4 Langkah Proses Disiplin dalam Kekristenan: Matius 18:15-17
Dalam ajaran agama Kristen, terdapat berbagai tindakan disiplin yang diperlukan untuk membimbing saudara seiman yang berbuat dosa kembali ke jalan yang benar. Panduan ini ditemukan dalam Injil Matius 18:15-17, di mana Yesus memberikan empat langkah penting yang harus diambil dalam proses disiplin. Artikel ini akan membahas langkah-langkah tersebut, memahami konsep disiplin dalam konteks agama Kristen.
1. Teguran Pribadi: Mendekati Saudara dengan Kasih dan KebenaranMatius 18:15 memulai panduan ini dengan langkah pertama, yaitu teguran pribadi. Yesus menegaskan bahwa jika seorang saudara melakukan dosa, tegurlah dia secara pribadi. Teguran ini harus dilakukan "di bawah empat mata," yang berarti secara langsung dan pribadi antara saudara yang tegur dan yang ditegur. Tujuan teguran ini adalah untuk memperlihatkan kesalahan seseorang dengan penuh kasih, sambil menawarkan solusi bagi perbuatan dosa yang dilakukan.
Melalui teguran pribadi ini, kita berusaha membawa saudara yang berbuat dosa untuk mengakui kesalahannya dan bertobat. Karena pelanggaran ini bersifat pribadi, maka yang merasa terganggu harus mendekati saudara yang bersalah dengan penuh kasih dan kebenaran. Hal ini adalah awal dari pelaksanaan disiplin gereja, yang merupakan ajaran Yesus yang diteruskan hingga kini. Yesus memerintahkan teguran kepada saudara seiman yang melakukan dosa, meskipun jenis dosanya tidak dijelaskan secara eksplisit dalam teks.
2. Teguran dengan Menghadirkan Saksi: Mendorong Pertobatan dengan Dukungan Lebih Lanjut
Langkah kedua dalam proses disiplin adalah teguran dengan menghadirkan saksi, sebagaimana tercantum dalam Matius 18:16. Jika teguran pribadi tidak membuahkan hasil, langkah selanjutnya adalah melibatkan satu atau dua saksi lagi. Para saksi ini haruslah anggota dari gereja yang sama dengan pelaku, dan mereka harus dewasa secara rohani serta mampu memberikan nasihat yang bijaksana.
Dalam teguran dengan menghadirkan saksi, tujuannya adalah mendorong pertobatan saudara yang berbuat dosa dengan dukungan lebih lanjut. Kehadiran saksi-saksi ini membantu membuktikan bahwa pelaku benar-benar bersalah dan perlu bertobat. Meskipun langkah ini mungkin terdengar menakutkan, hal ini dilakukan dengan penuh kasih dan tujuan membawa saudara yang bersalah kepada pertobatan.
3. Teguran Publik: Melibatkan Seluruh Jemaat dalam Proses Disiplin
Langkah ketiga dalam proses disiplin adalah teguran publik, seperti yang dijelaskan dalam Matius 18: 17a. Jika saudara yang bersalah tidak mau mendengarkan teguran dari saksi-saksi, masalahnya harus dilaporkan kepada jemaat. Tujuan dari teguran publik ini adalah untuk melibatkan seluruh jemaat dalam proses disiplin.
Tetapi, langkah ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan penuh kasih. Para pemimpin gereja memainkan peran penting dalam mengelola proses ini. Mereka bertanggung jawab bukan hanya terhadap saudara yang berdosa, tetapi juga terhadap seluruh jemaat. Tindakan ini menggarisbawahi pentingnya mengajar dan membimbing seluruh jemaat dalam menghadapi situasi sulit seperti ini.
4. Ekskomunikasi (Pengucilan): Langkah Terakhir dalam Kasus Kepala Keras
Langkah terakhir dalam proses disiplin adalah ekskomunikasi, seperti yang dijelaskan dalam Matius 18: 17b. Jika saudara yang berdosa tetap keras kepala dan tidak mau mendengarkan jemaat, mereka harus dianggap sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai. Ekskomunikasi adalah tindakan terakhir yang diambil untuk memisahkan saudara yang berdosa dari persekutuan gereja.
Namun, ekskomunikasi bukan berarti mengabaikan saudara yang berdosa sepenuhnya. Tujuan ekskomunikasi adalah untuk memotivasi saudara yang berdosa agar bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Gereja harus tetap memantau kondisi pelaku kesalahan dengan harapan bahwa dia akan bersedia bertobat. Kesempatan untuk pertobatan dan rekonsiliasi selalu terbuka.
Dalam pengambilan langkah-langkah disiplin ini, gereja harus menjalankannya dengan tujuan membawa saudara yang berdosa kepada pertobatan, rekonsiliasi, dan pemulihan bagi komunitas perjanjian. Jadi, meskipun ekskomunikasi adalah langkah terakhir, gereja selalu bersukacita ketika saudara yang berdosa bertobat dan kembali ke dalam persekutuan.
Penutup: Memahami Proses Disiplin dalam Iman Kristen
Proses disiplin dalam kekristenan, seperti yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 18:15-17, adalah tindakan penuh kasih untuk membawa saudara yang berbuat dosa kembali ke jalan yang benar. Langkah-langkah ini harus dilakukan dengan penuh kasih dan kebenaran, dengan harapan bahwa mereka akan menghasilkan pertobatan dan pemulihan. Gereja memiliki tanggung jawab untuk menggembalakan kawanan domba-Nya, dan itu termasuk menghadapi situasi disiplin dengan bijaksana dan penuh kasih.
Ketika langkah-langkah ini dijalankan dengan baik, mereka dapat membantu memulihkan saudara yang berdosa, menjaga keselamatan jiwa mereka, dan memelihara kesatuan dalam komunitas iman. Proses disiplin ini adalah bagian integral dari ajaran agama Kristen yang menekankan pentingnya kasih, pertobatan, dan pemulihan dalam menghadapi dosa.