Memuliakan Allah Dan Menikmati-Nya

PENGETAHUAN adalah dasar yang diperlukan bagi iman dan kekudusan; di mana kebodohan berkuasa dalam pikiran, di sana pula terdapat kebingungan dalam hati dan kehidupan. Kita memiliki firman kebenaran di tangan kita serta banyak sistem doktrinal tentang kebenaran ilahi, salah satunya adalah Katekismus Singkat, yang disusun oleh Majelis Kudus para teolog di Westminster, sebagai bagian dari perjanjian yang diadakan untuk kesatuan antara tiga bangsa. Katekismus ini layak dianggap sebagai yang utama. Saya akan berusaha menjelaskannya dengan singkat dan jelas, agar Anda dapat memahami kebenaran-kebenaran ilahi beserta alasan-alasannya. Saya merasa perlu melakukan ini, agar pikiran Anda diteguhkan dalam kebenaran, terutama karena zaman yang kita hadapi kemungkinan besar akan menjadi masa pencobaan, di mana Anda bisa menghadapi banyak jebakan dan bahaya kemurtadan.
Dalam ayat pertama yang telah saya bacakan, kita melihat:
- Tujuan utama dari tindakan manusia, yaitu memuliakan Allah. Ini adalah sasaran utama yang seharusnya menjadi tujuan dari semua yang kita pikirkan dan lakukan—sebuah pusat yang mengikat semuanya.
- Luasnya tujuan ini, di mana bukan hanya sebagian dari tindakan kita, melainkan seluruh aspek kehidupan kita harus diarahkan kepada tujuan ini. Maka, inilah tugas utama manusia.
Dalam ayat kedua, kita melihat keinginan utama pemazmur dan apa yang ia anggap sebagai kebahagiaan sejati—yaitu menikmati Allah. Ia menjadikan Allah sebagai satu-satunya kebahagiaan dan kepuasan jiwanya. Alasan dari hal ini adalah:
- Kekosongan ciptaan, baik secara jasmani maupun rohani (Mazmur 73:25).
- Kepenuhan dan kecukupan Allah, yang diperkuat oleh kekekalan-Nya—“bagianku untuk selama-lamanya.”
Dari kedua ayat ini, muncul doktrin yang jelas: "Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya."
Dalam menjelaskan doktrin ini, saya akan membahas:
I. Memuliakan Allah sebagai bagian dari tujuan utama manusia.
Saya akan menjelaskan:
- Hakikat dari memuliakan Allah.
- Mengapa kemuliaan Allah adalah tujuan utama manusia.
- Sejauh mana manusia harus memuliakan Allah.
- Alasan mengapa manusia harus melakukannya.
Hakikat dari Memuliakan Allah
Memuliakan berarti menjadikan sesuatu mulia atau menyatakan kemuliaannya. Allah dapat memuliakan malaikat dan manusia dengan menjadikan mereka mulia, tetapi manusia tidak dapat menambah kemuliaan Allah, karena Allah sudah secara hakiki dan tidak terbatas mulia (Ayub 35:7). Oleh karena itu, manusia hanya dapat memuliakan Allah dengan cara menyatakan kemuliaan-Nya.
Pernyataan kemuliaan Allah ini terjadi dalam dua cara:
- Secara objektif, melalui ciptaan yang tidak berakal, sebagaimana langit menyatakan kemuliaan Allah (Mazmur 19:1).
- Secara aktif, melalui manusia, yang seharusnya:
- Dengan hatinya (1 Korintus 6:20), dengan memahami kebesaran Allah dan mengasihi-Nya lebih dari segalanya.
- Dengan lidahnya (Mazmur 50:23), sebab lidah diberikan untuk menyatakan kemuliaan Allah.
- Dengan hidupnya (Matius 5:16), melalui perbuatan baik yang mencerminkan kekudusan Allah.
Mengapa Kemuliaan Allah adalah Tujuan Utama Manusia
- Allah menciptakan manusia untuk tujuan ini (Amsal 16:4).
- Manusia diciptakan dengan kapasitas untuk memuliakan Allah (Pengkhotbah 7:29).
- Ini adalah sasaran yang harus menjadi pusat dari segala tindakan manusia (1 Korintus 10:31).
Sejauh Mana Manusia Harus Memuliakan Allah
Kemuliaan Allah harus menjadi tujuan dari:
- Tindakan alami kita seperti makan, minum, dan tidur (1 Korintus 10:31).
- Tindakan sipil kita seperti bekerja dan berdagang (Efesus 6:7).
- Tindakan moral dan rohani kita seperti berdoa dan beribadah (Zakharia 7:5).
Alasan Mengapa Kita Harus Memuliakan Allah
Karena Allah adalah awal dan akhir dari segala sesuatu. Sebagaimana semua berkat yang kita terima berasal dari Allah, maka segalanya harus kembali kepada-Nya dalam bentuk pujian dan hormat (Roma 11:36).
II. Menikmati Allah Selama-lamanya Sebagai Kebahagiaan Tertinggi Manusia
Hakikat Menikmati Allah
Menikmati Allah dapat terjadi dalam dua bentuk:
- Menikmati Allah secara tidak sempurna di dunia ini, melalui:
- Hubungan perjanjian dengan-Nya.
- Persekutuan dengan-Nya dalam doa, ibadah, dan ketaatan.
- Menikmati Allah secara sempurna di surga, yang mencakup:
- Kehadiran-Nya yang nyata (Mazmur 16:11).
- Melihat Allah dalam kemuliaan-Nya (1 Yohanes 3:2).
- Persatuan yang sempurna dengan-Nya (Wahyu 21:3).
- Sukacita dan kepuasan tanpa akhir (Matius 25:21).
Mengapa Menikmati Allah adalah Kebahagiaan Utama Manusia
- Manusia selalu mencari kebahagiaan, tetapi hanya Allah yang bisa sepenuhnya memuaskannya.
- Allah adalah sumber segala kebaikan dan hanya dalam Dia kebahagiaan sejati dapat ditemukan.
Kesimpulan
- Dosa telah merusak hati manusia, membuatnya mengejar dunia dan melupakan Allah.
- Bahkan orang percaya pun sering gagal dalam menjadikan Allah sebagai tujuan utama mereka.
- Manusia diciptakan untuk sesuatu yang mulia, tetapi banyak yang lebih memilih kesenangan duniawi daripada Allah.
- Jiwa manusia adalah kekal, dan hanya dengan mengenal serta menikmati Allah, ia akan menemukan kebahagiaan sejati.
- Ketika Allah dan dunia bertentangan, kita harus memilih Allah.
- Doktrin yang benar akan selalu memuliakan Allah, sedangkan ajaran yang merendahkan kemuliaan-Nya harus ditolak.
- Kita harus menjadikan kemuliaan Allah sebagai tujuan utama dalam hidup kita, dan menikmati-Nya sebagai kebahagiaan sejati kita.
Akhirnya, Kristus adalah satu-satunya jalan untuk memuliakan dan menikmati Allah (1 Yohanes 2:23). Tanpa Dia, tidak ada manusia yang bisa benar-benar menjalankan tujuan hidupnya. Oleh karena itu, marilah kita percaya dan bersandar pada Kristus, agar kita dapat hidup bagi kemuliaan Allah dan menikmati-Nya selama-lamanya.