PERUMPAMAAN TENTANG DUA ORANG YANG BERHUTANG (LUKAS 7:41-43)

 Bacaan : Lukas 7:36-50.

"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." (Lukas 7:41-43)

PERUMPAMAAN TENTANG DUA ORANG YANG BERHUTANG (LUKAS 7:41-43)
Perumpamaan tentang dua orang yang berhutang ini relatif singkat, karena perumpamaan ini hanya terdiri dari tiga ayat (Lukas 7:41-43). Konteks historisnya adalah pada waktu Yesus diurapi seorang wanita berdosa di rumah Simon orang Farisi.
Perumpamaan ini mengajarkan kebenaran yang sederhana yaitu bahwa tingkat pengucapan syukur yang diungkapkan oleh seseorang yang hutangnya telah dihapuskan menunjukkan ukuran langsung dari jumlah hutang yang telah dihapuskan. Seorang pelepas uang yang menghapuskan hutang seorang kreditur dalam jumlah yang cukup besar akan menerima lebih banyak penghargaan dan ucapan terima kasih dari dia daripada dari seseorang yang dihapuskan hutangnya yang sedikit. Yesus menggunakan kebenaran ini di rumah Simon orang Farisi, yang jelas sekali merasa dipermalukan oleh seorang wanita yang mempunyai reputasi yang tidak baik. Tetapi Simon telah belajar satu hal.
Peristiwa ini mungkin terjadi pada hari sabat ketika Yesus selesai berkhotbah dalam pelayanan ibadah di sinagoga setempat. Karena mengundang seorang pengkhotbah tamu untuk makan malam dianggap berfaedah, Simon orang Farisi meminta Yesus untuk datang ke rumahnya sesudah ibadah pagi dan juga untuk menikmati makanan hari Sabat di tengah hari bersamanya dan tamu-tamu lain yang diundang.
Tetapi tuan rumah tersebut lalai menunjukkan aturan-aturan kesopanan yang lazim yaitu mencium Yesus, membasuh kaki-Nya, dan mengurapi kepala-Nya dengan minyak. Yesus bersandar pada meja dan seperti tamu yang lain Dia melepaskan sandalnya. Menurut gaya pada zaman itu, tamu-tamu berbaring pada dipan di sekeliling meja sambil bersandar pada tangan kirinya, tangan kanannya bebas untuk mengambil makanan dan minuman, sementara kaki mereka selonjor menjauhi meja. Jika waktu itu bukan musim dingin, maka makan malam diadakan di halaman, karena orang-orang Yahudi suka makan di tempat terbuka. Sementara acara makan sedang berlangsung, datanglah seorang wanita yang tinggal di kota itu dan dikenal mempunyai kehidupan moral yang dipertanyakan. Dengan berjalan cepat dia menuju pada Yesus, bermaksud memberi Yesus hadiah berupa buli-buli pualam berisi minyak wangi.
Karena dia mengenal Yesus, dia ingin memberikan hadiah minyak wangi yang mahal. Dia ingin mengungkapkan terima kasihnya pada-Nya karena telah membantu dia, barangkali dengan mengajarkan dia tentang keselamatan. Tetapi dia tidak bisa mengontrol emosinya, dan sebelum dia menyadarinya air matanya sudah mengalir dan jatuh di kaki Yesus. Dia tidak mempunyai handuk untuk menyeka air matanya yang jatuh ke kaki Yesus. Dia melepaskan ikatan rambutnya dan menyekanya sampai kering. Kemudian dia mencium kaki-Nya, mengambil sebotol minyak wangi dan menuangkan minyak itu ke kaki Yesus.
Menurut sudut pandang Simon, kejadian ini merupakan kejadian yang paling memalukan. Jika wanita itu telah membeli minyak wangi yang mahal dengan uang hasil pelacuran, maka pemberian tersebut tercemar. Menurut Ulangan 23:18, Allah jijik dengan penghasilan yang demikian dan karena itu tidak boleh dibawa ke rumah-Nya, Pemberian dari orang yang tidak bermoral dianggap kotor dan tidak dapat diterima oleh orang-orang yang terhormat manapun juga. Lagipula, wanita itu melepaskan ikatan rambutnya di hadapan banyak laki-laki: dengan melakukan demikian perempuan ini telah menunjukkan perempuan macam apa dia. Hal ini berlawanan dengan gaya yang secara sosial dianggap anggun bagi seorang wanita untuk melepaskan ikatan rambutnya di muka umum.
Orang Farisi itu sangat heran karena Yesus mengizinkan semua ini terjadi pada-Nya, Dia mulai melihat Yesus melalui pandangan yang berbeda. Dia berpikir, jika Yesus seorang nabi, Dia seharusnya tahu bahwa wanita ini adalah orang yang sudah dibuang oleh masyarakat, dan bahwa dia dan pemberiannya tercemar oleh dosa. Nabi yang mempunyai harga diri tidak akan membiarkan dirinya tercemar oleh seorang wanita yang memiliki reputasi yang jelek. Karena wanita tersebut tidak hanya menyentuh kaki-Nya - dia terus mencium kaki-Nya sampai akhirnya dia pergi. Apakah Yesus tidak mengerti?
Yesus memberitakan Injil keselamatan dan memanggil orang-orang untuk bertobat dan beriman kepada Allah. Mungkin sebelumnya wanita itu telah menjadi pendengar Yesus, dan sekarang memberi respons positif terhadap perkataan-Nya. Dikuasai rasa bersalah, tetapi mengetahui bahwa Allah akan mengampuninya, dia datang kepada Yesus. Dia tidak dapat menahan air matanya, yang mengungkapkan kesedihan karena dosa-dosa yang dilakukannya dan mengungkapkan sukacita karena anugerah yang diterimanya.
Tetapi Simon orang Farisi itu tidak dapat melihat bahwa wanita yang berdosa ini mengalarni sukacita dilahirkan kembali. Tidak nampak oleh-nya bahwa wanita itu dapat diampuni dan dipenuhi dengan kebaha-giaan. Simon berkata dalam hatinya, "Seharusnya Yesus tidak pernah membiarkan wanita itu menyentuh-Nya."
Yesus mengetahui pikiran Simon dan dengan cara yang lembut dan yang bersifat memperbaiki Yesus memberitahu Simon bahwa Dia meng-hargai apa yang telah dilakukan wanita itu kcpada-Nya, karena wanita itu melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh tuan rumah kepada tamunya. Tetapi sebelum Yesus bercerita kepada orang Farisi ini apa yang dia lihat di dalam diri wanita itu, Dia mengajukan sebuah per-tanyaan kepada Simon dalam bentuk sebuah perumpamaan. Dia memperkenalkan perumpamaan dengan memberitahu Simon bahwa ada sesuatu yang hendak dikatakan-Nya. Simon siap untuk mendengar.
Yesus menceritakan sebuah cerita pendek tentang seseorang yang memberi pinjaman uang kepada dua orang. Satu orang berhutang lima ratus dinar, dan yang lain berhutang lima puluh dinar. Pada zaman itu satu dinar merupakan upah buruh tani untuk sehari. Kedua orang yang berhutang di dalam cerita Yesus ini tidak punya uang untuk mengembalikan uang pinjaman mereka. Kemudian terjadi sesuatu yang tidak biasa. Kreditur itu menghapuskan hutang keduanya. "Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mcngasihi dia?" Yesus bertanya kepada Simon. Dengan enggan Simon menjawab, "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Tiba-tiba Simon menyadari bahwa perumpamaan singkat ini melibatkan dia juga. Dia tahu bahwa Yesus belum selesai dengan cerita-Nya, Tidak dapat dielakkan aplikasi cerita itu akan mengikuti untuk menjelaskan kehadiran wanita itu, sikap Yesus terhadapnya, dan peran Simon sebagai tuan rumah.
Yesus bertanya, "Engkau lihat perempuan ini?" Tentu saja Simon meli-hat wanita itu; tetapi Yesus ingin Simon melihatnya dalam dimensi rohani. Mata Simon dibutakan karena sementara Simon melihat wanita itu sebagai orang berdosa, Simon gagal melihatnya sebagai orang berdosa yang sudah diampuni. Pembenaran dirinya sendiri menutupi penglihatannya. Menurut pendapatnya, wanita itu adalah seorang berdosa. Tetapi Yesus tidak memarahi dan mencaci-maki Simon, tetapi memberinya perspektif rohani dengan cara yang bagus sekali.
"Ketika Aku masuk ke rumahmu, hai Simon, engkau tidak menyediakan air untuk membasuh kaki-Ku, tidak menyambut-Ku dengan ciuman, dan tidak mengurapi kepala-Ku dengan minyak. Tetapi," kata Yesus, "dengan air matanya, wanita ini membasuh kaki-Ku dan, karena dia tidak mempunyai handuk, dia menyeka kaki-Ku dengan rambutnya. Dia memperlihatkan rasa hormatnya yang paling dalam untuk-Ku dengan mencium kaki-Ku, Lagipula, dia mengambil sebotol minyak wangi yang sangat mahal dan menuangkannya ke atas kaki-Ku."
Yesus melihat wanita itu sebagai seorang berdosa yang sudah diampuni. Dia tidak mengatakan dosa-dosa wanita itu. Dia hanya menyim-pulkannya dengan mengatakan bahwa dosa-dosanya banyak. Dan karena dosanya yang banyak itu telah diampuni, dia sangat mengasihi. Dia ingin mengungkapkan ucapan syukurnya kepada Allah dan kepada Yesus yang diutus oleh Allah. Yesus menjadi penerima dari pemberian wanita itu.
Selama berada di rumah Simon, wanita itu tidak berkata sepatah katapun. Namun perbuatannya lebih berbicara daripada perkataannya. Dia mengeluarkan air mata karena dosa-dosanya. Seperti orang yang berhutang, yang diberitahu oleh krediturnya bahwa hutangnya telah dihapuskan, demikian juga wanita itu mengalami kasih Allah yang mengampuni. Dan karena anugerah inilah, dia ingin mengungkapkan terima kasihnya dengan memberi Yesus hadiah yang berharga. Dengan menunjukkan kasihnya kepada Yesus, dia membuktikan bahwa dosa-dosanya telah diampuni. Bukan karena dia menunjukkan kasihnya sehingga dia mendapatkan pengampunan atas dosa-dosanya, karena itu berarti dia berbuat sesuatu untuk mendapatkan pengampunan. Dengan memakai perumpamaan ini Yesus mengajar bahwa hutang dari kedua orang tersebut dihapuskan tanpa mereka melakukan apapun. Sehingga wanita yang telah bebas dari beban dosa, sekarang bisa menunjukkan ucapan terima kasihnya dengan mencium dan mengurapi kaki Yesus.
"Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Apakah Yesus menunjukkan bahwa dosa-dosa Simon orang Farisi itu sedikit dan karena dosa-dosa yang diampuni sedikit, maka dia mengasihi sedikit? Tidak.
Simon tidak mengungkapkan kasih atau ucapan terima kasih kepada Yesus selain daripada undangannya agar Yesus datang menghadiri makan malam. Dan dia tidak melihat perlunya memohon pengampunan. Meskipun demikian perbandingannya tetap ada. Yesus tidak menguraikan, tetapi sudah tersimpul di dalamnya bahwa Dia meminta Simon untuk masuk ke dalam pengetahuan dan pengakuan akan dosa-dosanya sehingga dia mengalami sukacita yang menyertai kuasa karunia Allah yang membersihkan dosa. Yesus bertanya kepada Simon apakah dia melihat wanita itu. Dengan memberikan contoh yang kontras di dalam perumpamaan, sekarang Yesus mengisyaratkan agar Simon melihat kehidupan rohaninya sendiri.
Setelah Yesus berbicara kepada Simon, Dia kembali kepada wanita itu dan berkata, "Dosa-dosamu sudah diampuni." Allah telah mengampuni dosa-dosanya. Sekarang Yesus menguatkan keyakinan wanita tersebut bahwa dia adalah orang berdosa yang sudah diampuni dengan memberitahu bahwa dia sepenuhnya telah diperbarui: "Imanmu telah menyelamatkan engkau; pergilah dengan selamat." Dia telah menyatakan keyakinan ini dengan tindakan kasih dan ucapan syukurnya. Dengan iman wanita itu datang mengungkapkan terima kasihnya kepada Yesus. Karena itu, kasihnya merupakan akibat dan bukan sebab dari keselamatannya. Dengan damai dari Allah di dalam hatinya, wanita itu dapat menghadapi dunia lagi sebagai manusia yang sudah diperbarui. Dengan perkataan, "pergilah dengan selamat," Yesus memberinya berkat pada waktu perpisahan.
Apa yang diajarkan perumpamaan tentang wanita yang diampuni dosanya ini dalam konteks historis? Kasih terhadap Yesus hanya bisa tulus ketika kita mengakui Dia sebagai Juruselamat yang mana di dalam-Nya kita menerima pengampunan dosa. Kita dapat memiliki rasa hormat yang paling besar kepada Yesus dan bahkan dapat melayani Dia; tetapi kasih yang tulus bagi Dia hanya timbul ketika di dalam Yesus kita telah mengalami pengampunan dosa dan keyakinan pengampunan. Kemudian kita telah belajar untuk mengenal Dia sebagai Juruselamat; dan kasih kita diungkapkan kepada-Nya dalam tindakan-tindakan yang penuh ucapan syukur.
Kita berbuat kasih bukan untuk meraih keselamatan. Sebaliknya, kita berbuat kasih karena telah diselamatkan oleh penebusan Kristus. Pertanyaannya: Sejauh mana kita menghayati makna penebusan itu? Apakah kita menganggapnya sebagai pengampunan yang besar atau pengampunan yang kecil? Kita mirip dengan Simon orang Farisi itu atau dengan perempuan itu? Amin.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url