YESUS KRISTUS, BUAH SULUNG KEBANGKITAN

Nats: 1 Korintus 15:20-28, 44-45

15:20 Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
15:21 Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
15:22 Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.
15:23 Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
15:24 Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
15:25 Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
15:26 Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.
15:27 Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya.
15:28 Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

15:44 Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.
15:45 Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.

Hari yang paling penting bagi gereja mula-mula bukanlah hari Natal, melainkan hari Paskah. Apakah sebabnya? Karena manusia mulai menyadari bahwa titik akhir dari kehidupan bukanlah kematian. Setelah Kristus bangkit dari antara orang mati, keyakinan manusia terhadap kebangkitan-Nya adalah harapan baru untuk mengubah seluruh suasana kerajaan Romawi yang penuh dengan penindasan, perbudakan, ketidakadilan, segala macam kejahatan, imoralitas dan dosa-dosa yang luar biasa.

Kerajaan Roma begitu luas, menjangkau Asia yang berada di bagian barat, Afrika yang ada di bagian utara dan hampir seluruh Eropa. Namun di dalam kerajaan yang paling besar, yang paling berkuasa dalam sepanjang sejarah di Barat ini, kita menemukan hidup manusia penuh dengan keluhan dan banyak orang tidak mempunyai pengharapan. Kecuali mereka yang memiliki kedudukan tinggi, kuasa yang besar di dalam kerajaan tersebut, banyak orang diperjualbelikan sebagai budak, tidak mempunyai kemerdekaan yang selayaknya dinikmati oleh manusia pada umumnya. Kedatangan Yesus ke dunia merubah situasi, bahkan seluruh nasib umat manusia. Kelahiran Yesus adalah pemberian Allah yang terbesar bagi umat manusia. Kitab Suci menuliskan: “Firman itu telah menjadi daging dan tinggal di tengah-tengah kita, penuh dengan anugerah dan kebenaran” Dua hal yang sangat dibutuhkan umat manusia.

Umat manusia membutuhkan anugerah, agar hidupnya tidak mengarah pada maut, pada hidup yang dibelenggu oleh dosa, hidup yang gelap, yang tidak mempunyai arah di dalam kekekalan. Manusia butuh anugerah, belas kasihan dan kita menatapnya dengan penuh penantian. Berkat mana yang kita nantikan? Berkat yang diberikan oleh raja, oleh jenderal atau oleh para konglomerat? Itu semua hanya omong kosong. Lalu berkat siapa yang kita nantikan? Manusia di dunia tidak mempunyai kekuatan untuk sekadar memelihara diri dan seluruh umat manusia saja, kita butuh anugerah Allah, sang Pencipta yang rahmani dan rahimi.

Apakah yang diperlukan oleh dunia ini? Kebenaran. Pada saat Yesus di dunia, filsuf-filsuf Yunani mulai dari: Thales, Anasiminder, Anasimines, Lucresius, Democritos, Aristoteles sampai ke Plato, Socrates sudah mengalami jalan buntu. Mereka mencari jalan bijaksana, ingin mengetahui semua rahasia yang penting di dalam alam semesta, namun waktu mereka menyelidiki hal-hal yang ada di luar manusia, mereka melupakan apa yang ada di dalam dirinya. Maka bijaksana yang terdapat di dalam filsafat hanya merupakan permainan dari pengetahuan yang tidak mampu menolong atau mengubah situasi ketidakadilan yang terdapat di dalam masyarakat.

Meskipun kebudayaan Yunani telah menanamkan modal yang penting sekali dalam membentuk masyarakat yang adil, membentuk pemikiran tentang siapakah manusia yang paling ideal, yaitu mereka yang memiliki: bijaksana, keadilan, keberanian, tahan nafsu; tetapi nyatanya di zaman Romawi, keempat hal tersebut tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Buktinya: orang Romawi berpikir tentang keadilan, namun mereka melakukan hal yang sama sekali tidak adil di pengadilan. Mereka berbicara tentang bijaksana, tapi pada waktu mereka diperhadapkan dengan masalah untung rugi, mereka tidak menghiraukan semua hal yang pernah mereka pelajari itu. Mereka berbicara tentang keberanian, tapi keberanian malah berubah menjadi kebuasan, ke mana saja mereka menjajah selalu membunuh rakyat setempat dengan sewenang-wenang. Mereka berbicara tentang menahan nafsu, hal itupun tidak terwujud. Buktinya, orang yang paling tidak bisa menahan nafsu adalah para kaisar di istana. Mereka tidak bisa menjadi contoh bagi para pejabat, begitu juga pejabat tidak bisa menjadi contoh bagi rakyat, rakyat juga tidak bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka yang sedang bertumbuh. Yang ada di dalam kerajaan itu hanyalah kuasa untuk membunuh, kuasa militer, dan bukan kuasa untuk memberi pengharapan bagi manusia. Itulah saatnya Yesus turun ke dunia.

Yesus turun ke dunia. Allah menjelma menjadi manusia yang berdaging, hidup di tengah-tengah kita. Memang kalimat itu sudah terlalu sering kita dengar, tetapi bayangkanlah, di dalam kerajaan Romawi, Allah yang bukan Jupiter, Mars, Arial, Venus, Mercury, Hermes, ataupun dewa-dewa di bukit Olympus; melainkan Allah yang Mahatinggi, Allah yang Esa, Dialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Namun herannya, Allah justru memakai bahasa Yunani dan bukan bahasa Ibrani sebagai bahasa pengantar PB. Mengapa? Karena bahasa yang digunakan pada masa itu adalah bahasa Latin dan bahasa Yunani. Adapun bahasa yang paling diterima oleh kalangan atas adalah bahasa Yunani, itu sebabnya Injil tidak ditulis dalam bahasa Ibrani melainkan bahasa Yunani, untuk menyatakan kehendak dan rencana keselamatan yang Allah berikan bagi umat manusia.

Di sini kita mendapatkan satu prinsip: bahasa untuk Injil, Injil bukan untuk bahasa, kebudayaan untuk Injil, Injil bukan untuk kebudayaan. Pada waktu kita masuk ke dalam gereja, pada waktu kita memberitakan Injil ke dunia, tinggalkanlah monopoli bahasa, budaya; jadilah global, supaya Injil bisa diberitakan ke seluruh muka bumi.

Ada orang bertanya kepada saya, mengapa di hari Pentakosta, saat Roh Kudus turun ada karunia lidah? Jawab saya, sebab yang pertama: supaya mereka yang tadinya tidak mengerti Injil, karena karunia lidah itu, bisa mengerti Injil. Tetapi sekarang, yang disebut "karunia lidah" justru membuat orang yang sudah mengerti menjadi tidak mengerti. Sebab yang kedua, agar gereja tahu, Injil bukan untuk satu bahasa - Israel - melainkan untuk seluruh umat manusia. Karena Yesus mati untuk menebus dosa manusia dari segala bangsa, segala suku, segala bahasa dengan darah-Nya, agar mereka kembali menjadi milik Allah. Apa yang Yesus bawa ketika Dia datang ke dunia? Firman menjadi daging, hidup di tengah-tengah kita, untuk membawakan anugerah dan kebenaran.

Sejak masa Helenistic, empat abad sebelum Kristus, sampai empat abad setelah Kristus, selama delapan ratus tahun itu, orang-orang mulai berpikir tentang apa arti hidup, mengapa saya hidup. Mereka terbagi dalam tiga arus yang besar:

1. Stoicisme, hidup untuk mencari kebajikan, bukan hanya mencari uang saja
2. Epicurianisme, hidup untuk mencari bahagia
3. Skepticisme, merasa bingung, tidak mengerti untuk apa mereka hidup.

Saya percaya, Pilatus mewakili orang-orang yang tidak bisa memberi jawab pada apa itu kebenaran. Terbukti pada waktu dia bertanya kepada Yesus dengan nada memaksa: “Tidak tahukah kamu, bahwa aku mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman menentukan hidup mati-Mu?” Yesus yang sejak semula membungkam mulai angkat bicara. Mengapa? Karena itulah saatnya Yesus mengoreksi pemikiran para penguasa dunia. Kata-Nya kepada Pilatus, “Bukan kamu yang berkuasa. Dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, jika Bapa-Ku yang di surga tidak memberi kuasa kepadamu, kamu tidak berhak melakukan apapun terhadap Aku.”

Di sini, Yesus menegaskan: hak dan kuasa pemerintahan harus berada di bahwa kuasa Allah. Itu sebabnya di 1 Korintus 15 dituliskan: semua penguasa akan dilenyapkan oleh Kristus, sebab Kristuslah pemerintah dan penguasa yang tertinggi dan yang terakhir. Ini bukan main-main. Kristus yang kau kabarkan, yang kepadanya kau berdoa, kau bersembah sujud, bukanlah Kristus yang lemah. Dialah Kristus yang mengalahkan maut, dosa, setan dan pada hari terakhir nanti, Dia akan memusnahkan semua pemerintah, semua penguasa dunia. Karena Dia sendiri akan memerintah sebagai Raja di atas segala raja. Dengan status itulah Dia memandang para penguasa yang berbicara sewenang-wenang dan Dia menunggu dengan sabar. Anak domba Allah ini sebenarnya adalah Singa dari Yehuda, maka saat Dia mendengar orang yang bernama Pilatus berbicara dengan sewenang-wenang, “Tidak tahukah Kamu bahwa aku berkuasa untuk membunuh Kamu?” Dia menjawab, “Jikalau bukan Bapa-Ku yang memberimu kuasa, kau tidak bisa berbuat apapun atas diri-Ku. Namun demikian, Aku berkata kepadamu, Akulah Raja orang Yahudi. Aku datang ke dunia untuk menjadi saksi bagi kebenaran.” Apa jawab Pilatus? “Apa itu kebenaran?” The long line history of philosophy in Roman empire and Greek philosopher end up in the skeptic manifestation of Pilate, when he say: what is truth?

Kristus mengatakan, “Aku adalah saksi kebenaran.” Pilatus berkata, “Apa itu kebenaran?” Sebenarnya Pilatus bukannya bertanya. Karena motivasi manusia bertanya bisa karena ingin tahu, ingin percaya, atau bisa juga karena tidak mau percaya lalu ingin menjatuhkan, menghina orang yang memberitakan firman. Pilatus mengajukan pertanyaan itu untuk menyatakan penghinaannya terhadap kebenaran. Maka Tuhan tidak menjawab dan Pilatus juga tidak bertanya lagi. Itulah kalimat terakhir di dalam pertemuan antara Anak Allah yang begitu merendahkan diri dengan anak manusia yang begitu meninggikan diri; the final encounter between the humiliated Christ and the arrogant man. Sejak detik itu, Pilatus tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu Yesus lagi. Karena dia sudah diberi kesempatan, tapi diremehkannya. Inilah pertemuan yang paling kritis, paling ironis, paradoks, inspiratif di dalam sepanjang sejarah.

Dari zaman ke zaman, kita perlu merenungkan saat Yesus paling merendahkan diri, perkataan apa yang Dia lontarkan; dan saat manusia paling congkak, perkataan apa yang dia ucapkan? Saat Yesus paling merendahkan diri, Dia berkata: “Aku adalah saksi dari kebenaran.” Saat manusia begitu congkak, dia berkata, “Apa itu kebenaran?” Sampai sekarang, sejarah terus berada di dua jalur ini: percaya kepada Tuhan lalu mendapat anugerah dan kebenaran, dan yang menolak Tuhan lalu akhirnya harus mati di dalam dosa.

Setelah pengadilan yang tidak adil itu selesai, Pilatus membiarkan Yesus dikenakan mahkota duri, dikenakan pakaian yang mempermalukan diri-Nya dan dicambuk. Kalau kau pernah menyaksikan lukisan Mathias Grundewall, seorang Jerman, hatimu tidak mungkin tidak tersentuh. Grundewall melukiskan daging di tubuh Kristus tidak lagi licin, tapi bengkak bengkak dan membiru akibat duri yang dipasang pada ujung cambuk itu menusuk badan-Nya. Ketika cambuk itu ditarik, keluarlah darah yang bercampur dengan karat di sekujur tubuh-Nya. Begitu mengerikan. Di dalam sejarah, tidak ada orang yang mungkin, atau pernah melukis lukisan Yesus dipaku di atas kayu salib sebaik lukisan Mathias Grundewall. Yang heran adalah, dia memakai pemikiran yang berbeda dengan pemikiran pelukis-pelukis lain. Dua melukiskan Yohanes Pembaptis, yang sudah mati, berdiri di samping Tuhan Yesus. Karena di dalam pikirannya, kesementaraan bisa disejajarkan dan kekekalan; Yohanes Pembaptis memegang sebuah kitab ditangannya, sambil menunjuk pada Yesus yang tersalib. Wajahnya seolah-olah berkata kepada kepada orang yang menyaksikan lukisan itu, 'Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.' Di sebelah kanannya terdapat Maria, ibu Yesus secara jasmani yang menangis dengan kesedihan yang luar biasa. Kepalanya, bahkan seluruh tubuhnya membungkuk ke bawah, karena dia tak tahan menyaksikan ketidakadilan yang diperlakukan atas diri Yesus. Salib memang merupakan sindiran bagi dunia.

Adakah kebenaran? Adakah kasih? Adakah kebajikan? Adakah keadilan? Apa itu kebudayaan? Jika manusia memang mempunyai civilitation selama ribuan tahun, permisi tanya, mengapa orang yang baik seperti Yesus Kristus harus diperlakukan seperti itu? Jawablah hai manusia! Untuk apa kau dididik dan dididik sampai sekolah tinggi, lalu setelah menjadi orang yang tertinggi di bidang politik, kebudayaan, malah melakukan ketidakadilan seperti itu? Coba buktikan kalau manusia sudah maju, sudah bermoral! Buktikan bahwa kerajaan yang terbesar itu telah melakukan hal yang terbalik! Semuanya terbalik! Pada waktu Yesus disalib, di sanalah keadilan dikalahkan oleh kejahatan; Allah dikalahkan oleh orang berdosa. Itulah sebabnya, jika Yesus tidak bangkit, tidak ada pengharapan untuk dunia ini. Jika Yesus tidak bangkit, kebudayaan justru akan menyatakan kerusakan manusia yang konon sudah menjadi semakin hebat.

Pada zaman Romawi, manusia merayakan kesuksesan, namun kesuksesan berakhir dengan kegagalan yang terbesar, karena mereka tidak bisa memperlakukan Yesus, orang yang paling baik di dalam sejarah, dengan adil, bahkan harus dipaku di atas kayu salib. Itulah sebabnya Paulus berkata: 'Jika Yesus tidak bangkit, sia-sialah apa yang aku beritakan. Jika Yesus tidak bangkit, apa yang kau percaya kosong adanya. Jika Yesus tidak bangkit, percumalah hidup kita di dunia. Jika Yesus tidak bangkit, berarti kita hanya berhadapan dengan Yesus yang hanya hidup selama tiga puluh tiga setengah tahun saja. Jika Yesus tidak bangkit, pengharapan kita hanya di dunia ini saja. Jika Yesus tidak bangkit, di antara semua manusia yang pernah hidup di dunia, kita adalah orang yang paling malang. If we believe Jesus only on this world, if Jesus not ressurrected, we believe in vain, we preach in vain.' Kalau Dia adalah orang mati yang tidak pernah bangkit, buat apa kita percaya kepada-Nya?

Kita perlu menyadari, secara agama, kekristenan kalah dengan agama Budha, Islam, Katholik dan agama apapun. Karena secara agama, kita kurang mistis, liturgis, serta kurang unsur-unsur lain yang diperlukan untuk membentuk satu agama yang besar. Tapi lepas dari semua itu, kita mempunyai Kristus yang mati dan bangkit, yang tidak terdapat di dalam agama manapun. Itulah yang membuat kita hidup. Jika orang Kristen Protestan tidak tahu hal ini, dia pasti akan memasuki Post Christian Era; seperti kekristenan di Eropa, gereja besar yang bisa memuat 20.000 (duapuluh ribu) orang, hanya dihadiri oleh 120 atau 200 orang. Sisanya untuk para turis berfoto, menikmati arsitektur Gotik, Rokoko, Barouqe...menjadi tempat cari uang bagi para tour guide.

Apakah kekristenan itu? Kalau orang Kristen tidak lagi percaya kepada Kristus yang lahir, mati, dan bangkit untuk kita, kekristenan hanya menjadi salah satu atraksi di bidang turis saja. Paulus berkata,“Celakalah kamu, jika kamu tidak percaya Yesus bangkit.” Yesus bangkit, menjadi pengharapan terbesar bagi kita, juga membuat kita berbeda dengan semua agama lain.

Pendiri-pendiri agama-agama lain masih berada di dalam kubur, disakralkan, dijadikan museum yang terbesar, tapi kuburannya masih berisi. Karena kubur mereka masih terisi, maka pengikutnya hidup dalam kekosongan. Karena kuburan Yesus kosong, maka hidup dari pengikut-Nya terisi; karena Dia sudah keluar dari kubur, hingga Dia bisa berada di dalam hati kita. Puji Tuhan! Jika Yesus datang ke dalam dunia untuk menyatakan cinta kasih, anugerah dan kebenaran Tuhan.

Permisi tanya, kebenaran itu adalah kebenaran yang seperti apa? Anugerah itu adalah anugerah yang seperti apa? Jika kau berkata, anugerah itu memberiku kekayaan, kelancaran, kesembuhan, itu adalah anugerah yang dituntut oleh orang-orang duniawi dan mereka yang menganut prosperity theology, yang tidak mengenal Injil. Apa jadinya kalau gereja menyimpang dari Injil? Kalau gereja tidak mengerti bahwa Yesus datang untuk membereskan dosa, melepaskan kita dari kuasa maut dan membebaskan kita dari cengkeraman setan, gereja akan mengarah ke mana? Jika Yesus tidak mati dan bangkit bagi kita, kita tidak bisa berdamai dengan Allah!

Inilah tujuan utama Allah mengutus Anak-Nya ke dunia: supaya orang yang percaya kepada-Nya jangan binasa, melainkan beroleh kekayaan? Bukan! Melainkan beroleh hidup yang kekal. Kita akan menekankan dan menekankan kembali tentang firman, Injil, kedaulatan Allah, dan tidak ada hal yang lain. Saya mengharapkan semua murid saya di sekolah teologia dan rekanrekan mewarisi semangat yang sama, sehingga gereja, bukan jatuh ke dalam wilayah agama dan kehilangan kuasa Injil. Paulus mengutarakan kalimat-kalimat ini bagaikan mengoyak-ngoyak jiwanya, agar orang Korintus mengerti apa yang kita percaya. Mengapa kita menjadi orang Kristen, mengapa kita harus menekankan begitu rupa akan kematian dan kebangkitan Kristus? Karena Injil-lah yang paling penting. Injil adalah rencana Allah dan pengharapan bagi dunia.

Empat ratus tahun pertama pada masa PB, kita menyaksikan seluruh kerajaan Romawi digoncangkan. Bukan oleh pisau, bukan oleh pedang atau oleh militer, melainkan oleh Yesus Kristus. Orang yang sudah menerima Yesus, hidupnya berubah. Mereka mempunyai pengharapan. Meskipun sebagai budak, mereka suka bernyanyi, karena mereka tahu Yesus hidup di dalam hidup mereka, mereka tahu mereka bersembah sujud kepada Dia yang hidup, bukan yang mati. Bila dibandingkan dengan semua dewa-dewa yang disembah oleh orang Yunani dan orang Romawi, memang sangat berbeda. Itulah sebabnya ada sebutan khusus bagi orang-orang yang beribadah, yang ditujukan kepada orang-orang yang berada di Romawi, tapi tidak lagi mau percaya kepada dewa-dewa Romawi. Karena mereka terpengaruh oleh orang Kristen yang menerima Yesus, yang beribadah kepada Allah satu-satunya. Pengaruh terbesar dalam sejarah adalah pengaruh dari Yesus yang datang ke dunia, dan pengaruh dari mereka yang betul-betul mengenal Yesus yang bangkit, karena merekalah yang akan merubah dunia. Banyak orang di dalam kerajaan Romawi yang sudah menjadi Kristen tidak menyatakan diri sebagai orang Kristen secara terang-terangan. Mereka berkumpul di Katakombe; di bawah kota Roma. Ada orang mengatakan, kalau Katakombe-katakombe itu digabungkan, kira-kira ada 1700 meter panjangnya. Artinya ada ratusan ribu atau bahkan jutaan orang menjadi orang Kristen, banyak orang masuk ke sana lalu menerima Injil.

Sampai abad ke-4, barulah Kaisar Roma mengatakan: Yesuslah yang benar, Roma tidak benar. Konstantin, Kaisar Romawi mengumumkan: 'Kristus benar. Kristus Tuhan saya. Saya percaya Yesus dan agama Kristen yang dulu dianiaya kini menjadi agama resmi. Orang Kristen yang lemah, yang menjadi budak, yang dihina tidak perlu takut. Kerena kita memiliki Kristus yang sudah bangkit dari antara orang mati.

Kitab Suci mengatakan, orang pertama, Adam, membawa kematian ke dalam dunia. Adam yang kedua atau Adam terakhir, Kristus, membawa hidup ke dalam dunia. Adam yang pertama dicipta. Adam yang kedua mencipta. Adam yang pertama tidak taat. Adam yang kedua taat. Adam yang pertama berdosa. Adam yang kedua menolak dosa. Adam yang pertama melanggar Tuhan. Adam yang kedua membawa manusia kembali kepada Tuhan. Adam yang kedua membawa manusia keluar dari kematian dan dosa, memberikan hidup yang baru. Itu sebabnya, Adam yang pertama menjadi manusia yang hidup, Adam yang kedua menjadi Roh yang menghidupkan manusia. Puji Tuhan! Dialah yang disebut Buah Sulung Kebangkitan.

Mungkin kau bertanya-tanya, bagaimana keadaan tubuh Kristus yang bangkit? Apakah artinya kita yang mengikuti Dia akan menjadi seperti Dia? 1Kor. 15 mengajarkan kepada kita, Yesus Kristus adalah buah sulung dari kebangkitan. Jadi, tubuh kebangkitan mempunyai lima ciri khas.

Yang pertama, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh jasmaniah yang dicipta oleh Tuhan dari tanah liat, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh rohani, di mana kemuliaan dan kuasa Tuhan akan merubah kita. Pada waktu kita bangkit dari kematian, kita akan memiliki tubuh kebangkitan seperti tubuh kebangkitan Kristus. Dia adalah buah sulung kebangkitan Kristus; kebangkitan yang pertama, yang berbeda dengan kebangkitankebangkitan yang lain.

Sebenarnya, sebelum Yesus bangkit, sudah ada orang-orang yang pernah dibangkitkan oleh nabi-nabi: Elia membangkitkan seorang anak, Elisa membangkitkan seorang anak. Tetapi kebangkitan mereka berbeda dengan kebangkitan Yesus Kristus, karena mereka yang pernah dibangkitkan oleh Elia dan Elisa akhirnya harus mati lagi. Tetapi kebangkitan Yesus adalah kebangkitan yang sekaligus mengalahkan kematian dan tidak mati lagi. Kebangkitan Yesus juga berbeda dengan ketiga orang yang pernah Dia bangkitkan: anak Yairus, anak janda di kota Nain, dan Lazarus. Apakah bedanya cara Yesus membangkitkan ketiga orang itu dengan cara Elia dan Elisa membangkitkan kedua anak itu? Berbeda. Elia dan Elisa hanya berdoa dan membangkitkan dalam nama Allah. Karena mereka hanyalah manusia. Sedangkan pada saat Yesus membangkitkan, Dia tidak perlu membangkitkan demi nama Allah, Dia hanya perlu mengucapkan satu kalimat titah Allah: bangkitlah kamu atau Lazarus keluar, satu persatu dari mereka pun bangkit. Karena Yesus bukan pengantara, Dia adalah Allah, Dia pemberi hidup. Tubuh kita adalah tubuh jasmaniah, tetapi tubuh kebangkitan adalah tubuh rohani.

Kedua, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang penuh dengan kelemahan, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kuat, perkasa. Tubuh kita ini masih bisa mengalami sakit penyakit, bisa merasakan letih. Karena tubuh jasmani ini terbentuk dari tulang, urat, daging, kulit, yang mempunyai kemungkinan terserang oleh virus, bakteri yang mengakibatkan sakit. Tubuh kita adalah tubuh yang lemah, tetapi waktu kebangkitan nanti, kita akan diberi tubuh yang kuat, yang perkasa.

Ketiga, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang bisa rusak, yang mortal, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang immortal. Kerusakan tubuh memang sangat menakutkan. Seorang murid saya, yang tadinya begitu cantik, begitu lincah, tak lama setelah dia menikah, menderita sakit dan meninggal dunia. Ketika saya pergi melayatnya, saya melihat dia, yang baru mati dua hari, separuh wajahnya sudah hitam dan seluruh tubuhnya sudah mulai rusak. Siapakah kita? Kita adalah manusia yang mempunyai tubuh mortal, tetapi Allah berjanji akan memberikan tubuh immortal, sifat ilahi-Nya sendiri. Waktu hari itu tiba, malaikat akan menyembunyikan sangkakala, lalu orang yang hidup akan berubah dan yang mati akan dibangkitkan. Saat itu, kita akan mendapatkan tubuh kebangkitan yang immortal; the mortal will become the immortal.

Keempat, tubuh kita yang sekarang adalah tubuh yang hina, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang mulia. Sebenarnya manusia mempunyai tubuh yang tercantik di antara semua makhluk, tetapi tubuh ini perlu menggunakan busana, perlu ditutupi? Mengapa? Karena tubuh ini sudah ada dosa. Busana adalah bukti dari adanya dosa asal. Karena itulah tubuh membuat kita merasa malu. Mengapa? Karena kemuliaan yang tadinya membungkus tubuhnya, sekarang sudah hilang, tetapi waktu kebangkitan nanti, kemuliaan akan kembali menutupi kita, kita mempunyai tubuh mulia seperti tubuh kebangkitan Kristus.

Kelima, tubuh yang sekarang adalah tubuh yang sementara, tapi tubuh kebangkitan adalah tubuh yang kekal, yang tidak berubah untuk selama-lamanya. Kelak waktu kita di surga, kita akan mengingat setiap orang, mengenali dia, Tuhan telah mengabadikan keadaan yang paling mulia, paling cantik dalam masa hidupnya untuk selama-lamanya. Puji Tuhan! Yesus bangkit, menjadi buah sulung kebangkitan.

Apa yang dimaksudkan dengan buah sulung? Sampel, teladan, contoh. Allah adalah setia dan jujur, sebagaimana Kristus bangkit, kita juga akan dibangkitkan, sebagaimana Kristus memiliki tubuh yang mulia, kita juga akan memiliki tubuh yang mulia. Sebagaimana Kristus memiliki tubuh yang tidak rusak, kita juga akan memiliki tubuh yang tidak rusak. Sebagaimana Yesus memiliki tubuh surgawi, kita juga akan mendapatkan tubuh surgawi. Sebagaimana tubuh Yesus yang kekal, yang tidak berubah lagi, kita pun demikian. Sekarang waktu kau bercermin, kau menemukan dirimu terlihat keriput, lelah. Katakanlah kepada cermin: ini adalah keadaanku yang sekarang, kelak waktu bangkit akan lain! Jangan mau diperdaya oleh tubuhmu, tak usah takut pada kelemahan tubuh, karena kepada kita telah dijanjikan tubuh yang kuat. Sekarang, selama tubuh yang lemah ini masih bisa menjadi alat untuk memuliakan Tuhan, marilah kita menggunakannya dengan baik untuk Tuhan.

Hari itu, kita akan mendapatkan tubuh yang mulia, tidak ada sakit gigi, linu, namun kita perlu berkata kepada Tuhan, semasa saya masih di dunia, di dalam tubuh saya yang sakit, yang lemah, yang duniawi, yang jasmani, yang terbatas, yang mempunyai banyak kesulitan, to live in this world for evenone day is a great previledge! Bila Anda ingin melayani Tuhan, jangan tunggu sampai mati, karena waktu itu, kau ingin ikut terjun melayani pun sudah tidak bisa lagi. Jadi, sekarang inilah saatnya kita melayani Tuhan dengan baik. Suatu hari nanti, kita akan berkumpul lagi, bukan di sini, tapi di surga. Di sana kita akan memiliki tubuh kebangkitan yang mulia, yang surgawi, yang kuat, yang tidak rusak, yang kekal dan yang betul-betul bersifat rohani untuk selama-lamanya.

Sudahkah kau menerima Tuhan sebagai Juruselamatmu? Sudahkah kau hidup di dalam pengharapan? Sudahkah kau mengakui segala dosamu kepada-Nya dan menerima keselamatan, kebenaran, anugerah yang Allah sediakan bagimu?

Amin.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url