EFEK DOMINO (Filipi 1:9-10)

 Bacaan : 2 Samuel 11:1-27.

Topik : EFEK DOMINO.
"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus" (Filipi 1:9-10)
EFEK DOMINO (Filipi 1:9-10)
Susun kartu domino dalam sebuah alur teratur dengan jarak dekat seperti gambar ilustrasi di atas. Lantas doronglah domino terdepan. Saat domino terdepan jatuh, maka kartu-kartu di belakangnya pun akan jatuh secara berurutan sampai habis. Skema ini dikenal dengan nama Domino Effect. Istilah domino effect pun kemudian dikenal untuk menggambar-kan serangkaian peristiwa yang berhubungan, dimana kejatuhan satu elemen akan menyebabkan jatuhnya elemen berikutnya yang terdekat, dan seterusnya sampai seluruh alur rubuh sesuai urutan.
Bentuk efek domino ini berlaku sama dalam hidup kita. Jika anda mengambil satu keputusan yang salah, maka keputusan salah berikut-nya akan hadir sebagai akibat dari keputusan awal kita, demikian seterusnya. Kalau kita salah melangkah dalam setiap sekuens maka bagai kartu domino, kita bisa rubuh bahkan hancur berantakan. Dan semua itu akan bermula dari pengambilan satu keputusan awal yang salah. Sebaliknya seringkali satu keputusan benar biasanya akan melahirkan keputusan-keputusan yang benar.
Harusnya sekolah tapi tergoda teman untuk bolos. Makin lama makin sering. Skorsing tidak menimbulkan efek jera, dan akhirnya ia dipecat dari sekolah. Ia hidup bergaul dengan berandalan dan kemudian hilang di usia muda, masih seperempat abad. Kalaupun meninggal, sampai hari ini tidak ada yang tahu dimana jasadnya. Ini bukan fiksi melainkan kisah nyata yang terjadi pada teman saya sendiri. Contoh sederhana ini menunjukkan bagaimana efek berantai yang bermula dari hal kecil kemudian bisa mendatangkan kehancuran saat tingkat eskalasinya membesar. Dari satu kesalahan kepada kesalahan lain yang tingkatan-nya terus membesar. Itu sering terjadi dalam hidup manusia, tapi sedikit yang menyadari bahwa hal ini sangat penting untuk dicermati dan harus disikapi dengan serius.
Alkitab memberikan banyak contoh yang sama lewat tokoh-tokoh yang tercatat di dalamnya. Misalnya apa yang dialami oleh Daud. Daud adalah orang yang sebelumnya begitu dekat dengan Tuhan. Berbagai Mazmurnya dan rangkaian pengalamannya bersama Tuhan menggam-barkan sebuah hubungan yang kuat. Tidak jarang kita melihat bahwa Daud tetap teguh imannya ketika berada dalam kesesakan. Tetapi lihatlah apa yang terjadi ketika Daud jatuh dalam dosa yang semakin parah.
Semua diawali ketika Daud memilih untuk tinggal di istana sementara anak buahnya diutus untuk berperang. Sebagai pemimpin, seharusnya ia turut maju memimpin anak buahnya. Tetapi Daud tidak melakukan itu dan mengambil keputusan lain. Inilah kesalahan yang mengawali kejatuhan Daud. Saat ia sendirian tinggal di istana, ia melihat istri anak buahnya sendiri, Batsyeba sedang mandi. "Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya." (2 Samuel 11:2).
Mengintip istri orang sedang mandi, itu perilaku yang sangat tidak baik. Tapi efek domino masih terus terjadi dengan masalah berikutnya. Daud tidak tahan melihat itu, dan kemudian tidur dengannya. "Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepada-nya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersih-kan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya." (ayat 4).
Lihatlah serangkaian masalah yang seharusnya sejak awal bisa dicegah Daud sebagai orang yang taat pada Tuhan. Sampai di titik ini, ternyata Daud belum juga benar dalam mengatasi masalah, malah semakin parah. Masalahnya, kalau ketahuan bisa gawat. Bisa jadi nama besarnya musnah dalam sekejap, dan hukuman berat akan menimpanya. Itu belum termasuk dendam dari suami Batsyeba yang bisa berbahaya. Daud pun kemudian semakin jauh tersesat dalam memilih penyelesaian. Ia berusaha memperdaya Uria, tapi usaha itu gagal. (ayat 8-13).
Akhirnya Daud berhasil merancang strategi untuk menghabisi nyawa Uria, suami Batsyeba. Caranya adalah dengan mengirim Uria ke barisan terdepan dalam pertempuran yang paling sengit, kemudian melarang Yoab dan pasukannya untuk membantu Uria. Uria pun tewas. Lihatlah eskalasi masalah yang semakin meningkat ketika Daud mencoba menyelesaikan masalahnya. Kalau anda baca kisah Saul, anda akan menemukan pula hal yang sama. Dari orang terpilih yang sangat potensial dan menjanjikan, Saul kemudian harus berakhir sebagai pecundang dengan trgais karena tidak kunjung mampu mengambil keputusan yang benar.
Setiap keputusan yang kita pilih akan membawa dampak efek domino dalam kehidupan kita, dan lebih luas lagi bisa mempengaruhi kehidupan orang lain pula. Setiap pilihan atau yang kita ambil dalam perjalanan hidup kita akan sangat menentukan kemana kita akan melangkah dan menjadi seperti apa kita nantinya. It will determine where we are going to and what we are becoming. Apa yang kita putuskan hari ini akan sangat menentukan masa depan kita.
Paulus sudah menyadari hal ini sejak semula. Lihat apa pesannya kepada jemaat di Filipi. "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus." (Filipi 1:9-10). Paulus mengingatkan bahwa kita harus memilih atau memutuskan apa yang terbaik. Karena satu keputusan akan sangat berpengaruh kepada masa depan kita.
Kalau kita memutuskan untuk bermalas-malasan dan membuang-buang waktu hari ini maka sulit bagi kita untuk berharap akan masa depan cerah. Sebab, bisakah kita berharap untuk memiliki masa depan yang cerah jika hari ini hanya kita isi dengan tidur-tiduran, bermain-main atau segala sesuatu yang sia-sia saja? Bisakah kita berharap untuk berhasil, memiliki karir yang baik dan sebagainya jika kita tidak belajar sejak kecil? Tentu tidak. Itulah sebabnya penting bagi kita untuk mengambil keputusan yang terbaik, mengambil "the excellent choices" dalam setiap langkah sejak dini karena semua itu akan sangat menentukan siapa dan seperti apa kita nantinya.
Mari kita lihat lagi apa kata Paulus di atas. "Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian." (ay 9). Memiliki kasih yang terus semakin melimpah hingga mencapai kepenuhan dalam pertumbuhan akan pengetahuan dan berbagai pengertian. Itulah yang menjadi dasar utama agar kita mampu mengambil pilihan atau keputusan yang baik seperti yang dikatakan dalam ayat selanjutnya. Artinya kita harus memiliki kasih yang tidak statis melainkan semakin bertumbuh dan melimpah hingga kita bisa memperoleh hikmat dalam untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar.
Hikmat sesungguhnya berasal dari Tuhan. Dia siap memberikan hikmat melimpah kepada setiap orang yang takut kepadaNya, kepada setiap orang yang mengasihiNya dan mau menyampaikan kasih itu kepada sesama manusia. Yakobus menyampaikan Firman Tuhan seperti ini: "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Dan itu akan membuat kita mampu mengambil keputusan-keputusan yang terbaik.
Keputusan terbaik seharusnya muncul dari hati yang taat sepenuhnya, mendasar kepada Kristus dan perintah-perintahNya. Keputusan atau pilihan yang terbaik ini akan mendasari langkah selanjutnya sehingga kita bisa suci dan tak bercacat sampai kedatangan Yesus kedua kallinya nanti. Dan bukan itu saja, kita pun akan penuh dengan buah kebenaran, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut the fruit of rightenousness, right standing with God and right doing, untuk memuliakan dan memuji Allah. (ay 11). Lihatlah efek domino dalam artian positif yang akan terjadi ketika kita memulainya dengan sebuah keputusan benar.
Ada sebuah kata-kata bijaksana yang berbunyi: “Hidup kita ditentukan oleh pilihan yang kita buat.” Itu benar adanya. Kita harus terus bertumbuh dalam kasih hingga mencapai kepenuhan dalam berbagai pengetahuan yang benar dan dalam segala pengertian, dan itulah yang akan memampukan kita untuk memilih segala sesuatu keputusan yang terbaik, yang sesuai dengan kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan. Itu akan berdampak kepada masa depan kita. Itu akan membentuk karakter kita hingga bisa tetap kudus tiada bercacat hingga akhir. Satu keputusan salah hari ini bisa berdampak negatif bagi masa depan kita, sebaliknya sebuah keputusan benar akan menjadi awal untuk menuai segala janji Tuhan. Amin.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url