dipilih / ditetapkan untuk selamat, sedangkan setelah mati hanya ada surga dan neraka, maka tidak bisa tidak, orang yang tidak dipilih untuk selamat sama dengan ditetapkan untuk binasa. Karena itu kita harus percaya bukan pada ‘single predestination’ tetapi pada ‘double predestination’, dimana selain kita percaya bahwa Allah memilih sebagian manusia untuk diselamatkan, kita juga percaya bahwa Allah menetapkan sisanya untuk dihukum.

Louis Berkhof: “The decree of election inevitably implies the decree of reprobation. ... If He has chosen or elected some, then He has by that very fact also rejected others” (= Ketetapan tentang pemilihan secara tak terhindarkan menunjuk pada ketetapan tentang reprobation. ... Jika Ia telah memilih sebagian, maka oleh fakta itu Ia juga telah menolak yang lain) - ‘Systematic Theology’, hal 117-118.

Loraine Boettner: “The very terms ‘elect’ and ‘election’ imply the terms ‘non-elect’ and ‘reprobation’” (= Istilah-istilah ‘orang pilihan’ dan ‘pemilihan’ secara tidak langsung menunjuk pada ‘orang yang bukan pilihan’ dan ‘penentuan binasa’) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 104.

2. Adanya banyak orang yang mati tanpa mendapatkan kesempatan untuk bertobat.
Dalam Perjanjian Lama, hampir semua orang non Yahudi tidak selamat dan dalam Perjanjian Baru juga banyak orang mati sebelum mendengar Injil. Jelas bahwa mereka ini tidak mendapat kesempatan bertobat, dan karena itu termasuk reprobate / orang yang ditentukan untuk binasa.

3. Ayat-ayat Kitab Suci yang mendasari doktrin reprobation.

· Amsal 16:4 - “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka”.

· Matius 11:20-24 - “(20) Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizatNya: (21) ‘Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. (22) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. (23) Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. (24) Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu’”.

Yesus berkata bahwa kalau di Tirus, Sidon, dan Sodom ada mujijat-mujijat terjadi, seperti yang terjadi di Khorazim, Betsaida dan Kapernaum, maka Tirus, Sidon, dan Sodom pasti sudah bertobat. Tetapi mengapa Tuhan dalam kenyataannya tidak memberi mujijat-mujijat itu kepada mereka? Jelas karena mereka termasuk reprobate!

· Mat 11:25 - “Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil”.

· Yesaya 6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! (10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh’”. Bdk. Mat 13:10-15 Mark 4:12 Luk 8:10 Yoh 12:37-40 Kis 28:26-27 Ro 11:7-8.

Mat 13:10-15 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka’”.

Ro 11:7-8 - “(7) Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. (8) Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya, seperti ada tertulis: ‘Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini’”.

Komentar Calvin tentang ayat-ayat ini:
“Observe that he directs his voice to them but in order that they may become even more deaf; he kindles a light but that they may be made even more blind; he sets forth doctrine but that they may grow even more stupid; he employs a remedy but so that they may not be healed” (= Perhatikan bahwa Ia menujukan suaraNya kepada mereka tetapi supaya mereka menjadi makin tuli; Ia menyalakan cahaya tetapi supaya mereka menjadi makin buta; Ia menyatakan doktrin / ajaran tetapi supaya mereka menjadi makin bodoh; Ia menggunakan obat tetapi supaya mereka tidak disembuhkan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIV, no 13.

· Yohanes 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.

Dalam ayat ini sebetulnya terjemahan Kitab Suci Indonesia terlalu keras. Bandingkan dengan NASB yang memberikan terjemahan hurufiah: “and not one of them perished but the son of perdition” (= dan tidak seorangpun dari mereka yang binasa selain anak kehancuran / neraka).

Dalam ‘Webster’s New World Dictionary’ dikatakan bahwa isti-lah ‘perdition’ bisa diterjemahkan bermacam-macam:
* ‘complete and irreparable loss; ruin’ (= kehilangan yang lengkap dan tidak bisa dibetulkan; kehancuran).
* ‘the loss of a soul or of hope for salvation; damnation’ (= kehilangan jiwa atau pengharapan untuk selamat; peng-hukuman / pengutukan).
* ‘the place or condition of damnation; hell’ (= tempat atau kondisi penghukuman; neraka).

· Ro 9:13,17,18,21-22 - “(13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ ... (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu di dalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. ... (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan”.

B. B. Warfield: “Certainly St. Paul as explicitly affirms the sovereignty of reprobation as of election, ... if he represents God as sovereignly loving Jacob, he represents Him equally as sovereignly hating Esau; if he declares that He has mercy on whom He will, he equally declares that He hardens whom He will” (= Santo Paulus memang menegaskan kedaulatan dari reprobation secara sama explicitnya dengan kedaulatan dari election, ... jika ia menggambarkan Allah secara berdaulat mengasihi Yakub, ia secara sama menggambarkanNya secara berdaulat membenci Esau; jika ia menyatakan bahwa Ia mempunyai belas kasihan bagi siapa yang Ia kehendaki, ia secara sama menyatakan bahwa Ia mengeraskan siapa yang Ia kehendaki) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 317.

· 1Pet 2:8 - “Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan”.

Kitab Suci terjemahan Indonesia ini salah terjemahan. Perhatikan terjemahan-terjemahan bahasa Inggris di bawah ini:
* NASB: “for they stumble because they are disobedient to the word, and to this doom they were also appointed” (= karena mereka tersandung karena mereka tidak taat kepada firman, dan pada tujuan / nasib ini mereka juga telah ditetapkan).
* NIV: “They stumble because they disobey the message - which is also what they were destined for” (= Mereka tersandung karena mereka tidak mentaati pesan / firman - yang juga merupakan apa yang telah ditentukan untuk mereka).
* KJV: “even to them which stumble at the word, being dis-obedient: whereunto also they were appointed” (= bahkan bagi mereka yang tersandung pada firman, karena tidak taat: untuk mana mereka juga telah ditetapkan).
* RSV: “for they stumble because they disobey the word, as they were destined to do” (= karena mereka tersandung karena mereka tidak mentaati firman, sebagaimana mereka telah ditentukan untuk melakukannya).

· Yudas 4 - “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus”.

Calvin menganggap ini menunjuk pada penetapan yang kekal dari Allah, dengan kata lain dalam Rencana Allah orang-orang itu telah ditentukan untuk dihukum.
Tetapi dalam ayat ini kata ‘ditentukan’ sebetulnya juga merupakan kata yang terlalu keras, karena dalam bahasa Yunaninya digunakan kata PROGEGRAMMENOI yang artinya adalah: ‘having been previously written’ (= telah dituliskan lebih dulu).

Bandingkan dengan NIV yang menterjemahkan bagian ini secara hurufiah: “For certain men whose condemnation was written about long ago ...” (= Karena orang-orang tertentu yang penghukumannya sudah dituliskan sejak dahulu).

Adanya kata ‘dituliskan’ ini menyebabkan adanya orang-orang yang menganggap bahwa ini tidak menunjuk pada ketetapan yang kekal dari Allah, tetapi pada Perjanjian Lama maupun nubuat dari Yesus dan rasul-rasul (Misalnya Mat 18:7).

Tetapi seorang penafsir Calvinist / Reformed bernama Thomas Manton, dalam buku tafsirannya tentang surat Yudas, memberikan komentar sebagai berikut:

“The meaning of the metaphor is to show that these decrees are as certain and determinate as if he had a book wherein to write them” (= Arti dari kiasan ini adalah untuk menunjukkan bahwa ketetapan-ketetapan ini adalah sama pasti dan tertentunya seperti kalau ia mempunyai sebuah buku dimana ia menuliskannya).

Jadi Thomas Manton tidak menganggap ini menunjuk pada tulisan Kitab Suci / Firman Tuhan, tetapi sebagai suatu kiasan yang menunjukkan suatu kepastian.

Mengapa dasar Kitab Suci dari reprobation hanya sedikit, atau setidaknya lebih sedikit dibandingkan dengan dasar dari election? Louis Berkhof menjawab sebagai berikut: “Since the Bible is primarily a revelation of redemption, it naturally does not have as much to say about reprobation as about election. But what it says is quite sufficient” (= Karena Alkitab terutama merupakan wahyu tentang penebusan, secara alamiah Alkitab tidak berbicara tentang reprobation sebanyak tentang election. Tetapi apa yang Alkitab katakan sudah cukup) - ‘Systematic Theology’, hal 118.

c) Alasan / dasar Allah melakukan reprobation.

Baik Robert L. Dabney maupun Loraine Boettner percaya bahwa se-kalipun iman dan / atau perbuatan baik bukanlah dasar dari election, tetapi dosa merupakan dasar dari reprobation.

Robert L. Dabney: “... it is disputed what is the ground of this righteous preterition of the non-elect. The honest reader of his Bible would suppose that it was, of course, their guilt and wickedness foreseen by God, and, for wise reasons, permissively decreed by Him. This, we saw, all but the supralapsarian admitted in substance. God’s election is everywhere represented in Scripture, as an act of mercy, and His preterition as an act of righteous anger against sin” (= ... diperdebatkan apa yang menjadi dasar dari pelewatan yang benar dari orang yang tidak dipilih. Pembaca Alkitab yang jujur akan menganggap bahwa itu tentu adalah kesalahan dan kejahatan mereka yang dilihat lebih dulu oleh Allah, dan, karena alasan-alasan yang bijaksana, diijinkan olehNya. Kami melihat bahwa hal ini pada pokoknya diterima oleh semua kecuali oleh penganut Supralapsarianisme. Pemilihan Allah dimana-mana dinyatakan dalam Kitab Suci, sebagai suatu tindakan belas kasihan, dan pelewatanNya sebagai tindakan kemarahan yang benar terhadap dosa) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 240.

Catatan: saya berpendapat bahwa tidak benar kalau semua menerima pandangan ini kecuali penganut Supralapsarianisme.

Loraine Boettner: “‘When the Arminian says that faith and works constitute the ground of election we dissent,’ says Clark. ‘But if he says that foreseen unbelief and disobedience constitute the ground of reprobation we assent readily enough. A man is not saved on the ground of his virtues but he is condemned on the ground of his sin. As strict Calvinists we insist that while some men are saved from their unbelief and disobedience, in which all are involved, and others are not, it is still the sinner’s sinfulness that constitutes the ground of his reprobation. Election and reprobation proceed on different grounds; one the grace of God, the other the sin of man’” (= ‘Pada waktu orang Arminian berkata bahwa iman dan ketaatan / perbuatan baik merupakan dasar pemilihan, kami tidak setuju,’ kata Clark. ‘Tetapi jika ia berkata bahwa ketidakpercayaan dan ketidaktaatan yang telah dilihat lebih dulu merupakan dasar dari reprobation, kami menyetujui dengan cepat. Seseorang tidak diselamatkan berdasarkan kebaikannya, tetapi ia dihukum berdasarkan dosanya. Sebagai Calvinist yang ketat, kami berkeras bahwa sementara sebagian manusia diselamatkan dari ketidak-percayaan dan ketidaktaatan mereka, di dalam mana semua orang terlibat, dan sebagian yang lain tidak diselamatkan, adalah keberdosaan dari orang berdosa itu yang merupakan dasar dari reprobationnya. Election dan reprobation bertolak dari dasar yang berbeda; yang satu berdasarkan kasih karunia Allah, yang lain berdasarkan dosa manusia) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 114.

Tetapi Charles Hodge tidak setuju bahwa dosa adalah dasar dari reprobation. Dasar dari reprobationtetap adalah kedaulatan Allah.

Charles Hodge: “God condemns no man, and foreordains no man to condemnation, except on account of his sin. But the preterition of such men, leaving them, rather than others equally guilty, to suffer the penalty of their sins, is distinctly declared to be a sovereign act” (= Allah tidak menghukum siapapun, dan tidak menentukan lebih dulu siapapun kepada penghukuman, kecuali karena dosanya. Tetapi tindakan melewati mereka, meninggalkan mereka, dan bukannya orang-orang lain yang sama bersalahnya, untuk mendapatkan hukuman atas dosa-dosa mereka, dinyatakan secara jelas sebagai tindakan yang berdaulat) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 346.

Louis Berkhof mendukung Hodge dengan berkata:
· “... the decree of reprobation comprises two elements, namely, preteri-tion or the determination to pass by some men; and condemnation (sometimes called precondemnation) or the determination to punish them who are passed by for their sins” [= ... ketetapan reprobation terdiri dari dua elemen, yaitu, preterition atau penentuan untuk melewati sebagian manusia; dan hukuman (kadang-kadang disebut hukuman sebelumnya) atau penentuan untuk menghukum mereka yang dilewati karena dosanya] - ‘Systematic Theology’, hal 116.

· “Preterition is a sovereign act of God, and act of His mere good pleasure, in which the demerits of man do not come into consideration ... The reason for preteretion is not known by men. It cannot be sin, for all men are sinners. We can only say that God passed some by for good and wise reasons sufficient unto Himself” (= Tindakan melewati merupakan tindakan berdaulat dari Allah, dan tindakan dari kerelaanNya, dimana pelanggaran / kesalahan manusia tidak dipertimbangkan ... Alasan dari tindakan melewati itu tidak diketahui oleh manusia. Alasannya tidak mungkin adalah dosa, karena semua orang adalah orang berdosa. Kita hanya dapat berkata bahwa Allah melewati sebagian orang karena alasan-alasan yang baik dan bijaksana yang cukup untuk diriNya sendiri) - ‘Systematic Theology’, hal 116.

Dengan demikian Louis Berkhof mempunyai pandangan yang sama dengan B. B. Warfield di bawah ini.

B. B. Warfield:
“Were not all men sinners, there might still be an election, as sovereign as now; and there being an election, there would still be as sovereign a rejection: but the rejection would not be a rejection to punishment, to destruction, to eternal death, but to some other destiny consonant to the state in which those passed by should be left. It is not indeed, then, because men are sinners that men are left unelected; election is free, and its obverse of rejection must be equally free: but it is solely because men are sinners that what they are left to is destruction” (= Andaikata semua manusia tidak berdosa, tetap bisa ada pemilihan, yang sama berdaulatnya dengan sekarang; dan dengan adanya pemilihan, juga ada penolakan yang sama berdaulatnya: tetapi penolakan itu tidak akan merupakan penolakan kepada hukuman, kepada penghancuran, kepada kematian kekal, tetapi kepada tujuan yang lain yang sesuai / cocok dengan keadaan dimana orang-orang yang dilewati itu berada. Jadi, bukannya karena mereka berdosa sehingga mereka lalu tidak dipilih; pemilihan itu bebas, dan pasangannya yaitu penolakan harus sama bebasnya: tetapi karena semua manusia adalah orang berdosa maka mereka ditinggalkan kepada penghancuran) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 317.

Saya lebih setuju dengan pandangan dari Charles Hodge, Louis Berkhof, B. B. Warfield, karena Roma 9:11-13 yang berbunyi:“Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggil-anNya - dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau’”.

Jelas bahwa ayat ini menunjukkan bahwa sama seperti pemilihan Yakub tidak tergantung perbuatan Yakub, demikian juga penolakan / reprobation terhadap Esau juga tidak tergantung pada dosa Esau.

d) Guna / tujuan dari reprobation.

Loraine Boettner mengatakan bahwa guna / tujuan reprobation adalah:
· Untuk menyatakan kebencian Allah terhadap dosa dan juga untuk menyatakan keadilan Allah.
· Untuk orang pilihan hal ini menyebabkan kita sadar akan apa yang seharusnya kita terima andaikata Allah tidak bermurah hati kepada kita. Kesadaran seperti ini sudah ada pada waktu orang pilihan ini hidup di dunia, dan ini menyebabkan kita lebih menghargai kasih dan kemurahan hati Allah yang telah menyelamatkan kita, sehingga kita akan lebih bersyukur kepada Allah, memuji Allah, dan mengasihi Allah. Tetapi di dunia, adanya banyak penderitaan atau kadang-kadang kesenangan, sering membuat kita lupa akan nasib kita yang seharusnya andaikata Allah tidak bermurah hati kepada kita. Tetapi nanti pada waktu kita sudah masuk ke surga, kesadaran ini akan lebih nyata lagi, karena dari Luk 16:22-23 dan Wah 14:10 terlihat bahwa orang-orang yang masuk ke surga dan ke neraka bisa saling melihat. Jadi nanti di surga kita bisa melihat orang-orang yang ada di neraka, dan menyadari sepenuhnya bahwa itulah nasib kita andaikata Allah tidak bermurah hati kepada kita.

Calvin menyatakan guna / tujuan dari reprobation ini dengan mengutip kata-kata Agustinus: “The Lord can therefore also give grace ... to whom he will ... because he is merciful, and not give to all because he is a just judge. For by giving to some what they do not deserve, ... he can show his free grace ... By not giving to all, he can manifest what all deserve” (= Karena itu Tuhan juga bisa memberi kasih karunia ... kepada siapa yang dikehendakiNya ... karena Ia berbelas kasihan, dan tidak memberikan kepada semua karena Ia adalah Hakim yang adil. Karena dengan memberikan kepada sebagian apa yang tidak layak mereka dapatkan, ... Ia bisa menunjukkan kasih karuniaNya yang cuma-cuma ... Dengan tidak memberikan kepada semua, Ia bisa menunjukkan apa yang semua layak dapatkan) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter XXIII, no 11.

e) Pelaksanaan dari penentuan binasa ini.

R. L. Dabney: “... God does nothing to those thus passed by, to make their case any worse, or to give any additional momentum to their downward course. He leaves them as they are” (= ... Allah tidak melakukan apa-apa kepada mereka yang dilewatiNya, untuk membuat keadaan mereka menjadi lebih buruk, atau untuk memberikan tambahan momentum pada kejatuhan mereka. Ia membiarkan mereka sebagaimana adanya mereka) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 239.

R. L. Dabney: “When it is said that God hardens the non-elect, it is not, and cannot be intended, that He exerts positive influence upon them to make them worse. ... God is only the negative cause of hardening - the positive depravation comes only from the sinner’s own voluntary feelings and acts. And the mode in which God gives place to, or permits this self-inflicted work, is by righteously withholding His restraining word and Spirit; and second, by surrounding the sinner (through His permissive providence) with such occasions and opportunities as the guilty man’s perverse heart will voluntarily abuse to increase his guilt and obduracy” [= Ketika dikatakan bahwa Allah mengeraskan orang yang bukan pilihan, itu tidak berarti bahwa Ia menggunakan pengaruh positif pada mereka untuk membuat mereka makin jelek. ... Allah hanyalah merupakan penyebab negatif dari pengerasan - kebejadan positif datang hanya dari perasaan dan tindakan sukarela dari orang berdosa itu. Dan cara dimana Allah memberi tempat, atau mengijinkan pekerjaan yang timbul dengan sendirinya ini, adalah dengan secara benar menahan firman dan RohNya yang mengekang; dan kedua, dengan melingkupi orang berdosa itu (melalui ProvidenceNya yang mengijinkan) dengan kejadian dan kesempatan yang akan disalah-gunakan secara sukarela oleh orang yang hatinya bengkok dan salah untuk meningkatkan kesalahannya dan kebandelannya] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 242-243.

Dengan demikian, sekalipun Allah menetapkan seseorang untuk binasa, tetapi nanti orang itu sendiri yang dengan sukarela memilih kehidupan yang berdosa, menolak Kristus dsb, sehingga ia binasa karena kesalahannya sendiri.

Dasar Alkitab dari point ini:

Dalam persoalan ini, dalam Alkitab ada dua kelompok ayat:

1. Ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa dalam hal buruk / dosapun Allah bekerja secara aktif.
Contoh:

a. Kejadian 45:5-8 - “(5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. (6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong. (8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir”.

Bdk. Mazmur 105:17 - ‘diutusNyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual sebagai budak’.

b. Maz 105:25 - “diubahNya hati mereka untuk membenci umatNya, untuk memperdayakan hamba-hambaNya”.

Bdk. Kel 1:8-10 - “(8) Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. (9) Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: ‘Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. (10) Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan - jika terjadi peperangan - jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.’”.

c. Keluaran 4:21 - “Firman TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi”.

2. Ayat-ayat yang kelihatannya menunjukkan bahwa dalam hal buruk / dosa Allah bekerja secara pasif.

Contoh:

a. Roma 1:24,26,28 - “(24) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. ... (26) Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar. ... (28) Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas”.

b. Mazmur 81:12-13 - “(12) Tetapi umatKu tidak mendengarkan suaraKu, dan Israel tidak suka kepadaKu. (13) Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!”.

c. Kis 14:16 - “Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing”.

Adanya dua kelompok ayat ini menyebabkan kita ‘menjadi serba salah’ dalam menafsirkan. Kalau kita menganggap Allah aktif dalam pelaksanaan rencana yang berhubungan dengan dosa, maka kita mengabaikan kelompok ayat yang kedua, dan kalau kita menganggap Allah hanya sekedar mengijinkan dalam persoalan dosa (seperti yang dilakukan oleh Arminianisme), maka kita mengabaikan kelompok ayat yang pertama.

Jadi, satu-satunya cara / jalan, yang betul-betul mempedulikan kedua kelompok ayat itu adalah menafsirkan sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan rencana yang berhubungan dengan dosa, Allah memang bekerja secara pasif, yaitu menarik kasih karuniaNya, dan mengijinkan setan dan / atau manusia untuk menggoda manusia yang ditetapkan untuk jatuh ke dalam dosa itu sehingga dosa itu pasti terjadi.
Supaya tidak dianggap bahwa Allah hanya semata-mata mengijinkan terjadinya dosa, maka diberi ayat-ayat kelompok pertama.

Ayat-ayat kelompok pertama bisa ada dalam Alkitab, untuk menunjukkan bahwa semua itu terjadi karena penentuan Allah. Allah adalah first cause / penyebab pertama dari segala sesuatu. Ini bukan merupakan sesuatu yang aneh, karena kalau saya membangun sebuah rumah, sekalipun saya membangun rumah itu menggunakan orang lain (pemborong, kuli dsb) dan tidak membangunnya sendiri, saya tetap bisa berkata bahwa sayalah yang membangun rumah.

Catatan: kalau mau tahu lebih mendalam lagi tentang hal ini, baca buku saya yang berjudul ‘Providence of God’.

Pertanyaan: Kalau Allah membiarkan orang dalam dosa dan tidak menolong mereka, apakah itu berarti bahwa Allah melakukan dosa pasif (bdk. Amsal 24:11-12)? R. L. Dabney mengatakan tidak, karena hukum yang mengikat kita tidak berlaku bagi Allah, yang adalah pembuat hukum dan yang berada di atas hukum!. Reprobation (= penentuan binasa)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url