PERILAKU ETIS BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF KRISTEN

Samuel T. Gunawan, SE.,M.Th.


PERILAKU ETIS BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF KRISTEN. Bisnis adalah suatu usaha atau serangkaian usaha yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang maupun suatu organisasi dengan  menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba).   Dengan demikian, bisnis apapun, termasuk bisnis yang dijalankan oleh seorang Kristen haruslah mampu mendatangkan laba (keuntungan) agar usahanya dapat langgeng.[1] Tidak ada larangan bagi orang Kristen untuk mendapatkan keuntungan dalam berbisnis. 

Namun, ada peringatan yang tegas dari Alkitab terhadap keuntungan gelap yang di dapat dari ketidakjujuran dan pengambilan hak orang lain. Perhatikanlah dua ayat Alkitab berikut : “Siapa loba akan keuntungan gelap, mengacaukan rumah tangganya, tetapi siapa membenci suap akan hidup” (Amsal 15:27), dan “Celakalah dia yang membangun istananya berdasarkan ketidakadilan dan anjungnya berdasarkan kelaliman, yang mempekerjakan sesamanya dengan cuma-cuma dan tidak memberikan upahnya kepadanya” (Yeremia 22:13). 

Tony Evans, seorang pendeta dan teolog menuliskan, “Allah memberdayakan orang-orangNya untuk penggunaan yang benar dari sumber-sumber daya di bumi untuk secara menguntungkan (dan secara bermoral) melakukan bisnis sebagai para pengelolaNya”.[2] Karena itu, disinilah perlunya membicarakan bisnis Kristen menurut pandangan Alkitab.

Istilah “etis” adalah bentuk kata sifat dari kata “etika”. Etika adalah pengetahuan tentang nilai-nilai baik atau buruk, benar atau salah, dan berhubungan dengan moralitas yang dijadikan sebagai acuan, aturan, standar, atau norma yang berlaku. Jadi, etis adalah hal-hal yang sesuai dengan etika, yaitu aturan, standar, atau norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat tertentu.[3] Dalam konteks iman Kristen ukuran apa yang baik adalah segala sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan itu sendiri telah dinyatakan dalam Alkitab (2 Timotius 3;16).  

Jadi, titik tolak berpikir  etika Kristen adalah iman kepada Tuhan yang telah menyatakan diri di dalam Tuhan Yesus Kristus. Etika Kristen merupakan tanggapan akan kasih Allah yang menyelamatkan kita (1 Yohanes 4:19). Dalam etika Kristen kehendak Tuhan dikedepankan sehingga sifat etika Kristen adalah teologis dan imani. Kehidupan etis merupakan cara hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Dalam etika Kristen, kewibawaan Tuhan Yesus Kristus diakui. Karena itu berikut ini beberapa perilaku etis dalam berbinis secara Kristen.

Pertama, menjalankan bisnis yang mencerminkan Kristus. Dunia bisnis tidaklah selalu jujur.  Karenanya tiap orang Kristen wajib hidup dalam kejujuran. Tuhan sendiri berkata bahwa Ia bergaul erat dengan orang jujur (Amsal 3:32). Setiap pelaku bisnis pasti mencari untung dan semua orang mengetahui hal itu. Tidak mungkin ada sebuah bisnis berjalan bila tidak ada keuntungan. Tetapi hendaklah keuntungan bukan satu-satunya tujuan dalam praktek bisnis, sebab bila demikian seseorang akan berupaya menghalalkan segala cara untuk mencapai untung. Padahal setiap perilaku orang percaya ada di bawah terang Kristus.

Kedua, menjalankan bisnis yang bertanggungjawab. Pengusaha Kristen harus melakukan kegiatan bisnisnya dengan penuh tanggung jawab. Bertanggung jawab di dalam memproduksi, bertanggung jawab di dalam penjualan, bertanggung jawab di dalam mempromosikan dan bertanggung jawab di dalam pembayaran kewajiban dan hutang/pinjaman mereka. Tidak boleh ada pengusaha Kristen yang bisa membeli barang tetapi tidak bisa membayarnya, atau kabur begitu saaja tanpa pemberitahuan atau tanggung jawab. Hal yang demikian sangat tidak terpuji dan tidak menjadi kesaksian yang baik dimana mereka harus menjadi garam dan terang   (Mazmur 37:1). Selain itu, pelaku bisnis mampu bekerjasama dengan orang lain dan bisa menerima masukan dari beberapa rekannya (termasuk pasangannya); menyediakan produk yang bermutu dengan harga yang sesuai; menghormati orang yang memberi hutang kepada Anda (Amsal 3:27-28); memperlakukan bawahan dan karyawan dengan adil terutama dalam hal upahnya; dan menjadikan pelanggan atau orang yang menikmati produk atau jasa Anda sebagai yang utama. Jangan menipu mereka!

Ketiga, menerapkan nilai kejujuran. Di dalam melakukan usaha atau bisnis, pengusaha Kristen tidak boleh mengikuti cara-cara dunia yang penuh kecurangan dan penipuan, baik di dalam ukuran barang, berat barang, kualitas, harga, maupun di dalam mempromosikannya. Orang-orang dunia hanya mengejar keuntungan saja, namun pengusaha Kristen juga harus mengusahakan kesaksian yang baik. Seorang pengusaha Kristen tidak boleh menunda menepati janji untuk membayar apa yang sudah dibelinya  dengan cara mengatakan kebohongan-kebohongan seperti “boss tidak ada ditempat”, “belum ada pemasukan”, “pembeli-pembeli masih banyak yang belum membayar” dan lain-lain kebohongan seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang dunia. Seorang pengusaha Kristen tidak boleh lalai dalam membayar hutang-hutangnya sesuai kesepakatan yang telah dibuat. Seorang pengusaha Kristen harus dapat dipegang janjinya dengan berpedoman pada prinsip Alkitab yaitu : “ya katakan ya, tidak katakan tidak”. Pengusaha Kristen Harus jujur dan bertanggung jawab (Amsal 11:1; 20:23; Mikha 6:11).

Keempat, memberikan pelayanan yang baik. Dikalangan usaha atau bisnis dikenal ungkapan “pelanggan adalah raja”, yaitu suatu upaya memperlakukan para pelanggan mereka dengan baik, ramah dan memperhatikan apa yang menjadi kepentingan pelanggan. Prinsip ini dilandasi oleh semangat kerendahan hati untuk menganggap orang lain lebih utama. Ungkapan lainnya seperti “jemput bola” adalah suatu inisiatif yang dilakukan untuk bergerak memberikan pelayanan yang baik terlebih dahulu dan bukan menunggu sampai dikejar-kejar oleh orang lain. Ini adalah suatu prinsip dasar di dalam melayani yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Orang Kristen harus dapat memberikan pelayanan yang baik tanpa harus diminta. Pengusaha Kristen seharusnya dapat melakukan yang lebih baik lagi dalam hal pelayanan yang berhubungan dengan bisnis atau usaha, melebihi standar yang ada pada umumnya dengan  demikian menunjukkan kelebihan nilai-nilai iman Kristen. Jika kita melakukan hal yang baik dan menyenangkan maka relasi kita akan senang berhubungan atau berbisnis dengan kita (Galatia 6:7; Filipi 2:3-4).

Kelima,  melakukan kewajiban terhadap karyawan dengan benar. Seorang pengusaha Kristen juga harus menjadi teladan bagi karyawannya dan bukan hanya bagi relasi bisnisnya. Dengan menjadi teladan yang baik bagi karyawannya pengusaha Kristen telah menjadi saksi Kristus dilingkungan perusahaan yang dipimpinnya atau usaha yang dikelolanya. Hal utama bagi seorang pengusaha Kristen terhadap karyawannya adalah melakukan kewajibannya dengan baik, terutama di dalam pembayaran upah karyawannya. Pembayaran gaji karyawan yang dilaksanakan tepat waktu telah merupakan bukti dari tanggung jawab seorang pimpinan yang baik. Karena untuk mendapatkaan gajilah maka para karyawan berkerja dengan baik, sehingga gaji yang adalah hak karyawan harus dibayar tepat waktu, utuh tanpa pemotongan yang tidak jelas (Roma 4:4; 1 Timotius 5:18; Yakobus 5:4; Bandingkan Yeremia 22:13).

Keenam, menaati peraturan dan melakukan kewajiban-kewajiban. Di dalam melakukan bisnisnya, pengusaha Kristen harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik melalui departemen terkait ataupun melalui pemerintah daerah setempat. Pemerintah yang baik adalah perpanjangan tangan Tuhan di dalam mengatur suatu negara agar semua komponen negara dapat berjalan dengan tertib dan tidak merugikan pihak-pihak lain. Orang Kristen, termasuk juga pengusaha Kristen harus tunduk kepada pemerintah (Roma 13:1-4; Titus 3:1). Pengusaha  Kristen juga harus memenuhi apa yang menjadi kewajibannya terhadap pemerintah, mulai dari pembayaran listrik, air, telepon hingga  pembayaran pajak-pajak dan rekening lainnya (Matius 22:21; Roma 13:6-7). 

Ketujuh, melakukan bidang usaha yang baik dan membangun. Pengusaha Kristen dituntut untuk menjadi  pengusaha yang membangun, artinya melakukan usaha atau bisnis yang tidak merusak dan merugikan orang lain dan lingkungan alam serta sosial dilingkungan kita. Misalnya seorang pengusaha Kristen tidak boleh menjadi pengusaha permainan judi, buka usaha pelacuran yang berkedok karaoke, atau dalam contoh yang banyak kita temui adalah membungakan uang dengan tingkat bunga yang sangat tinggi. Seorang pengusaha Kristen harus menyadari bahwa ia adalah seorang saksi Kristus yang membawa damai sejahtera bagi dunia ini dan bukan untuk menghancurkannya. Pengusaha Kristen tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum kasih Allah dan Firman Allah (Efesus 2:10).

Akhirnya, orang-orang dunia melakukan bisnisnya sebagai tujuan dan sebagai ukuran dari keberhasilan hidup mereka. Mereka melakukan bisnis siang dan malam karena itulah satu-satunya arti hidup bagi mereka dan mereka melakukannya tanpa mengandalkan atau melibatkan Tuhan. Berbeda dengan orang Kristen, bisnis dalam kekristenan tidak dapat dilepaskan dari keimanan dan campur tangan Tuhan. Tuhan peduli dengan bisnis anak-anakNya. Tuhan sebagai Bapa ingin melihat usaha atau bisnis anak-aanakNya berhasil, dan Ia ingin memberkati usaha anak-anakNya (Ulangan 28:8-11)
REFERENSI 
Allard, Lioyd., 2005. The Ultimate Selling Guide. Terjemahan, Penerbit PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia: Jakarta.
Anoraga, Pandji., 2007. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis Dalam Era Globalisasi. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Bertens, K., 2013.  Etika. Edisi Revisi. Penerbit Kanasius: Yogyakarta.
Boediono., 2012. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1: Ekonomi Mikro. Edisi Kedua, cetakan ke-27. Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Burkett, Larry., 1992. Mengatur Keuangan Dengan Bijak. Terjemahan, Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung.
Burkett, Larry., 1997. Kunci Sukses Bisnis Menurut Alkitab. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Bandung.
Blomberg, Craig L., 2011. Tidak Miskin Tetapi Juga Tidak Kaya. Terjemahan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Boa, Kenneth, Sid Buzzell & Bill Perkins, 2013. Handbook To Leadership. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. Jemaat Dalam Perjanjian Baru. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Cuny, Paul L., 2012. Rahasia Ekonomi Kerajaan Allah. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Damazio, Frank & Rich Brott., 2005. Family Finance Handbook: Kiat Mengelola dan Mendayagunakan Keuangan Keluarga. Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yogyakarta.
Douglas,  J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jilid 1 & 2. Terjemahkan Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.
Evans, Tony., 2001. Cara Hidup Yang Luar Biasa. Buku dua, terjemahan, Penerbit Interaksara : Batam.
Ezra, Yakoep., 2006. Succes Througgh Character. Penerbit Andi : Yogyakarta.
Gunawan, Samuel  T., 2009. Dasar-Dasar Iman Kristen: Modul Teologi Sistematika. Diterbitkan oleh Besei Ministies: Palangka Raya.
Lazarus, Arnold A & Clifford N. Lazarus., 2005. Staying Sane in a Crazy World. Terjemahan, Penerbit PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary. Volume 1,2,3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
S, Alam., 2007. Ekonomi. Penerbit Erlangga: Malang.
Sandison, George & Staff., 2013. Bible Answers for 1000 Difficult Questions. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Shapiro, David A., 2005. Choosing The Right Thing. Terjemahan, Penerbit PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia: Jakarta.
Simorangkir, O.P., ______. Etika Bisnis. Edisi Revisi, Penerbit Yagrat: Jakarta.
Stamps, Donald C., ed, 1995. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Stassen, Glen & David Gushee., 2008. Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini, Terjemahan, Penerbit  Momentum : Jakarta.
Sukirno, Sadono., 2005. Teori Ekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta
Sumadji, Yudha Pratama & Rosita., 2006. Kamus Ekonomi Edisi Lengkap.  Penerbit Wacana Intelektual: Jakarta.
Verkuil, J., 2009.  Etika Kristen Bagian Umum. Cetakan Ke-23. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Artikel-artikelnya dapat ditemukan di : (1) Google dengan mengklik nama Samuel T. Gunawan;
(2) Website/ Situs : e-Artikel Kristen Indonesia; (3) Facebook : Samuel T. Gunawan (samuelstg09@yahoo.co.id.).
[1] Burkett, Larry., 1992. Mengatur Keuangan Dengan Bijak. Terjemahan, Penerbit Yayasan Kalam Hidup: Bandung, hal. 181.
[2] Evans, Tony., 2001. Cara Hidup Yang Luar Biasa. Buku dua, terjemahan, Penerbit Interaksara : Batam, hal. 264.
[3] Bandingkan: Bertens, K., 2013.  Etika. Edisi Revisi. Penerbit Kanasius: Yogyakarta; Verkuil, J., 2009.  Etika Kristen Bagian Umum. Cetakan Ke-23. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.PERILAKU ETIS BERBISNIS DALAM PERSPEKTIF KRISTEN
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url