KISAH EUTIKHUS (KISAH PARA RASUL 20:9)

 Bacaan : Kisah Para Rasul 20:9-12

"Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati." (Kisah Para Rasul 20:9)

KISAH EUTIKHUS (KISAH PARA RASUL 20:9)

Gara-gara mengantuk kita bisa mengalami celaka. Tidak percaya?
Banyak kasus kecelakaan terjadi karena pengendara mengantuk dan kehilangan kesadaran. Sopir bus yang mengantuk sangat berbahaya bagi para penumpangnya, karena sangat riskan terjadi kecelakaan fatal. Mengendarai sepeda motor dengan mata yang mengantuk juga bisa terjatuh dan taha-tahu ia sudah di aspal. Masih untung ia tidak sampai dilindas mobil atau truk dari belakang atau luka parah lain. Ini baru sedikit contoh saja dari sekian banyak kecelakaan yang ditimbulkan akibat mengantuk.
Sekarang coba bayangkan ini. Sekiranya ada kasus dimana seorang anak muda jatuh dari tingkat tiga pada saat kebaktian akibat mengantuk, saya yakin itu akan jadi tajuk utama di berbagai media massa. Bagi sebagian orang itu mungkin terdengar konyol, menyedihkan dan tentu menyeramkan. Seseorang tidak kuat menahan kantuk saat kebaktian, kemudian tertidur dan gara-gara hal tersebut ia jatuh dari tingkat tiga ke bawah. Kasus ini bukan fiksi melainkan pernah benar-benar terjadi dan itu dicatat jelas dalam Alkitab. Orang itu bernama Eutikhus, dan kejadian itu terjadi di Troas, sebuah kota Yunani kuno dalam rangkaian perjalanan penginjilan Paulus. Siapakah Eutikhus?
Eutikhus adalah salah seorang jemaat mula-mula pada abad pertama Masehi. Nama Eutikhus artinya “beruntung”. Sekalipun Alkitab sama sekali tidak mencatat latar belakangnya, tetapi nama Eutikhus tetaplah abadi dan selalu dalam ingatan setiap orang percaya. Kisah singkat mengenai Eutikhus ini bisa kita baca dalam Kisah Para Rasul 20:9-12.
“Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: "Jangan ribut, sebab ia masih hidup." Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.”
Mengantuk saat kebaktian kita anggap biasa. Alasannya pun bisa banyak disampaikan. Tapi Eutikhus membayar mahal kecerobohan itu. Kecerobohannya terlelap saat di gereja bukan saja membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapat berkat dari firman Tuhan, tetapi bahkan membawa maut dengan terjatuh tiga tingkat ke bawah. Kita tidak tahu apa yang membuatnya mengantuk. Apakah Paulus terlalu lama berbicara dan membosankan, apakah kotbahnya berulang-ulang, atau Eutikhus terlalu lelah bekerja, kurang tidur dan sebagainya. Tetapi yang jelas ia tertidur, dan akibatnya mengenaskan. Untunglah Paulus kemudian membangkitkannya kembali, sehingga ia pun mendapatkan sebuah pelajaran berharga dengan terhindar dari maut.
Mungkin Eutikhus bukanlah orang pertama yang tertidur dalam kebaktian, dan pasti bukan yang terakhir. Saya tidak tahu apakah ada yang mengalami pengalaman persis yang dialami Eutikhus, rasanya- dan semoga - tidak ada. Pemandangan orang mengantuk bahkan yang tertunduk-tunduk tertidur di gereja bukan lagi sesuatu yang asing bagi kita. Bahkan mungkin saja kita pun pernah mengalaminya sendiri. Ada yang saking ngantuknya mencoba menyibukkan diri dengan bermain smart phone atau chatting, alasannya agar tidak mengantuk. Kalau begitu untuk apa beribadah di gereja? Alasan bisa jadi banyak. Mungkin karena sudah kebiasaan, disuruh orang tua, sebuah kewajiban dari sekolah atau kewajiban seremonial semata, atau tidak jarang pula yang beranggapan bahwa mereka bisa mendapat berkat hanya dengan hadir di gereja, walaupun hati dan pikiran mereka sebenarnya tengah mengembara kemana-mana.
Ironisnya jika mengantuk pendeta lah yang malah disalahkan. Kotbahnya terlalu seriuslah, membosankanlah, kurang luculah, atau ayatnya sudah sering dibawakan dan sebagainya. Padahal mereka tidak sadar bahwa mereka sebenarnya sudah membuang kesempatan besar untuk diberkati lewat firman Tuhan, dan untuk bersekutu bersama saudara seiman, bersatu hati memuji dan menyembah Tuhan, merasakan hadirnya Kristus ditengah-tengah jemaat.
Salah satu kunci agar bisa mengikuti kebaktian dengan baik adalah persiapan yang cukup. Banyak orang yang pergi ke gereja di hari Minggu hanya karena rutinitas, karena terbiasa atau karena dipaksa oleh orang tua, istri/suami dan lain-lain. Pertama, kita harus menyadari betul bahwa kita beribadah ke gereja itu banyak gunanya dalam segala hal, baik buat hidup yang sekarang atau hidup yang akan datang nanti.(1 Timotius 4:8).
Bayangkan ketika kita mengalami begitu banyak tekanan dan bergumul dalam pekerjaan selama 6 hari, kerohanian kita bisa disegarkan kembali, dipulihkan agar kuat menghadapi minggu berikutnya dengan siraman firman Tuhan. Bagaimana ibadah kita pun berpengaruh pada apa yang akan datang pada kita di kehidupan berikutnya.
Berikutnya, kita harus menyadari betul bahwa tujuan kita menghadiri kebaktian adalah berkumpul bersama saudara-saudara seiman untuk memuliakan Tuhan. Kita bisa saling menguatkan, saling sokong, bersama-sama bersukacita dalam hadirat Tuhan. "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20).
Penulis Ibrani mengingatkan: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Ketahuilah bahwa iblis akan selalu mengaum-aum, mencoba mempengaruhi lewat segala hal agar kita tidak fokus dalam kebaktian, bahkan terus mengupayakan agar kita punya seribu satu alasan untuk tidak menghadiri kebaktian.
Eutikhus jatuh dari lantai tiga akibat mengantuk dan meninggal. Untunglah ia kemudian dibangkitkan lagi. Kita mungkin tidak sampai jatuh dari lantai tiga, tapi melewatkan penguatan dan penyegaran otot-otot rohani dengan tidak mendengarkan Firman Tuhan pun sesung-guhnya bisa mendatangkan masalah dalam hidup kita. Apa yang kita hadapi setiap hari tidaklah mudah. Ada berbagai jebakan yang siap menelan kita. Kalau kita lemah dan lengah, kita bisa berakhir seperti Eutikhus.
Sebaiknya persiapkan diri anda sehari sebelumnya, termasuk dalam merencanakan apa yang anda akan lakukan pada malam minggu dan tidur yang cukup, sehingga anda dapat mengikuti kebaktian dengan segar dan bersemangat. Tetap ingatkan diri kita bahwa kita adalah manusia-manusia yang membutuhkan kekuatan Tuhan agar bisa terus melanjutkan hidup kita dengan optimal. Meski mungkin anda telah menetapkan jadwal teratur untuk bersama Tuhan di saat-saat teduh di rumah setiap hari, tapi pada kebaktian di gereja anda memuliakan Tuhan bersama dengan saudara-saudara lainnya, merasakan hadirat Tuhan turun atas seluruh anak-anak Tuhan yang benar-benar mencariNya. Bukankah ini hal yang indah? Amin.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url