Tidak Ada Kebahagiaan di Dalam Dunia (Pengkhotbah 1:2)
“Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia” Pengkhotbah 1:2
Teks ini berisi penilaian yang benar tentang segala sesuatu di bawah matahari. Hasrat terbesar kita adalah kebahagiaan, dan kebodohan terbesar kita adalah berpikir bahwa kita dapat menjadi bahagia dengan kesenangan-kesenangan dunia ini. Alasan ini membuat manusia mengejar kesenangan, menimbun kekayaan, dan mengincar tanda jasa dan pangkat karena mereka percaya bahwa hal-hal ini dapat membuat mereka benar-benar bahagia.
Tetapi ini sama seperti mencari orang hidup di antara orang mati. Semua itu laksana tangki air bocor yang tidak dapat menampung air hidup. Dengan keras kepala kita mengkhayalkan, bahwa semua hal itu sebagai kemantapan, sesuatu yang permanen, dan memuaskan. Kita menganggap semua itu sebagai sasaran padahal semua itu hanyalah alat bantu yang digunakan selama perjalanan musafir kita.
Kita terlalu banyak mengharapkan dari apa yang dapat dihasilkan oleh semua itu, sehingga kesia-siaan bukanlah di dalam hal-hal itu tetapi lebih di dalam pengejaran kita. Menikmati apapun haruslah di dalam kasih yang direkatkan demi kebaikan itu sendiri. Hanya Allah pemiliknya. Kita sepatutnya hanya memakai apapun dari dunia ini untuk membawa kita kepada sang Pencipta. Kita boleh memanfaatkan apapun tetapi kita sepatutnya hanya menikmati Dia (sang Pencipta) saja.
Bukankah emas dan perak itu tidak lain selain keaneka-ragaman bentuk tanah, yaitu tanah liat keras yang berkilauan? Minyak wangi yang paling harum hanyalah keringat lembab tumbuh-tumbuhan. Sutera terhalus hanyalah hasil pembuangan seekor ulat yang kotor. Minuman anggur yang paling mahal bukan apa-apa selain air kubangan yang disaring dari buah anggur. Makanan lezat yang paling kita cari adalah tanah yang diolah dan dihidangkan di hadapan kita. Khayalan dan adat istiadat atau tradisi bersekongkol untuk menipu kita. Kebenarannya adalah bahwa penampilan dunia ini lebih indah dari pada hakekat atau substansinya.
Betapa sia-sianya dunia saat menjelang kematian! Kesenangan-kesenangan dunia ini juga tidak dapat membebaskan kita dari beban kekuatiran sehari-hari dan salib yang harus kita pikul. Hanya di dalam Dia kita dapat menemukan perhentian dan kepuasan sejati. Marilah kita menyerahkan kekuatiran dan beban-beban berat kita kepada-Nya yang telah berjanji untuk menopang kita. Marilah kita mengubah aliran sungai keinginan kita ke arah surga, tempat satusatunya menemukan segala sesuatu yang kekal dan memuaskan. Marilah kita hidup dengan kerendahan hati di hadapan Allah.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Ezekiel Hopkins (1633-1690), Works, I:14-50
Teks ini berisi penilaian yang benar tentang segala sesuatu di bawah matahari. Hasrat terbesar kita adalah kebahagiaan, dan kebodohan terbesar kita adalah berpikir bahwa kita dapat menjadi bahagia dengan kesenangan-kesenangan dunia ini. Alasan ini membuat manusia mengejar kesenangan, menimbun kekayaan, dan mengincar tanda jasa dan pangkat karena mereka percaya bahwa hal-hal ini dapat membuat mereka benar-benar bahagia.
Tetapi ini sama seperti mencari orang hidup di antara orang mati. Semua itu laksana tangki air bocor yang tidak dapat menampung air hidup. Dengan keras kepala kita mengkhayalkan, bahwa semua hal itu sebagai kemantapan, sesuatu yang permanen, dan memuaskan. Kita menganggap semua itu sebagai sasaran padahal semua itu hanyalah alat bantu yang digunakan selama perjalanan musafir kita.
Kita terlalu banyak mengharapkan dari apa yang dapat dihasilkan oleh semua itu, sehingga kesia-siaan bukanlah di dalam hal-hal itu tetapi lebih di dalam pengejaran kita. Menikmati apapun haruslah di dalam kasih yang direkatkan demi kebaikan itu sendiri. Hanya Allah pemiliknya. Kita sepatutnya hanya memakai apapun dari dunia ini untuk membawa kita kepada sang Pencipta. Kita boleh memanfaatkan apapun tetapi kita sepatutnya hanya menikmati Dia (sang Pencipta) saja.
Bukankah emas dan perak itu tidak lain selain keaneka-ragaman bentuk tanah, yaitu tanah liat keras yang berkilauan? Minyak wangi yang paling harum hanyalah keringat lembab tumbuh-tumbuhan. Sutera terhalus hanyalah hasil pembuangan seekor ulat yang kotor. Minuman anggur yang paling mahal bukan apa-apa selain air kubangan yang disaring dari buah anggur. Makanan lezat yang paling kita cari adalah tanah yang diolah dan dihidangkan di hadapan kita. Khayalan dan adat istiadat atau tradisi bersekongkol untuk menipu kita. Kebenarannya adalah bahwa penampilan dunia ini lebih indah dari pada hakekat atau substansinya.
Betapa sia-sianya dunia saat menjelang kematian! Kesenangan-kesenangan dunia ini juga tidak dapat membebaskan kita dari beban kekuatiran sehari-hari dan salib yang harus kita pikul. Hanya di dalam Dia kita dapat menemukan perhentian dan kepuasan sejati. Marilah kita menyerahkan kekuatiran dan beban-beban berat kita kepada-Nya yang telah berjanji untuk menopang kita. Marilah kita mengubah aliran sungai keinginan kita ke arah surga, tempat satusatunya menemukan segala sesuatu yang kekal dan memuaskan. Marilah kita hidup dengan kerendahan hati di hadapan Allah.
Diterjemahkan dari buku “Voices From The Past” dengan cuplikan karya Ezekiel Hopkins (1633-1690), Works, I:14-50