Kejatuhan Orang Benar dan Keadilan Allah: Yehezkiel 3:20

 Kejatuhan Orang Benar dan Keadilan Allah: Yehezkiel 3:20

Pendahuluan:

Yehezkiel 3:20 (AYT):"Ketika orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kejahatan, dan Aku menaruh batu sandungan di depannya, dia akan mati. Oleh karena kamu tidak memperingatkannya, dia akan mati karena dosanya, dan perbuatan-perbuatannya yang benar tidak akan diingat, tetapi darahnya akan Aku tuntut dari tanganmu."

Ayat ini menyoroti tanggung jawab besar seorang nabi sebagai penjaga dan konsekuensi serius bagi orang benar yang meninggalkan jalan kebenaran. Dalam pasal ini, Allah mengutus Yehezkiel sebagai penjaga bagi umat Israel, memberikan peringatan akan dosa dan kemurtadan. Ayat ini juga menyentuh tema keadilan Allah, tanggung jawab moral, dan hubungan antara ketaatan dan keselamatan.

Artikel ini akan membahas ayat ini secara mendalam, mencakup konteks sejarah dan teologi, serta pandangan dari beberapa pakar teologi Reformed.

1. Konteks Yehezkiel 3:20

a. Latar Belakang Kitab Yehezkiel

Yehezkiel adalah seorang nabi yang melayani selama pembuangan bangsa Israel di Babel. Pelayanannya berfokus pada peringatan tentang dosa, penghakiman Allah, dan janji pemulihan. Dalam Yehezkiel 3, Allah menetapkan Yehezkiel sebagai penjaga bagi bangsa Israel (Yehezkiel 3:17). Sebagai penjaga, tugasnya adalah memperingatkan umat tentang konsekuensi dosa mereka.

b. Tanggung Jawab Nabi

Dalam konteks ini, nabi berfungsi sebagai juru bicara Allah yang bertanggung jawab untuk menyampaikan peringatan ilahi. Jika nabi gagal memperingatkan, dia bertanggung jawab atas darah mereka yang binasa. Namun, jika dia memberikan peringatan dan umat tetap tidak bertobat, tanggung jawab itu ada pada umat itu sendiri.

2. Analisis Ayat

a. "Ketika orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kejahatan"

Ayat ini mengindikasikan bahwa orang benar dapat menyimpang dari jalan kebenaran. Hal ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan hanya tentang memulai dengan baik, tetapi juga tentang bertahan dalam ketaatan kepada Allah.

  1. Kejatuhan Orang Benar
    Kejatuhan ini tidak berarti bahwa perbuatan baik seseorang tidak pernah ada, tetapi perbuatan baik itu menjadi tidak relevan jika seseorang berakhir dalam dosa tanpa pertobatan.

  2. Peringatan bagi Orang Benar
    Dalam teologi Reformed, ini sering dipahami sebagai bukti bahwa mereka yang benar-benar dipilih oleh Allah akan bertahan hingga akhir (perseverance of the saints). Namun, bagi mereka yang jatuh, itu menunjukkan bahwa mereka tidak pernah sungguh-sungguh diselamatkan (1 Yohanes 2:19).

b. "Aku menaruh batu sandungan di depannya"

Istilah "batu sandungan" menunjukkan bahwa Allah mengizinkan situasi atau penghakiman tertentu untuk memperlihatkan kondisi hati seseorang. Dalam hal ini, batu sandungan adalah alat ilahi untuk menguji, mengoreksi, atau menghukum.

  1. Kedaulatan Allah
    Allah tidak mencobai manusia untuk berbuat dosa (Yakobus 1:13), tetapi Ia mengatur segala sesuatu dalam kedaulatan-Nya untuk mengungkapkan kebenaran. Dalam teologi Reformed, ini adalah ekspresi dari kehendak Allah yang sempurna dan rencana providensia-Nya.

  2. Peringatan tentang Penghakiman
    Batu sandungan juga bisa menjadi bentuk penghakiman awal bagi mereka yang terus-menerus menolak jalan kebenaran. Ini adalah cara Allah menunjukkan keadilan-Nya.

c. "Dia akan mati karena dosanya"

Kematian yang dimaksud di sini dapat merujuk pada kematian fisik maupun rohani. Orang yang berbalik dari kebenaran akan menghadapi konsekuensi dosa mereka, yaitu pemisahan dari Allah.

d. "Perbuatan-perbuatannya yang benar tidak akan diingat"

Bagian ini menegaskan bahwa keselamatan bukan hanya tentang perbuatan baik masa lalu, tetapi tentang hubungan yang berkelanjutan dengan Allah. Kebenaran masa lalu tidak dapat menutupi dosa yang tidak diakui dan tidak bertobat.

e. "Darahnya akan Aku tuntut dari tanganmu"

Ayat ini menekankan tanggung jawab Yehezkiel sebagai penjaga. Jika dia gagal memperingatkan orang benar yang jatuh, dia akan bertanggung jawab atas kematian orang tersebut. Ini menunjukkan tanggung jawab besar para pemimpin rohani dalam menegur dan membimbing umat Allah.

3. Tafsiran dalam Teologi Reformed

a. Kedaulatan Allah dan Tanggung Jawab Manusia

Teologi Reformed menekankan keseimbangan antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Dalam ayat ini, Allah menunjukkan kedaulatan-Nya dalam menempatkan batu sandungan, tetapi manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka.

John Calvin, dalam komentarnya, menyatakan:"Allah menggunakan sarana tertentu untuk mengungkapkan keadilan-Nya, tetapi manusia tetap tidak dapat menyalahkan Allah atas dosa-dosa mereka, karena mereka berdosa berdasarkan kehendak bebas mereka sendiri."

b. Perseverance of the Saints

Dalam doktrin perseverance of the saints, mereka yang sungguh-sungguh diselamatkan akan bertahan hingga akhir. Namun, mereka yang jatuh menunjukkan bahwa mereka tidak pernah sungguh-sungguh milik Allah.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menyebutkan:"Kejatuhan yang nyata hanyalah bukti bahwa benih iman tidak pernah benar-benar tertanam dalam hati orang tersebut."

c. Tanggung Jawab Pengawal

Ayat ini juga menggarisbawahi pentingnya peran pengkhotbah dan pemimpin rohani. Mereka memiliki tanggung jawab besar untuk memperingatkan umat Allah tentang dosa dan penghakiman.

Charles Spurgeon menulis:"Seorang penjaga yang gagal memperingatkan adalah seorang yang gagal memahami tanggung jawab ilahinya. Darah yang tertumpah karena kelalaiannya akan menjadi saksi terhadapnya di hadapan takhta penghakiman."

4. Aplikasi Praktis

a. Pentingnya Pertobatan yang Berkelanjutan

Ayat ini mengingatkan orang percaya untuk terus-menerus memeriksa hidup mereka dan bertobat dari dosa. Hubungan dengan Allah adalah perjalanan yang membutuhkan ketaatan dan penyesalan yang konstan.

b. Peran Pemimpin Rohani

Para pemimpin gereja harus menegur dan membimbing jemaat dengan setia. Peringatan dan teguran adalah tanda kasih, bukan penghakiman. Sebagai penjaga, mereka harus setia pada tugas ini, meskipun sulit.

c. Mengandalkan Anugerah Allah

Meskipun kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, keselamatan bukanlah hasil dari usaha manusia, melainkan anugerah Allah. Orang percaya harus terus-menerus bersandar pada kasih karunia Allah untuk menjalani kehidupan yang benar.

5. Pandangan Pakar Teologi Reformed

a. Matthew Henry

Matthew Henry menyoroti bahwa ayat ini menunjukkan keadilan Allah yang sempurna. Dia menulis:
"Allah tidak akan membiarkan dosa yang tidak bertobat tidak dihukum, bahkan jika itu dilakukan oleh orang yang sebelumnya hidup benar. Ini adalah pengingat bahwa kebenaran sejati adalah ketaatan yang terus-menerus kepada Allah."

b. R.C. Sproul

Sproul menekankan tanggung jawab pemimpin rohani dalam peringatan. Dia berkata:
"Seorang penjaga yang setia harus bersiap untuk menghadapi kebencian dan penolakan, karena peringatan tentang dosa tidak pernah populer. Namun, itu adalah tugas yang tidak dapat diabaikan."

c. John Calvin

Calvin menyoroti bahwa batu sandungan yang disebutkan dalam ayat ini adalah alat yang Allah gunakan untuk menunjukkan keadilan-Nya. Namun, dia juga menekankan bahwa manusia tetap bertanggung jawab atas dosa mereka sendiri.

Kesimpulan

Yehezkiel 3:20 adalah peringatan serius tentang kejatuhan orang benar dan tanggung jawab para pemimpin rohani. Ayat ini menyoroti keadilan Allah, kedaulatan-Nya, dan tanggung jawab manusia. Dalam teologi Reformed, ayat ini dipahami sebagai panggilan untuk hidup dalam ketaatan terus-menerus, memperingatkan orang lain tentang dosa, dan bersandar pada kasih karunia Allah.

Sebagai orang percaya, kita harus terus-menerus memeriksa diri kita, menjaga hubungan kita dengan Allah, dan bersandar pada anugerah-Nya. Para pemimpin gereja harus setia pada tugas mereka sebagai penjaga, menyampaikan kebenaran Allah dengan kasih dan ketegasan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url