Para Reformator dan Teologi Reformasi: Fondasi Kekristenan Reformed

Pendahuluan
Reformasi Protestan abad ke-16 adalah gerakan besar yang mengubah sejarah Kekristenan dan membentuk dasar bagi teologi Reformed. Gerakan ini dipimpin oleh para Reformator seperti Martin Luther, John Calvin, Ulrich Zwingli, dan John Knox, yang berusaha mengembalikan ajaran gereja kepada kebenaran Kitab Suci.
Teologi Reformasi menekankan otoritas Alkitab, keselamatan oleh anugerah melalui iman, dan kedaulatan Allah dalam segala sesuatu. Pemikiran para Reformator dikembangkan lebih lanjut oleh teolog Reformed seperti Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul, yang mempertahankan prinsip-prinsip teologi Reformasi sebagai dasar bagi gereja masa kini.
Artikel ini akan membahas para Reformator utama, doktrin teologi Reformasi, serta pengaruhnya bagi Kekristenan modern.
1. Para Reformator dan Peran Mereka dalam Reformasi
A. Martin Luther (1483–1546) – Pencetus Reformasi
1. Latar Belakang dan 95 Tesis
Martin Luther, seorang biarawan Augustinian dari Jerman, memulai Reformasi pada tahun 1517, ketika ia menempelkan 95 Tesis di pintu Gereja Wittenberg. Tesis ini menolak praktik penjualan indulgensi dan menyerukan pemurnian ajaran gereja.
2. Doktrin Utama Luther
- Sola Scriptura – Kitab Suci adalah satu-satunya otoritas tertinggi dalam iman dan kehidupan Kristen (2 Timotius 3:16-17).
- Sola Fide – Pembenaran hanya terjadi melalui iman kepada Kristus, bukan melalui perbuatan baik (Roma 3:28).
- Sola Gratia – Keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan tanpa syarat, bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8-9).
Luther menulis "The Bondage of the Will", yang menekankan bahwa manusia, dalam kondisi dosanya, tidak mampu memilih Allah kecuali oleh anugerah-Nya.
B. John Calvin (1509–1564) – Teolog Besar Reformasi
1. Karya Calvin: Institutes of the Christian Religion
John Calvin, seorang teolog dari Jenewa, Swiss, menyusun teologi sistematis Reformasi dalam bukunya Institutes of the Christian Religion.
2. Doktrin Utama Calvin
- Kedaulatan Allah dalam keselamatan – Allah memilih umat-Nya berdasarkan kehendak-Nya sendiri (Efesus 1:4-5).
- Total Depravity (Kerusakan Total) – Semua manusia telah berdosa dan tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri (Roma 3:10-12).
- Predestinasi – Keselamatan diberikan kepada mereka yang telah dipilih Allah sebelum dunia dijadikan (Roma 8:29-30).
Calvin membangun struktur gereja berdasarkan sistem presbiterian, yang menekankan kepemimpinan oleh para penatua (elders) dan otoritas Kitab Suci.
C. Ulrich Zwingli (1484–1531) – Reformator Swiss
1. Fokus pada Reformasi Liturgi dan Sakramen
Zwingli, seorang Reformator dari Zurich, menekankan bahwa ibadah harus kembali kepada bentuk alkitabiah, tanpa unsur-unsur Katolik yang tidak didukung oleh Kitab Suci.
2. Perbedaan dengan Luther dalam Perjamuan Kudus
- Luther percaya bahwa Kristus hadir secara nyata dalam Perjamuan Kudus, tetapi tidak dalam bentuk fisik.
- Zwingli mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah simbol pengorbanan Kristus, bukan kehadiran fisik-Nya.
Zwingli menolak konsep misa Katolik, menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
D. John Knox (1514–1572) – Reformator Skotlandia
1. Penyebaran Calvinisme ke Skotlandia
John Knox membawa ajaran Calvinisme ke Skotlandia dan mendirikan Gereja Presbiterian, yang menolak sistem kepausan dan menegaskan pemerintahan gereja oleh para penatua.
2. Perjuangan Melawan Otoritas Katolik
Knox menulis "The First Blast of the Trumpet Against the Monstrous Regiment of Women", yang menentang pemerintahan Katolik di Inggris dan Skotlandia.
Pengaruhnya masih terasa dalam Gereja Presbiterian di seluruh dunia, yang tetap berpegang pada teologi Reformed hingga hari ini.
2. Doktrin-Doktrin Utama dalam Teologi Reformasi
A. Lima Sola: Fondasi Teologi Reformasi
1. Sola Scriptura – Kitab Suci sebagai Otoritas Tertinggi
Kitab Suci adalah satu-satunya sumber kebenaran yang otoritatif dalam ajaran Kristen.
(2 Timotius 3:16-17, Mazmur 119:105)
2. Sola Fide – Pembenaran oleh Iman
Keselamatan hanya terjadi melalui iman kepada Kristus, bukan melalui perbuatan baik.
(Roma 5:1, Galatia 2:16)
3. Sola Gratia – Keselamatan adalah Anugerah Allah
Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri; keselamatan adalah pemberian Allah.
(Efesus 2:8-9, Titus 3:5)
4. Solus Christus – Kristus sebagai Satu-Satunya Perantara
Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan, tanpa perantara lain.
(Yohanes 14:6, 1 Timotius 2:5)
5. Soli Deo Gloria – Semua untuk Kemuliaan Allah
Segala sesuatu, termasuk keselamatan, adalah untuk kemuliaan Allah saja.
(Roma 11:36, 1 Korintus 10:31)
B. Lima Poin Calvinisme (TULIP)
Reformasi Protestan juga menghasilkan doktrin predestinasi yang dirangkum dalam lima poin Calvinisme (TULIP):
- Total Depravity (Kerusakan Total) – Manusia sepenuhnya berdosa dan tidak dapat mencari Allah tanpa anugerah-Nya.
- Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat) – Allah memilih siapa yang akan diselamatkan berdasarkan kehendak-Nya.
- Limited Atonement (Penebusan Terbatas) – Kristus mati hanya untuk umat pilihan-Nya.
- Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak) – Orang pilihan tidak dapat menolak panggilan keselamatan.
- Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus) – Orang percaya sejati tidak akan kehilangan keselamatannya.
Doktrin ini pertama kali ditegaskan dalam Kanon Dort (1618-1619) sebagai respons terhadap Arminianisme.
3. Pengaruh Reformasi bagi Gereja Masa Kini
A. Pembentukan Gereja-Gereja Reformed
Reformasi melahirkan berbagai denominasi gereja Reformed, seperti:
- Gereja Reformed Belanda (Dutch Reformed Church)
- Gereja Presbiterian di Skotlandia
- Gereja Puritan di Inggris dan Amerika
B. Etika Kerja dan Pengaruh Sosial
Max Weber dalam The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism menegaskan bahwa Calvinisme membentuk etika kerja modern, yang menekankan tanggung jawab dan disiplin.
C. Pemberitaan Injil dan Misi
Teologi Reformasi menegaskan pentingnya penginjilan dan misi, karena keselamatan adalah anugerah yang harus diberitakan kepada semua orang.
Kesimpulan
Para Reformator seperti Luther, Calvin, Zwingli, dan Knox membawa pembaruan besar dalam Kekristenan, menekankan otoritas Kitab Suci, keselamatan oleh anugerah, dan kedaulatan Allah.
Teologi Reformasi tetap relevan hingga hari ini, membentuk pemahaman kita tentang iman, gereja, dan kehidupan Kristen.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memegang teguh ajaran ini dan memberitakan Injil kepada dunia.