Pikiran dan Jalan Tuhan di Atas Kita
Pendahuluan:
Dalam Alkitab, tema tentang betapa jauhnya pikiran dan jalan Tuhan dibandingkan dengan manusia muncul berulang kali. Salah satu pernyataan yang paling terkenal terdapat dalam Yesaya 55:8-9, yang berbunyi:
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku,” demikianlah firman TUHAN. “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
Ayat ini sering digunakan untuk menggambarkan kebesaran Allah, yang melampaui segala pemahaman manusia. Tetapi bagaimana kita dapat memahami konsep ini, dan bagaimana ini relevan bagi iman Kristen? Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi pengajaran teologis tentang pikiran dan jalan Tuhan yang lebih tinggi dari kita, melibatkan pandangan para pakar teologi, dan membahas implikasi praktisnya bagi kehidupan orang percaya.
1. Konteks Yesaya 55:8-9
a. Latar Belakang Kitab Yesaya
Yesaya adalah salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama, dan pesan yang disampaikan dalam kitabnya mencakup teguran atas dosa Israel, janji keselamatan, dan pengharapan akan kedatangan Mesias. Dalam pasal 55, Yesaya menyerukan undangan Allah kepada umat-Nya untuk kembali kepada-Nya. Allah menawarkan pengampunan yang melimpah kepada mereka yang bertobat (Yesaya 55:7).
b. Pesan Utama Yesaya 55:8-9
Dalam ayat 8-9, Allah menjelaskan kepada umat-Nya bahwa rancangan dan jalan-Nya jauh melampaui pemahaman manusia. Ini bukan hanya tentang kuasa atau hikmat Allah, tetapi juga tentang sifat kasih, pengampunan, dan tujuan-Nya yang sering kali tampak misterius bagi manusia.
Pandangan Pakar:
Teolog John N. Oswalt dalam The Book of Isaiah menyatakan bahwa ayat ini menekankan perbedaan radikal antara Allah dan manusia, bukan hanya dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam sifat moral dan kasih karunia-Nya yang melampaui batas pemahaman manusia.
2. Pikiran dan Jalan Tuhan: Sifat yang Melampaui
a. Hikmat Allah yang Tak Terbatas
Alkitab sering kali menggambarkan Allah sebagai sumber hikmat yang tak terbatas. Roma 11:33 menyatakan:
“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”
Hikmat Allah tidak hanya jauh lebih tinggi daripada hikmat manusia, tetapi juga sempurna, tidak bercacat, dan selalu bertujuan untuk kebaikan.
Pandangan Pakar:
RC Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa hikmat Allah tidak hanya mencakup pengetahuan tentang segala sesuatu, tetapi juga kemampuan untuk menggunakan pengetahuan itu dengan sempurna untuk mencapai tujuan-Nya.
b. Jalan Allah yang Misterius
Jalan Allah sering kali tampak misterius bagi manusia. Dalam kehidupan, kita mungkin mengalami situasi yang sulit dimengerti, tetapi Alkitab mengingatkan kita bahwa Allah selalu memiliki tujuan yang baik. Dalam Amsal 3:5-6, kita diajak untuk percaya kepada Tuhan dengan segenap hati, dan tidak bersandar pada pengertian kita sendiri.
Contoh Alkitab:
Kisah Yusuf dalam Kejadian 37-50 adalah contoh nyata dari jalan Allah yang misterius. Meskipun Yusuf mengalami pengkhianatan dan penderitaan, pada akhirnya dia melihat bagaimana Allah menggunakan situasi itu untuk menyelamatkan banyak orang (Kejadian 50:20).
Pandangan Pakar:
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa jalan Allah sering kali melibatkan penderitaan, tetapi penderitaan itu tidak pernah sia-sia. Allah menggunakannya untuk membentuk karakter dan mencapai rencana-Nya yang lebih besar.
c. Kasih Karunia yang Melampaui Pemahaman
Salah satu aspek dari pikiran dan jalan Allah yang paling sulit dimengerti oleh manusia adalah kasih karunia-Nya. Dalam Yesaya 55:7, Allah mengundang orang berdosa untuk bertobat dan menerima pengampunan-Nya. Kasih karunia ini melampaui logika manusia, karena Allah memberikan pengampunan bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi semata-mata berdasarkan kasih-Nya.
Pandangan Pakar:
Teolog Charles Spurgeon pernah berkata, “Kasih karunia Allah adalah misteri terbesar. Kita tidak dapat memahaminya, tetapi kita dapat menerimanya dengan iman.”
3. Implikasi Teologis
a. Ketergantungan kepada Allah
Pikiran dan jalan Allah yang lebih tinggi mengajarkan kita untuk tidak bergantung pada hikmat kita sendiri. Ketergantungan kepada Allah adalah inti dari iman Kristen. Amsal 3:5-6 mengajarkan kita untuk mempercayai Tuhan sepenuhnya, karena Dia mengetahui apa yang terbaik untuk kita.
b. Kedaulatan Allah
Yesaya 55:8-9 mengingatkan kita bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu. Dalam Rencana Kekal-Nya, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Bahkan ketika kita tidak memahami jalan-Nya, kita dapat percaya bahwa Dia sedang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya (Roma 8:28).
c. Penghiburan dalam Kesulitan
Ketika kita menghadapi pencobaan atau penderitaan, memahami bahwa jalan Allah lebih tinggi dari jalan kita dapat memberikan penghiburan. Kita mungkin tidak selalu mengerti mengapa hal-hal tertentu terjadi, tetapi kita tahu bahwa Allah adalah setia dan memiliki tujuan yang baik.
4. Relevansi Praktis bagi Orang Percaya
a. Percaya Ketika Tidak Mengerti
Sering kali dalam hidup, kita menghadapi situasi yang tampak tidak masuk akal. Dalam momen-momen ini, kita dipanggil untuk percaya kepada Allah, meskipun kita tidak memahami rencana-Nya sepenuhnya.
Contoh Praktis:
Ketika Ayub kehilangan segalanya, dia tidak mengerti mengapa Allah mengizinkan penderitaan itu terjadi. Namun, dia tetap percaya kepada kedaulatan Allah dan berkata:
“Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” (Ayub 42:2).
b. Hidup dalam Ketaatan
Karena pikiran dan jalan Allah lebih tinggi, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada Firman-Nya, meskipun itu tampak sulit atau tidak sesuai dengan pemikiran manusia.
Contoh Praktis:
Abraham menunjukkan ketaatan luar biasa ketika Allah memintanya untuk mempersembahkan Ishak, anak yang dijanjikan. Meskipun perintah itu tampak bertentangan dengan logika, Abraham percaya bahwa Allah memiliki rencana yang lebih besar (Kejadian 22:1-14).
c. Menyembah dalam Kekaguman
Pikiran dan jalan Allah yang melampaui pemahaman manusia seharusnya mendorong kita untuk menyembah Dia dengan kekaguman. Dalam Roma 11:36, Paulus berkata:
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
5. Pandangan Para Teolog tentang Pikiran dan Jalan Tuhan
a. AW Tozer
Dalam The Knowledge of the Holy, Tozer menulis bahwa Allah adalah pribadi yang tak terbatas, sedangkan manusia adalah ciptaan yang terbatas. Karena itu, kita tidak akan pernah sepenuhnya memahami pikiran dan jalan-Nya. Namun, hal ini seharusnya tidak membuat kita takut, tetapi justru membawa kita kepada rasa hormat dan penyembahan.
b. RC Sproul
RC Sproul menekankan bahwa pikiran dan jalan Allah yang lebih tinggi adalah bukti kedaulatan-Nya. Dalam Chosen by God, ia menyatakan bahwa ketidakterbatasan Allah adalah alasan mengapa kita dapat mempercayai-Nya sepenuhnya, bahkan ketika kita tidak memahami tindakan-Nya.
c. Charles Spurgeon
Spurgeon dalam khotbahnya tentang Yesaya 55:8-9 mengatakan bahwa pemahaman kita tentang Allah seharusnya selalu disertai dengan kerendahan hati. Dia berkata, “Ketika kita tidak mengerti jalan Allah, kita harus mengingat bahwa Dia lebih tahu dan lebih bijaksana daripada kita.”
6. Pikiran dan Jalan Tuhan dalam Injil
Pikiran dan jalan Tuhan terlihat dengan sangat jelas dalam karya keselamatan melalui Yesus Kristus.
a. Inkarnasi Kristus
Allah memilih untuk menyelamatkan manusia melalui jalan yang tidak terduga—inkarnasi. Dalam Filipi 2:6-8, Paulus menjelaskan bahwa Yesus, meskipun dalam rupa Allah, merendahkan diri-Nya dan menjadi manusia untuk menyelamatkan kita.
b. Salib sebagai Kemenangan
Kematian Yesus di kayu salib tampak seperti kekalahan menurut standar dunia, tetapi bagi Allah, itu adalah kemenangan terbesar. 1 Korintus 1:18 menyatakan:
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.”
Kesimpulan
Yesaya 55:8-9 mengajarkan kepada kita bahwa Allah adalah pribadi yang melampaui pemahaman manusia. Pikiran dan jalan-Nya lebih tinggi daripada apa yang dapat kita pahami. Namun, ini bukan alasan untuk ragu, melainkan panggilan untuk percaya, menyembah, dan hidup dalam ketergantungan penuh kepada-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menerima misteri Allah dengan kerendahan hati, mengetahui bahwa Dia adalah Allah yang setia dan baik. Dalam segala situasi, kita dapat percaya bahwa jalan-Nya selalu yang terbaik, bahkan ketika kita tidak dapat memahaminya sepenuhnya. Soli Deo Gloria!