POHON DAN BUAH (YESAYA 5:2)

Bacaan : Yohanes 15:1-8.

"Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2)
POHON DAN BUAH (YESAYA 5:2)
Orang yang menanam pohon buah tentu mengharapkan buah. Tidak mungkin mereka mau bersusah payah menanam, menyiram, memberi pupuk dan usaha perawatan lainnya tanpa berharap apa-apa dari pohon tersebut. Bukan saja sekedar berbuah, tapi tentu yang diinginkan adalah buah dengan kualitas bagus. Apalagi di negara kita saat ini dimana buah-buahan harganya terus melonjak, menjadi barang mewah yang tidak lagi terbeli oleh kalangan menengah ke bawah. Kalau pohon itu tidak baik tumbuhnya dan tidak menghasilkan buah, tentu saja akan mengecewakan pemiliknya yang sudah berusaha dengan susah payah agar pohon itu bisa menghasilkan buah dari pertumbuhannya yang sehat.
Sadarkah kita bahwa kita sebagai ciptaan Tuhan yang istimewa, yang kepadanya diberikan mandat untuk mengelola dan menjaga segala hasil ciptaan Tuhan lainnya di muka bumi ini pun seperti itu? Kalau kita masih tidak kunjung berbuah atau jangan-jangan malah menghasilkan buah-buah yang tercemar dan buruk mutunya, bagaimana Tuhan tidak kecewa dan marah? Bukankah Dia sudah memberi segalanya agar kita menghasilkan buah yang manis dalam hidup kita? Sayangnya banyak diantara ciptaanNya yang terus mengecewakan atau bahkan menyakiti hatiNya, meski Dia sudah berusaha mengingatkan, mendidik, menjaga, melindungi, memberkati dan melimpahkan kasih karuniaNya dengan kasih setia tak terbatas.
Dalam Yesaya kita bisa melihat hal ini. Dalam pasal 5 dikatakan: "Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga ditengah - tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam." (Yesaya 5:2).
Bayangkan Tuhan sudah memberi kunci Kerajaan Surga, tapi banyak anak-anakNya tidak menghargai itu semua dan tidak kunjung menghasilkan "buah" atau dampak apapun dalam hidup mereka. Tidaklah heran jika Tuhan kecewa karenanya. "Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?" (ayat 4). "Harus bagaimana lagi supaya anak-anak-Ku di dunia ini menyadari jatidiri mereka yang sebenarnya? Dengan segala yang telah Aku berikan , seharusnya mereka menjadi teladan bagi banyak orang, tetapi mengapa malah menjadi batu sandungan.. kenapa buah seperti itu yang mereka hasilkan.." Seperti itulah kira-kira kekecewaan Tuhan.
Dan lihatlah bagaimana murka Tuhan. "Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak; Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya." (ayat 5-6). Kemarahan itu tentu mengerikan jika harus kita terima sebagai konsekuensinya.
Dalam injil Matius, pokok atau pohon-pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik dikatakan akan "ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10). Lalu dalam Wahyu kita kembali mendapati konsekuensi yang harus dihadapi oleh "buah-buah anggur asam" ini." "...Ayunkanlah sabitmu yang tajam itu dan potonglah buah-buah pohon anggur di bumi, karena buahnya sudah masak." Lalu malaikat itu mengayunkan sabitnya ke atas bumi, dan memotong buah pohon anggur di bumi dan melemparkannya ke dalam kilangan besar, yaitu murka Allah." (Wahyu 14:18b-19).
Kalau begitu, seperti apa seharusnya buah yang seharusnya dihasilkan? Buah bisa berharga sangat tinggi dilihat dari kualitasnya. Kita orang-orang percaya, manusia dengan tubuh, jiwa dan roh seharusnya bisa menghasilkan buah yang jauh lebih berharga lagi. Dan itu tercatat dalam surat Galatia, yang disebut dengan buah Roh.
Demikian bunyi ayatnya: "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Lihatlah betapa tinggi kualitas buah-buah yang dihasilkan oleh sebentuk roh yang melekat pada Kristus. Dan seharusnya seperti itulah buah yang ingin Tuhan dapatkan atas hasil usahaNya dalam merawat dan mengasihi kita.
Perhatikanlah bahwa setiap buah menggambarkan aspek demi aspek dari citra Kristus. Itu bisa kita lihat dari cara hidup Kristus yang dicatat dalam keempat Injil. Disana tergambar jelas bagaimana Kristus mendemonstrasikan secara langsung segala kebajikan dari masing-masing buah. Dia ingin kita menghasilkan kualitas yang sama yang terpancar melalui cara hidup kita, apakah lewat cara kita bertutur kata, bersikap, berpikir, bertingkah laku dan lain sebagainya. Sudah seharusnya kita meletakkan pikiran dan perasaan kita seperti pikiran dan perasaan Kristus, seperti yang disampaikan oleh Paulus dalam Filipi 2:5.
Buah-buah Roh merupakan semua nilai kebajikan yang tidak terbantahkan oleh siapapun. Semua mengakui kualitasnya, tapi hanya sedikit yang mampu menghasilkannya. Terlebih saat dunia semakin sering mempertontonkan kebencian, kepuasan dari pembalasan dendam, penindasan, ketidakadilan dan buah-buah yang bukan berasal dari Tuhan melainkan dari sisi kegelapan. Buah-buah ini semakin langka, dan saya yakin akan semakin tinggi nilainya saat bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Buah-buah Roh ini menampilkan karakteristik buah yang baik dan bernilai tinggi, dan itulah yang diinginkan Tuhan untuk dihasilkan secara berlimpah oleh hidup kita.
Sangatlah menarik jika kita melihat dimana buah itu tumbuh. Buah tidak tumbuh pada batang pohon melainkan di ranting-rantingnya. Dan ranting tidak akan pernah bisa hidup menghasilkan buah jika tidak melekat pada batang. Pemikiran ini sangat sederhana dan tidak sulit untuk dimengerti, tapi kita sering mengabaikannya. Karenanya penting bagi kita untuk mengingat dan merenungkan baik-baik.
Yesus sendiri menerangkan seperti itu. "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. inggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:1-4).
Tinggal di dalam Yesus akan membuat kita bisa berbuah, dan seharusnya membuat kita berbuah subur, ranum, manis dan berkualitas tinggi. Tinggal di dalam Yesus bukan sekedar hanya mengaku menjadi umatNya tapi dengan sungguh hati beriman kepadaNya dan melakukan tepat seperti apa yang Dia ajarkan, juga memiliki pikiran dan perasaan yang selaras denganNya.
Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mengasihi sepenuhnya, maka kita harus melakukannya tanpa banyak alasan. Jika Yesus mengatakan bahwa kita harus mau mengampuni, maka kita harus melakukan itu tanpa memilah-milah besar kecilnya kesalahan atau memandang orang terlebih dahulu. Bahkan kalau Yesus meminta kita untuk terlebih dahulu rela menyangkal diri dan memikul salib, maka kita harus siap untuk itu. Kalau kerelaan kita untuk memberi diminta mengatasi keinginan untuk mendapat, buatlah tepat seperti itu. Kalau Yesus mengajarkan kita untuk menjadi terang dan garam, kita harus memiliki hidup yang berkualitas dan berintegritas dengan mencerminkan cara dan gaya hidup Kristiani.
Melekat pada Yesus adalah mengakuiNya sebagai Tuhan dan Juru Selamat, mengenal, mendengar dan melakukan ajaranNya, dan terus berproses memperbaiki cara hidup kita agar semakin lama semakin sama seperti Dia. Jika ini kita jalankan, maka hidup kita akan menghasilkan buah-buah baik seperti yang diinginkan "Pengusaha Kebun". "Pokok" pun akan bangga apabila menghasilkan ranting-ranting berdaun rimbun dengan buah-buah yang subur dan segar.
Buah segar, lezat, menyehatkan dan bermutu, itu sangat tinggi harganya, demikianlah karakter yang serupa dengan Kristus dengan segala buah-buah Roh yang dihasilkannya. Tinggal di dalamNya akan memampukan kita untuk berbuah. Mari periksa diri kita. Apabila saat ini kita masih belum berbuah atau masih belum cukup baik, ini saatnya bagi kita untuk memperbaiki segala sesuatu sebelum terlambat. "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1 Yohanes 1:9).
Lalu jangan lupa bahwa sesungguhnya dari buahnya-lah sebuah pohon itu dikenal. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya. Jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33).
Bagi kita yang bukan ahli dalam hal pohon, kita bisa dengan mudah mengenali pohon jeruk, mangga, apel dan sebagainya dengan melihat buah yang ada pada ranting-rantingnya. Sebab, tidak mungkin pohon apel berbuah mangga, atau pohon jeruk berbuah apel, dan sebagainya. Pertanyaannya, sebagai murid Kristus, apakah kita sudah menghasilkan buah yang bisa membuat orang mengenal Dia dengan benar? Atau kita masih mengeluarkan buah-buah buruk yang akan membuat orang salah mengenal siapa Kristus dan seperti apa hati, pikiran, perbuatan dan terutama, kasihNya. Atau, jangan-jangan kita memang tidak tumbuh sama sekali di dalamNya.
Buah Roh akan memenuhi setiap aspek hidup kita dengan penuh sukacita, dan itu bisa memberkati orang-orang di sekitar kita. Sudahkah kita berbuah? Kalau sudah, buah seperti apa yang kita hasilkan? Apakah kita sudah menghasilkan buah sesuai pertobatan? Apakah buah-buah Roh Allah merupakan produk dari diri kita yang bisa dirasakan langsung oleh banyak orang? Pohon buah tugasnya berbuah. Kalau pohon buah tidak kunjung berbuah dan masih dalam kondisi jelek meski sudah diusahakan dengan susah payah oleh pemiliknya, jangan salahkan sang pemilik jika pada akhirnya pohon ditebang dan dilemparkan ke dalam api alias dibakar. Hendaknya perihal berbuah bisa mendapatkan perhatian serius kita semuanya. Amin.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url