Matius 7:7-11 – Yesus Mengajarkan Pentingnya Doa yang Penuh Iman kepada Bapa yang Murah Hati
Pendahuluan:
Doa adalah salah satu aspek paling fundamental dalam kehidupan Kristen. Yesus, dalam pengajaran-Nya di Khotbah di Bukit, menekankan pentingnya doa yang dipenuhi iman, terutama dalam hubungan antara manusia dan Allah sebagai Bapa yang murah hati. Dalam Matius 7:7-11, Yesus memberikan janji yang luar biasa mengenai kuasa doa:
"Mintalah, dan hal itu akan diberikan kepadamu. Carilah, dan kamu akan mendapat. Ketuklah, dan hal itu akan dibukakan bagimu." (Matius 7:7, AYT)
Ayat ini sering dikutip untuk mendorong orang percaya agar tidak ragu dalam berdoa dan bersandar pada kebaikan Allah. Namun, bagaimana para pakar teologi Reformed memahami bagian ini? Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pandangan beberapa teolog Reformed mengenai teks ini serta bagaimana ajaran ini seharusnya diterapkan dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks dan Makna Matius 7:7-11
A. Bagian dari Khotbah di Bukit
Matius 7:7-11 adalah bagian dari Khotbah di Bukit (Matius 5-7), di mana Yesus memberikan berbagai pengajaran tentang bagaimana hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Dalam bagian ini, Yesus tidak hanya mengajarkan tentang etika Kerajaan, tetapi juga bagaimana hubungan orang percaya dengan Allah seharusnya berfungsi.
Menurut John Calvin, Khotbah di Bukit menampilkan standar hidup yang sangat tinggi, yang tidak mungkin dicapai tanpa pertolongan Tuhan. Oleh karena itu, dalam Matius 7:7-11, Yesus menegaskan bahwa doa adalah sarana utama untuk menerima pertolongan dan kekuatan dari Allah dalam menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
B. Struktur dan Penekanan
Ayat-ayat ini terdiri dari tiga perintah yang berkaitan dengan doa:
- Mintalah, maka akan diberikan kepadamu – menunjukkan bahwa doa melibatkan ketergantungan kepada Allah.
- Carilah, maka kamu akan mendapat – menekankan bahwa doa harus aktif, bukan hanya pasif.
- Ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu – menunjukkan ketekunan dalam doa.
Sinclair Ferguson menekankan bahwa kata kerja dalam bahasa Yunani yang digunakan dalam ayat ini berbentuk present continuous, yang berarti bahwa permintaan, pencarian, dan ketukan harus dilakukan secara terus-menerus. Ini mengajarkan bahwa doa bukanlah sekadar tindakan sesekali, tetapi suatu gaya hidup.
2. Pandangan Teologi Reformed tentang Doa dalam Matius 7:7-11
A. John Calvin: Doa sebagai Ekspresi Ketergantungan pada Allah
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa doa adalah "napas kehidupan iman." Baginya, doa bukan hanya alat untuk meminta sesuatu kepada Allah, tetapi juga merupakan ekspresi ketergantungan manusia pada-Nya.
Calvin mengingatkan bahwa janji dalam Matius 7:7-11 tidak berarti bahwa Allah akan memberikan apa pun yang diminta manusia tanpa syarat. Sebaliknya, Allah memberikan yang terbaik bagi umat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna. Oleh karena itu, doa harus selaras dengan kehendak Allah, bukan sekadar permintaan egois.
B. Matthew Henry: Allah sebagai Bapa yang Murah Hati
Dalam komentarnya, Matthew Henry menyoroti bagaimana Yesus menggambarkan Allah sebagai Bapa yang baik dan murah hati. Henry menyatakan bahwa jika orang tua duniawi yang terbatas dapat memberikan hal-hal baik kepada anak-anak mereka, terlebih lagi Allah yang Mahabaik akan memberikan apa yang benar-benar diperlukan oleh anak-anak-Nya.
Dia juga menekankan bahwa Allah memberikan "yang baik" (Matius 7:11), bukan sekadar apa yang diinginkan manusia. Ini berarti bahwa jawaban doa dari Allah bisa berbeda dari apa yang diminta manusia, tetapi selalu demi kebaikan mereka.
C. Charles Spurgeon: Ketekunan dalam Doa
Spurgeon, dalam salah satu khotbahnya tentang doa, menekankan bahwa permintaan, pencarian, dan ketukan harus dilakukan dengan ketekunan. Ia mengingatkan bahwa terkadang Allah menunda jawaban doa bukan karena Dia tidak peduli, tetapi karena Dia ingin meningkatkan iman kita.
Menurut Spurgeon, doa yang penuh iman tidak berarti bahwa kita memaksakan kehendak kita kepada Allah, tetapi menunjukkan bahwa kita benar-benar percaya kepada kebaikan-Nya dan bersedia menantikan jawaban-Nya dengan sabar.
3. Prinsip-Prinsip Doa yang Penuh Iman Berdasarkan Matius 7:7-11
Dari pandangan teologi Reformed di atas, ada beberapa prinsip penting yang dapat diambil:
A. Doa Harus Dilakukan dengan Ketekunan
Kata kerja "minta," "cari," dan "ketuk" menunjukkan bahwa doa bukanlah tindakan satu kali saja, melainkan harus dilakukan dengan terus-menerus. Ketekunan dalam doa menunjukkan kepercayaan yang mendalam kepada Allah.
B. Doa Harus Selaras dengan Kehendak Allah
Allah bukanlah mesin otomatis yang memberikan segala sesuatu yang kita minta. Sebaliknya, Dia adalah Bapa yang bijaksana yang memberikan apa yang terbaik bagi kita. Oleh karena itu, doa yang benar adalah doa yang mencari kehendak Allah lebih dari keinginan pribadi.
C. Doa Harus Didasarkan pada Hubungan dengan Allah
Yesus mengajarkan bahwa kita berdoa kepada "Bapa" kita di surga. Ini menunjukkan bahwa doa bukan sekadar ritual religius, tetapi merupakan komunikasi yang intim dengan Allah. Kesadaran akan hubungan ini akan mengubah cara kita berdoa—bukan dengan takut, melainkan dengan penuh keyakinan akan kasih dan kebaikan-Nya.
D. Allah Menjawab Doa Sesuai dengan Hikmat-Nya
Janji dalam Matius 7:7-11 bukan berarti semua doa akan dijawab sesuai keinginan kita, tetapi bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Terkadang, jawaban-Nya adalah "ya," terkadang "tidak," dan terkadang "tunggu."
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
Bagaimana penerapan pengajaran ini dalam kehidupan sehari-hari?
- Jadilah orang Kristen yang rajin berdoa. Jangan hanya berdoa saat membutuhkan sesuatu, tetapi jadikan doa sebagai gaya hidup.
- Percayalah kepada kebaikan Allah. Jangan putus asa jika doa belum terjawab. Percayalah bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik.
- Doakan dengan iman dan ketekunan. Jangan mudah menyerah dalam berdoa, karena Allah sering mengajar kita melalui proses menunggu.
- Berdoalah dengan hati yang tunduk kepada kehendak Allah. Jangan hanya meminta keinginan pribadi, tetapi carilah kehendak-Nya dalam doa.
Kesimpulan
Matius 7:7-11 adalah ajaran Yesus yang luar biasa tentang doa. Melalui ayat ini, kita diajarkan untuk meminta, mencari, dan mengetuk dengan penuh iman kepada Allah yang murah hati. Para teolog Reformed seperti Calvin, Henry, dan Spurgeon menegaskan bahwa doa bukanlah sekadar meminta hal-hal materi, tetapi sebuah ekspresi iman yang sejati.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketergantungan kepada Allah melalui doa. Janganlah kita menjadi lemah dalam doa, tetapi teruslah meminta, mencari, dan mengetuk, dengan keyakinan bahwa Allah, Bapa kita yang di surga, akan memberikan yang terbaik bagi kita.
"Jadi, jika kamu yang jahat tahu bagaimana memberi anak-anakmu pemberian-pemberian yang baik, terlebih lagi Bapamu yang di surga yang memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:11, AYT)